YUHUUUUU.....
Maaf baru muncul. Ini karna kuota abis. Huu :"Sudah The End yaaa ^^
Cerita pertamaku yang amatiran.
Terimakasih bagi pembaca ILY semuanya. Terimakasih juga untuk masukan, kritis dan sarannya. Aku sangat menyayangi kalian, teman-teman ♥♥♥Note : Belum diedit :(
Aku pengen nulis cerita baru. Masih dalam proses sih. :)
Terimakasih buat yang masih menunggu Nandira dan Devon :D Maaf kalau ending mengecewakan ya ^^
Happy Reading all ♥♥♥
***
Savana sudah lebih tenang. Kini ia sudah bersama Alvin di mobil. Rosa terpaksa pergi karna ada urusan mendadak. Meninggalkan pasangan itu sendirian.
Wanita cantik itu nampak lebih pendiam. Sepanjang jalan ia hanya menoleh ke jendela. Melamun. Alvin membiarkannya saja.
Tapi beberapa saat kemudian Savana seolah sadar sesuatu. Wanita itu menatap bingung pada Alvin yang begitu tenang mengendarai mobil.
"Kita kemana?"
Ini bukan jalan menuju kediaman keluarga Cholasta. Bukan juga rumah keluarga Alvin. Ini ...
"Alvin?"
Alvin melirik Savana sekilas. Dan tersenyum samar. Savana merasa ada yang tak beres dari senyum itu. Sungguh, firasatnya begitu kuat. Perasaan pekat yang tak mengenakkan.
Nampaknya Alvin menyadari itu, tapi ia sama sekali tak membantu. Ekspresinya yang tenang justru membuat Savana menjadi gundah.
Savana terdiam dengan hati masih berdebar-debar tak menyenangkan. Tubuhnya menegang dan kaku, benar-benar menunjukkan wanita itu sangat tidak enak berada di posisinya sekarang. Matanya juga menajam seolah berpikir banyak hal. Dan jangan lupakan nafasnya yang terengah.
Alvin sesekali melirik wanita itu. Tunangannya. Tetapi Alvin masih berekspresi yang kelewatan tenang disaat-saat seperti ini. Berbeda sekali dengan Savana.
Lama mereka saling terdiam. Savana tak bertanya lagi. Tapi tatapannya menajam dan menunding. Tatapan curiga dari wanita cerdas seperti Savana.
"Berapa lama kita bersama?" Alvin bersuara setelah sekian lama diam dengan suasana mencengkam.
Savana menoleh, ia menaikkan alisnya dengan wajah datar. Bingung kenapa Alvin malah membahas itu. Savana pikir Alvin hanya berbasa-basi tapi ternyata Alvin mendelik meminta jawaban.
Savana kembali menatap lurus ke depan, seolah mengingat-ingat sesuatu.
"4 tahun."
Alvin tersenyum mendengarnya, senyum tipis, "Apa waktu kebersamaan kita yang lama seperti itu akan membuatmu memaklumi kelakuanku?"
Savana mengernyitkan dahinya, "Apa kau...kau menjebak kami?"
"Hmm mungkin." Jawaban itu diucapkan dengan datar.
"Alvin, jangan main-main! Kau sungguh membuatku takut sekarang!"
Alvin menyeringai, "Aku senang kau takut."
***
Arlan diam saja membiarkan lukanya dibersihkan. Sekarang baru terasa perihnya. Pukulan Devon yang membabi buta memang menyakitkan, apalagi pria itu adalah lelaki yang kuat.
Tapi Arlan tak bisa menyembunyikan perasaan puasnya. Nandira sudah berada dalam jangkauannya. Meski ia tahu gadis itu mencintai Devon, tetapi Arlan akan membuat Nandira mencintainya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Romantik"Apakah mencintai seseorang itu adalah suatu kejahatan? Aku mencintainya, dan aku harus memilikinya!" *** "Aku mencintainya jadi aku melakukan apapun untuknya. Perasaan Cintaku lebih besar daripada keinginanku untuk memilikinya..."