BAB 19 ( Dingin Cintaku )

850 25 1
                                    

Please, Vote + Comment.
Supaya aku lebih semangat ^^
Terimakasih semuanya.

Kalian ingat kata-kata Bryan Cholasta pada Savana? Well, itu sebuah petunjuk. hehe... :*

Happy Reading all ♥
Aku mau cepat-cepat menyelesaikan cerita I LOVE YOU dulu. Dan kupikir memang tergantung vote dari kalian, aku akan cepat mempublikasikannya.

》《》《》《

Nandira POV

Aku merasa tak nyaman berada di rumah baru kami. Ini memang rumah yang sangat mewah dan didisign khusus. Dengan lantai marmer hitam dan putih. Terlihat begitu maskulin.

Tetapi rumah ini beraura dingin yang mencengkam. Setelah tadi Devon meninggalkanku, tiba-tiba saja sudah datang beberapa pelayan rumah. Mau tak mau akhirnya aku melangkahkan kakiku ke dalam sebuah kamar. Dan ternyata aku tepat sasaran. Kamar di lantai dua ini adalah kamar utama.

Aku merasa sangat bodoh sekarang. Di sini, terjebak dalam kehidupan memuakkan dengan seorang Devon Geovano.

Masih teringat jelas tadi saat Arlan menceritakan semuanya. Aku tak ingin percaya jadi aku tak menanggapinya. Aku berharap Devon tidak mengiyakan semuanya tetapi ternyata... dia memang iblis di sini.

Aku membasuh wajahku dengan air. Kulihat pantulan diriku di cermin. Ck... Seperti mayat hidup. Mataku bertambah bengkak dan aku pucat.

Sudah dua jam Devon tidak juga kembali ke dalam sini. Jangan tanya mengapa aku masih disini, tak pergi dan melabraknya, akupun tak tahu alasannya. Bagiku sekarang, aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah menikah dan harus dewasa. Bagaimanapun Devon suamiku. Selama aku masih bersamanya, artinya dia lebih tinggi derajatnya ketimbang diriku.

Tak ingin mati kebosanan, aku menghubungi kak Alvin.

"Hallo? Nandira?"

"Kak Alvin. Maafkan aku tidak bisa datang ke rumah sakit. Aku tiba-tiba tidak enak badan." Kataku dengan suara parau.

"Kau sakit?" Nada suara kak Alvin terdengar panik, "Ya tidak apa-apa. Kau istirahatlah. Lagipula Savana baik-baik saja. Tadi dia sudah sadar namun masih harus banyak istirahat. Ya meski tadi cukup kesulitan menenangkannya. Dia sudah tahu."

Aku tersenyum miris. Tentulah Kak Savana sangat terpukul. Ia adalah satu-satunya orang yang selamat dalam kecelakaan ini.

Kami bercakap-cakap beberapa waktu sampai akhirnya aku menutup pembicaraan. Aku bilang akan ke sana mungkin nanti sore.

Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Menampilkan seorang pria yang menjadi mimpi burukku mulai sekarang. Ekspresi wajahnya sama seperti terakhir kulihat. Dingin.

"Kau harus makan." Gumamnya datar sambil berlalu.

Hanya itu?

Lagi-lagi aku merasakan kehampaan di hatiku. Devon Geovano! enyahlah dari pikiranku. Seharusnya tak sesakit ini, tapi karna aku menggunakan hatiku saat bersamanya, ini sangat sakit.

Aku tak tahu kapan perasaan ini muncul. Sepertinya ini dikarenakan keinginanku untuk cepat mencintai pria ini. Dan ditambah lagi sikapnya yang begitu perhatian dan manis. Sayangnya itu palsu.

Aku tersenyum miris. Kasihan pada diriku yang malang. Ya, aku bodoh. Kuakui itu. Tetapi kau takkan tahu, mencintainya itu adalah kesakitan yang kunikmati...

***

"Kenapa kau tidak makan?"

Aku tak menghiraukan Devon. Mataku tetap tertuju pada buku yang kudapatkan dari perpustakaan rumah ini. Aku sudah bilang kan rumah ini sangat mewah dan menyenangkan jika tidak ada masalah seperti ini.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang