BAB 1

1.9K 56 1
                                    

AUTHOR POV

"Jelaskan padaku, Nandira!"

Nandira menatap malas pada Bryan. Lebih tepatnya gadis itu pura-pura tidak peduli. Dia berpikir ulang untuk memberitahu alasan sebenarnya dia menerima perjodohan ini karna Dad nya. Pastinya apabila Bryan tahu bahwa Putrinya itu mengorbankan diri untuknya, Bryan akan merasa bersalah. Belum lagi perusahaan mereka yang akan bangkrut, Bryan akan stres dan pasti berpengaruh buruk pada kesehatannya.

Nandira mengetahui bahwa Leukimia Bryan sekarang masih bisa diobati karna belum stadium lanjut. Namun tetap saja yang namanya penyakit tetap membuat takut.

"Nandira!"

"Apa?!"

"Ayo katakan alasanmu!"

Nandira menatap Bryan yang duduk di sofa seberangnya. Dad terlihat lebih kurus dan pucat. Lagi-lagi hati Nandira teriris dan perasaan itu sangat menyakitkan.

Anak macam apa aku ini? Kondisi orang tua sendiri saja tidak tahu! Sibuk memikirkan diriku sendiri dan seolah melupakannya. Nandira menghela nafasnya.

"Aku putus dengan kekasihku dan itu membuatku dikejar banyak pria. Jadi aku ingin menikah saja lagipula bukankah itu juga membuat perusahaan aman?" Dan Dad terselamatkan, semoga.

Bryan menatap Nandira tak puas, "Alasan apa itu?"

"Apanya?"

Bryan terdiam lama, mata coklat cerahnya menatap mata hitam milik Putri nya. Mata hitam seperti yang dimiliki almarhumah istrinya, Shinta.

"Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan?"

Sejenak Nandira panik, Bryan pasti sudah menebak apa yang ada pada diri Nandira. Toh, Bryan sudah sangat mengenal sikapnya itu.

"Apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan pada Dad?"

Ya,

Apa Dad baik-baik saja?

Dad akan berobat segera, kan?

Dad, aku anak yang buruk, ya?

Apa Dad akan berjanji untuk sembuh dan tidak akan meninggalkanku seperti Mom?

Nandira menelan ludahnya susah payah untuk menahan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan hatinya, "Tidak ada. Ada apa, Dad?"

Bryan menggeleng seraya tersenyum kecil, yang terlihat adalah senyum paksaan.

"Apa kau yakin, Sayang? Kau yakin akan meninggalkan Dad jika menikah nanti, hmm?"

"Dad!"

Nandira memeluk Bryan dengan erat, sangat erat. Tangisnya pecah begitu saja.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, Dad. Sungguh!"

Aku takkan meninggalkanmu. Itu tidak mungkin. Aku justru takut kau yang akan meninggalkanku... Keluh Nandira dalam hati.

Bryan membalas pelukan Nandira dan mengecup puncak kepalanya dengan sayang, "I love you, Nandira."

"I love you too, Dad. I love you so much."

***

"Kau baik-baik saja, kan, Nandira?"

Nandira tersenyum kecut, "Tidak." Jawabnya jujur. Savana menggenggam tangan sepupu tersayangnya itu.

"Maaf aku tidak bisa berbuat apa-apa."

Nandira menggeleng, "Kau sudah banyak melakukan hal-hal yang berguna untuk kami. Sekarang giliranku."

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang