BAB 3

1.3K 50 2
                                    

Hai semua...

Makasih udah mau baca ceritaku yang masih sangat amatiran ini. ^^ *bow*

Aku senang ada yang memberi komentar dan saran. :) Tapi aku bingung dan cukup frustasi karna akun ku ini nggak bisa membalas memberi komentar atau memberi vote... :(

Aku berusaha membuat cerita ini menarik. Seperti yang sudah kubilang, dunia menulis adalah hal baru untukku. :)

Mohon maaf kalau ada typo dan ketidak jelasan. Aku akan berusaha memperjelas cerita ini. :D

Bab ini aku akan memundurkan alur tentang bagaimana hubungan Nandira dan Arlan. :') (?)

Happy reading, guys ♥♥♥

***

Author POV

Flashback~

Nandira terlihat sumringah melihat tanggal di kalender. Tanggal 17 April. Artinya lusa nanti adalah hari jadinya yang ke 8 bulan dengan Arlan, kekasihnya tercinta.

Pipi Nandira merona. Dia memang begitu mencintai Arlan. Cinta? Bahkan dia masih duduk di bangku SMP. Tapi dia sangat yakin, Arlan adalah cinta pertamanya dan Nandira sangat berharap Arlan adalah cinta terakhirnya.

Ya... Pacar pertama belum tentu adalah Cinta pertama.

Dengan semangat Nandira berlari ke luar dari kantin. Daritadi dia memang sengaja tidak pulang lebih dulu demi melihat sang pujaan hati. Menunggu Arlan yang sedang berlatih sepak bola di lapangan sekolah. Tadi Nandira memang sudah diajak Rosa dan Liat pulang, tapi dia menolak.

Langkah Nandira terhenti di pinggir lapangan. Kemudian memilih duduk di salah satu bangku semen di bawah pohon. Tatapannya melembut ketika menemukan Arlan nya sedang asyik berlatih.

Nandira menggenggam erat air mineral yang sempat dibelinya di kantin. Itu untuk Arlan tentu saja.

"Sudah lama menunggu?"

Suara itu mengejutkan Nandira. Gadis itu itu mendongkak menatap mata pria yang begitu dipujanya.

Ah... Selama ini memang yang terlihat begitu jelas, dia lah yang sangat mencintainya. Cintanya terlihat begitu besar. Berbanding dengan orang yang dicintainya. Nampak kaku.

Tapi Nandira tidak peduli...

Nandira berdiri dan tersenyum lembut, terkesan malu-malu, kemudian menyerahkan botol air mineral untuk Arlan.

Arlan tersenyum tipis, "Thanks..."

Kemudian mereka duduk berdua di bangku semen tadi. Beberapa bulan terakhir ini hubungan mereka memang agak mengkhawatirkan. Lebih tepatnya sikap Arlan yang mengkhawatirkan.

Arlan yang dahulu, begitu hangat dan sangat manis. Suka membuat Nandira tertawa dan pria itu pula lah yang menghapuskan airmata Nandira. Tetapi sekarang, Arlan agak kaku, meski sebenarnya Arlan memang cukup pendiam dan misterius, tapi ini terkesan dingin. Dia sering marah dan terlihat frustasi menghadapi Nandira. Nandira cukup menyadari dirinya sangat manja dan cengeng di depan Arlan.

Oh, ya. Jangan lupakan bagian dimana mereka sering *Putus-Nyambung*. Arlan yang mendominasi di sini, dialah yang meminta mengakhiri hubungan. Dan Nandira meminta berbaikan kembali. Benar-benar miris...

Nandira menyadari perubahan itu, sungguh, dia sangat menyadarinya.

'Meskipun sering disakiti, aku merasa baik-baik saja selama dia ada di sisiku. Rasa cintaku lebih besar dari rasa sakit yang kurasakan, jadi aku tidak apa-apa.' Itulah kata Nandira.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang