BAB 9

887 38 3
                                    

Aku cukup senang melihat respon kalian. Dan itu membuatku bersemangat. ♥
Terimakasih untuk pembaca novel amatiran ini, yang memberi vote dan komentar, terimakasih ♡

Hmm... Kalian mungkin bertanya siapa yang jahat di sini. Devon kah? Hahaha... Mungkin itu rahasia dahulu ya. :D

^_^

Happy Reading All ♥·♥

***

Author POV

Devon berjalan dengan santai ke dalam rumahnya. Di sini sepi, sepertinya orangtuanya sedang tidak ada di rumah.

Suara langkah kaki terdengar berisik setiap Devon melangkahkan kakinya yang panjang. Wajahnya datar-datar saja namun tatapannya tetap waspada.

Mata kelabu cerahnya terlihat menajam, tiba-tiba senyumannya muncul.

"Well, ada apa, adikku?" Suaranya menggema. Suasana rumah besar ini begitu mencengkam. Padahal rumah ini sangat mewah dan modern.

Di sudut ruangan, Arlan berjalan menghampiri sepupunya itu. Wajahnya berekspresi dingin, mata hitam itu sekilas berkilau.

Devon mengerutkan keningnya sebentar, "Aku baru menyadari satu hal," Dibiarkannya Arlan berada tepat satu meter dihadapannya. Kemudian keduanya bertatapan tajam, "Kau memiliki warna mata yang sama seperti dia." Lanjutnya lagi sambil tersenyum manis.

Tidak! Tidak! Senyuman Devon kali ini terlalu manis!

Arlan terkekeh pelan. Tangannya terlipat di dada bidangnya, "Ya," Lalu tatapannya menajam, "Dia mantan kekasihku." Katanya lagi dengan bangga.

Devon mengangkat alisnya lalu membuang muka dengan malas, "Aku tahu itu," Kemudian dia menatap Arlan lagi, "Hanya mantan kekasih, ingat itu!" Katanya lagi.

Ada nada cemburu yang terdengar dari suara Devon. Pria bermata kelabu itu merasakan panas di hatinya.

"Sekarang dia menjadi milikku," Ucap Devon lagi, "Kuharap kau tidak mengganggu." Lanjutnya. Sekarang Devon berhasil menguasai diri. Dia terlihat kembali tenang.

Arlan tersenyum misterius, "Belum, sepupu. Belum menjadi milikmu." Lalu Arlan tertawa, tertawa puas, "Ternyata kau sangat menyukainya." Katanya dengan nada mengejek.

Devon tersenyum tipis, berusaha tidak menghiraukan Arlan, "Dia akan menjadi milikku," Kata Devon tegas, pria itu berjalan ke belakang punggung Arlan, "Aku tidak hanya menyukainya, tapi aku mencintainya." Bisiknya.

"Cinta? Seorang kau bisa jatuh cinta, sepupu?" Arlan tertawa lagi. Sikap dinginnya tak terlalu nampak tapi auranya tetap ada, "Aku akan memilikinya lagi."

Arlan kemudian berlalu menuju pintu ke luar. Seringainya tertampang ketika mendengar Devon menggeram.

"Brengsek kau!"

Permainan akan dimulai ~~~

***

Nandira membaca novelnya dengan minat. Dia memang sangat gemar membaca novel apalagi novel roman. Dipastikan jika sedang bergelut dengan aktifitas membacanya itu, Nandira takkan bisa diganggu.

Kedai kopi ini sekarang menjadi tempat ningkrong yang asyik untuk Nandira. Dia menyukai ketenangan dan kehangatan di kedai ini. Dan pastinya juga kopi spesial yang selalu membuatnya ketagihan.

Seperti hari-hari biasanya, setelah selesai kuliah Nandira menyempatkan diri mampir. Begitu juga hari ini, Nandira datang dan duduk di tempat favoritnya.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang