"Yer."
"Yeri."
"Yeri!"
"E-eh?y-ya?"
Yeri mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia yang sedari tadi sibuk berkelana di pikirannya sendiri sedikit tersentak karena lamunannya terinterupsi oleh suara Mark.
"Lo dengerin gue gak sih? Kita bahas bahan diskusi nih, dan hasilnya harus ada lima belas menit lagi. Pak Xiumin bisa marah nanti,"
Yeri menunduk,"Maaf,deh. Bisa diulangin?"
Mark menghela nafas pelan,ia menyodorkan lembaran kertas di genggamannya. "Nih. Baca dulu aja kalau ada yg mau lo tanyain atau lo gak setuju bilang ke gue,"
Yeri menerima lembaran kertas tersebut,ia membaca isinya dan memahami materi diskusi mereka. Sementara Mark,ia menumpukan dagunya diatas kedua tangannya sembari menatap Yeri lekat.
"K-k-kenapa? Marah,ya? Ini gue lagi baca kok," Ujar Yeri canggung.
Mark tersenyum tipis. "Nggak kok. Lo cantik aja kalo gini,"
"Hah?"
Mark tersentak. Ia lekas mengusap wajahnya kasar. "Anu ... lo sakit?Kenapa tadi gak merhatiin?"
"Um,itu ... gue cuma ngelamun,kok! Gak sakit hehehe," Ujar Yeri kikuk-ia sedikit salah tingkah.
Tak ingin mengupasnya lebih dalam,Mark hanya mengangguk singkat. Ia mengambil satu lembar kertas kosong dan menuliskan sesuatu di atas sana.
"Mark." Panggil Yeri yang membuat Mark lekas menoleh.
"Ya?"
"Contoh-contoh sama kutipan tokohnya kayaknya kurang banyak,deh. Kita tambahin aja,ya?" Yeri memaparkannya dengan serius. "Sama kata-katanya agak kurang pas gitu,"
Mark mengambil kertas yang sedari tadi ditunjuk Yeri menggunakan pensil. Ia meneliti kertasnya. "Hm,boleh juga. Kalo kata-katanya kita ganti aja nanti sekalian di slide. Tandain aja,"
Yeri mengangguk mengiyakan. Ia mengambil satu lagi kertas kosong untuk menyalin tulisan Mark yang susah terbaca.
"Susun slide powerpoint-nya lusa aja,ya?" Usul Yeri di sela-sela menulis.
Mark mengangguk. "Iya. Cepat selesai lebih baik. Lebih banyak waktu juga untuk kita menyelesaikan penyelidikan ruang itu,kan?"
Tangan Yeri refleks berhenti menulis. Ia menoleh pada Mark. "Mark. Menurut gue ... kita gak perlu menyelidiki itu semua,"
"Maksud lo apa?" Mark mengernyit. "Bahkan lo yang pertama kali memutuskan untuk menyelidiki ruang itu,kan? Kenapa sekarang tiba-tiba--"
"Gue berubah pikiran,Mark." Yeri memotong cepat. "Menyelidiki ruang itu ... terlalu berbahaya. Waktu itu gue kebawa emosi karena kematian Kak Mingyu. Dan gue gak mau melibatkan kalian dalam hal berbahaya semacam ini. Gue takut kehilangan kalian,"
Mark terpaku diam. Menyelidiki ruang itu memanglah berbahaya,tapi ... ia benar-benar penasaran. Dan juga,ini soal Mina dan anak-anak kelas dua belas yang lain. Kalau ruang ini tidak segera dibongkar kebenarannya,akan ada korban-korban lain yang jelas tak tahu apa-apa.
Mereka juga suatu saat nanti akan naik ke kelas dua belas. Itu artinya ... mereka juga mungkin akan menjadi korban,kan?
Mark menarik nafas dalam. "Yeri. Gue tau,ini bahaya. Tapi,ada banyak cerita tentang ruangan ini yang kalau lo tau,lo juga akan penasaran dan ingin menyelidikinya."
"Tapi Mark,ini--"
"Coba lo dengar dulu. Sekali ini aja. Waktu istirahat,gue akan ceritakan semuanya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Danger School [99 LINE]✔
FanfictionSiapa sangka sekolah favorit ini punya rahasia yang sangat mengerikan?! ▪ "Ini tentang rahasia dua belas tahun yang lalu," "Jangan coba-coba berhenti atau lo akan mati!" ▪▪▪ ©Hak cipta dilindungi undang-undang _______________ Highest rank : #1 i...