Semua selesai dan tinggal cari pelaku.
Ya, itu yang mereka pikir beberapa hari belakangan.
Tapi nyatanya itu sama sekali tidak benar. Teror yang ada malah semakin menjadi-jadi--bahkan lebih parah. Baik di sekolah ataupun diluar sekolah mereka merasa diawasi.
Dan parahnya lagi, bukan hanya mereka. Tapi satu sekolah juga ikut diteror. Contohnya saja dua hari yang lalu, Woojin mengaku melihat penampakan wanita tua yang wajahnya hancur bercucuran darah saat ia hendak mengambil beberapa buku paket lama dari gudang. Dan parahnya lagi, wanita itu mengejarnya--yang membuat Woojin harus dirawat di rumah sakit karena ia tersandung dan kepalanya terbentur tumpukan besi dengan kuat.
Bukan hanya itu, motor Kang Min yang remnya tiba-tiba blong, Doyeon yang terkunci di toilet sampai sekolah selesai dan masih banyak lagi.
Dan sekarang, giliran Yeri. Tidak-- bukan Yeri yang menjadi korban, tapi Yeri yang dijebak.
Yeri sekarang memegang pisau penuh darah dengan tangan gemetar. Di depannya tergeletak mayat Arin yang bersimbah darah, dengan leher bekas digorok.
Yeri berani bersumpah bukan ia yang melakukannya, tapi tentu saja mustahil orang akan mempercayainya. Baju seragam Yeri penuh cipratan darah, ditambah lagi ia memegang pisau penuh darah.
Ia sungguh bingung harus melakukan apa sekarang-- ruangan terkunci. Ia merutuki kebodohannya tidak men-charger ponselnya tadi, yang membuat ponselnya lowbat. Sekarang tidak ada pilihan lain baginya untuk tetap menunggu seseorang membuka pintu ruang kelasnya. Daripada ia nekat keluar dari jendela dalam keadaan begini, itu malah akan membuatnya semakin dicurigai.
Yeri terduduk. Menatap mayat Arin dengan pandangan kosong, dengan air mata perlahan mengalir dari sudut matanya dengan rasa bersalah tak bisa menolong Arin.
BRAK!
"Kan, itu Yeri!"
Pintu kelas didobrak paksa bersamaan dengan teriakan histeris dari siswa-siswa yang menyaksikannya.
"Tapi kenapa Yeri bisa ada disini?" Tanya si pendobrak pintu, Jihoon.
Yeri mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat, rasanya ia ingin memukul Jihoon dengan keras saat ini. Mengapa ia bertanya seperti itu sedangkan ia sendiri lah yang tadi mengunci Yeri dari luar saat Yeri menemukan mayat Arin?
"Arin kenapa bisa begini?"
"Lo yang bunuh Arin?"
"Gila jahat banget ya lo. Gue tau lo suka iri sama Arin tapi gue gak nyangka Lo bakal bunuh dia!"
"Gila, psikopat. Jauhi aja!"
Yeri menutup matanya. "Jangan asal nuduh orang sembarangan! Bukan gue pelakunya!"
"Yeri, lo gak apa-apa?!" Teriak Mark sambil berlarian kearah Yeri, disusul dengan Dino, Lucas, Tzuyu dan Mina.
Mark menghampiri Yeri dan secara refleks memeluknya erat. "Lo gak apa-apa kan?"
Yeri menutup matanya erat dan kepalan tangannya terlepas, tangisnya pecah di pelukan Mark.
"B-bukan gue, Mark. Bukan," Ujarnya sambil terisak.
"Iya. Gue percaya,"
"Kami juga percaya,kok," Ujar Mina saat mereka berada di samping Yeri. Sadar akan posisinya, Mark langsung melepas pelukannya perlahan dan membiarkan Mina mendekapnya.
"Ta-tapi Yer, gimana bisa?" Tanya Dino sambil memperhatikan mayat Arin yang kini sedang ditindak lanjuti. "Apa pembelaan lo saat ditanya nanti?"
Yeri menghapus air matanya dan perlahan duduk seperti biasa. "Gue ke kelas karena mau ngambil botol air. Begitu sampai, gue udah melihat mayat Arin udah kayak gini, dan gue refleks meluk dia dan lihat kondisinya. Bodohnya gue juga sempat megang pisaunya, pasti sidik jari gue ada di pisau itu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Danger School [99 LINE]✔
FanfictionSiapa sangka sekolah favorit ini punya rahasia yang sangat mengerikan?! ▪ "Ini tentang rahasia dua belas tahun yang lalu," "Jangan coba-coba berhenti atau lo akan mati!" ▪▪▪ ©Hak cipta dilindungi undang-undang _______________ Highest rank : #1 i...