Hari ini rasanya Dino malas sekali pergi ke sekolah. Sekolah hanya akan membuatnya terus-terusan mengingat peristiwa naas yang terjadi pada temannya itu. Apalagi ditempat ini--tempat terjadinya peristiwa itu. Ia masih mengingat jelas saat Changbin jatuh menuruni tangga menuju kelasnya ini.
Ia menggelengkan kepalanya cepat, menepis semua ingatan yang bahkan bisa membuatnya gila itu. Ia menaiki satu persatu anak tangga. Tak jarang beberapa siswa yang sempat berpapasan dengannya ditangga menunjukkan raut wajah tak suka. Bahkan saat dikoridor pun,ada anak yang terang-terangan berceletuk kalau dia adalah pembunuh.
Dino menghela nafas pelan, kemudian tersenyum. Ia menepis segala perkataan anak-anak yang berpandangan buruk tentangnya. Apapun perkataan orang, ia harus tetap semangat. Hidup kita bukan hanya untuk mendengarkan celotehan orang lain, bukan?
Dino melangkahkan kaki dengan santai menuju kelasnya-- seolah tak terjadi apapun padanya, saat tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya pelan.
"Dino," Panggil orang itu.
Dino menolehkan kepalanya. "Ya?"
Jihoon, pria itu tersenyum manis.
"Bisa ikut gue bentar ke ruang OSIS? Ada yang mau gue omongin," Ujarnya.
Ah, Dino ingat. Ia harus nenghindar dari Jihoon, tapi mungkin tidak untuk saat ini. Mungkin saja, dia bisa menemukan sesuatu.
"Ya. Jangan lama-lama ya, nanti keburu masuk,"
Jihoon mengangguk mengiyakan. Kemudian mereka jalan beriringan, dijalan pun ia sempat mengabari partner satu regunya--Mina--kalau ia sedang mengintai Jihoon saat ini.
Langkah kaki keduanya perlahan memasuki ruangan yang tampak sepi ini. Dino mendudukkan tasnya di salah satu meja kosong dan menatap Jihoon intens.
"Jadi, lo mau bilang apa?"
"Lo gak jadi tersangka, ya? Lo bebas?" Tanyanya.
"Iya. Kenapa?"
"Eh, gua duduk, ya. Capek nih," Ujar Dino sambil menarik kursi mendekati meja Jihoon. Bukan lelah sebenarnya, hanya ia ingin melihat apa yang ada di atas mejanya.
"Jadi pelakunya siapa?"
Dino mengedikkan bahu,"Gak tau, tuh. Katanya masih diselidiki,"
"Terus kalau pelakunya gak ketemu, lo ditangkap?" Tanyanya lagi.
Dino berkenyit,"Kenapa sih? Lo segitu pengennya liat gue dipenjara? Berarti lo percaya gue bunuh Changbin?"
"B-bukan," Ujar Jihoon sedikit gugup. "Gue ... cuma mau memastikan pelakunya, kok. Gue juga sohibnya Changbin. Gue juga gak rela dia mati,"
Jihoon menundukkan kepalanya. "Maaf ..." Ujarnya lirih.
Helaan nafas keluar dari mulut Dino. Ia mengurut pelipisnya. "Lo pikir gue rela?"
"Malahan yang terparah, gue--sahabatnya-- dituduh sebagai pembunuhnya. Apa coba yang lebih sakit dari itu?" Ucapnya lagi dan kemudian menoleh pada meja tempat Jihoon bekerja.
Hening.
Jihoon menundukkan kepalanya, sementara Dino masih setia memandangi meja Jihoon dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
"Kalo gitu lo mau cari pelaku sebenarnya sama gue?" Ujar Jihoon setelah hening beberapa saat.
"Maaf,Jihoon." Dino berdiri dari tempatnya. "Tapi gue memilih untuk menyerahkan semuanya ke polisi aja, daripada sok jadi detektif," Ucapnya sembari mengambil tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danger School [99 LINE]✔
FanfictionSiapa sangka sekolah favorit ini punya rahasia yang sangat mengerikan?! ▪ "Ini tentang rahasia dua belas tahun yang lalu," "Jangan coba-coba berhenti atau lo akan mati!" ▪▪▪ ©Hak cipta dilindungi undang-undang _______________ Highest rank : #1 i...