21. Memori

4.3K 629 79
                                    

"Gak ada. Kayaknya bukan itu artinya, gue udah periksa tiap sudut sekolah,"

"Yang benar?"

"Benar. Gue juga udah periksa, gak ada satupun kamera yang ada. Cuma ada cctv, sudah gue periksa dan isinya bukan apa-apa,"

Mark menghela nafas panjang. Pernyataan yang dilontarkan oleh Lucas dan Tzuyu membuatnya benar-benar frustasi. Padahal, ia sudah yakin bahwa tebakannya benar.

"Yang lain gimana? Sudah ada kabar?" Tzuyu memilih duduk di sebelah Mark sambil memainkan handphone-nya. Mengecek beberapa notifikasi bertumpuk yang sudah seminggu ini tak ia gubris.

"Tzuyu!"

Belum selesai mengecek notifikasi dari sosial medianya, suara seseorang menyerukan namanya, membuatnya menghentikan aktivitasnya dan menoleh pada sumber suara.

"Apaan, Yer?"

Bahu Yeri naik turun tak beraturan. Ia ngos-ngosan. Ia sejenak mengatur nafasnya. "Bukti satu-satunya itu ... hilang,"

"Hah? Gimana bisa?"

"Gak tahu," Yeri melanjutkan. "Tiba-tiba aja gak ada lagi bekas darah itu,"

Ia menatap Lucas dan Tzuyu bersamaan.  "Kalian ... sudah dapat kameranya, kan?"

"Sorry to say, kami gak dapat satu kamera pun," Lucas menghela nafas pelan. Hancur sudah hari ini, waktu yang tersisa tinggal dua hari lagi dan mereka belum dapat apapun. Rasanya sia-sia mereka menyelidiki sampai sejauh ini.

Yeri terkulai lemas, ia memejamkan matanya. Kenapa masalah sebesar ini harus dihadapi olehnya yang masih kelas sebelas? Andai saja ada Kakaknya disini, dia pasti akan membantu adiknya yang kini kesulitan. Meskipun Mingyu sering bertengkar dengannya, tapi kakaknya itu tak pernah membiarkan Yeri dalam keadaan begini.

Mau nyusul kakak aja

"Dino sama Mina mana, Yer?" Tanya Mark yang membuat Yeri membuka matanya.

"Tadi katanya mau selidiki lagi, entah apa lagi yang mau dibongkar,"

"Oh iya. Ngomong-ngomong soal Mina ... kalian merasa gak sih, dia itu agak aneh?" Tanya Tzuyu dengan suara sepelan mungkin.

"Hm, iya juga sih. Dia itu ...tahu sesuatu-- ah tahu banyak hal maksud gue," Timpal Lucas.

"Nah, itu. " Mark membenarkan posisi duduknya. "Yang belum gue tahu itu, kenapa kalau dia tahu, gak langsung bilang aja?"

Yeri mengangguk setuju. "Dan juga, dia selalu melakukan sesuatu sendirian. Kayak privasi gitu, dan juga setiap gue nanya ke dia gimana dia bisa tahu, dia jawab itu bantuan arwah,"

"Gue rasa sih gak mungkin." Mark menggelengkan kepalanya.  "Dia menyembunyikan sesuatu yang penting,"

Semuanya hening. Kalau dipikir-pikir benar juga, dari awal, Mina banyak membantu mereka. Bahkan Mina yang memberi tahu segala hal tentang ruang itu yang membuat mereka penasaran.

Ting!

Ting!

Ting!

"Ck- notif hp lo tuh. Mau pamer benar kalau banyak yang chat?" Lucas berkomentar. Notifikasi dari handphone Tzuyu berbunyi beberapa kali.

"Keliatan banget deh irinya. Ketahuan banget ponselnya sepi kayak kuburan," Tzuyu berdecih sambil mengecek notifikasi yang ia terima.

"Enak aja! Gue ganteng, banyak yang chat, ya!"

Danger School [99 LINE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang