23. Flashback

4.1K 586 29
                                    


"Kamu emang anak yang gak berguna!"

Mina lagi-lagi memejamkan matanya. Ia menutup telinganya. Tak tahan mendengarkan makian yang ayahnya lontarkan untuknya.

"Ayah! Kenapa sih selalu begitu sama Mina? Dia itu adikku!"

Chanwoo yang beda satu tahun dengan Mina kini mendekapnya. Menghalangi sang Ayah yang kini siap untuk memukul Mina.

"Ayah gak boleh sakitin Mina," Ucap bocah itu tegas.

"Dia itu bukan adik kamu, Chanwoo. Dia cuma anak sampah adik ibumu yang selalu menyusahkan kita! "

Mina menangis di belakang Chanwoo. Kenapa ia yang selalu disalahkan?
Chanwoo mengelus kepalanya pelan. Bocah sepuluh tahun itu sangat menyayangi adiknya.

"Terserah menurut ayah dia siapa, yang paling penting sekarang, dia adikku. Cuma dia yang mau berteman denganku, aku gak akan biarin ayah pukul Mina lagi,"

Ayahnya berdecak frustasi. Ia meninggalkan Chanwoo dan Mina berdua. Kepalanya sangat pusing sekarang, banyak masalah yang harus ia hadapi. Dan pelampiasannya adalah memukul Mina.

Ia menganggap Mina adalah anak sial.

Hanya menyusahkan dan tak berguna.

Sama seperti ibunya.

Segala hal yang dianggapnya sial selalu karena Mina.

Ia ditipu orang ratusan juta, karena Mina.

Istrinya kecelakaan, karena Mina.

Dan kini, saat sekolahnya yang dipimpinnya hancur, Mina yang disalahkannya.

Padahal, uang yang seharusnya dibelanjakan material-material untuk membuat bangunan itu diselewengkannya untuk kepentingannya sendiri, atau kata lainnya korupsi.

Dia berdecak lagi. Sebagian uang yang ia punya sudah digunakan untuk menyuap media yang ingin meliput kasus ini. Orangtua-orangtua siswa yang tak terima kejadian ini pun banyak yang mendatanginya. Sekarang, pimpinannya pun ingin memecatnya.

Ingin menjernihkan pikirannya, ia merebahkan tubuhnya. Menutup matanya dan memijat pangkal hidungnya perlahan.

Kriet ...

"Oh, sudah pulang?" Tanya lelaki itu setelah mendengar bunyi pintu terbuka. Ia masih menutup matanya.

PRANG!

Ia mengernyitkan dahinya begitu mendengar ada sesuatu yang pecah disertai dengan angin yang berhembus kencang. Penasaran, akhirnya ia pun membuka matanya.

Tidak ada apapun.

Hanya kaca jendela yang pecah.

Berniat membereskannya, ia menapakkan kakinya. Ia merasakan sesuatu yang mengalir di bawah kakinya.

Darah!

Ia terlonjak kaget. Di bawah kakinya kini telah mengalir darah yang sangat banyak. Tapi itu tidak seberapa dengan kepala manusia yang kini menggelinding ke arah kakinya!

Ia menaikkan kakinya ke atas ranjangnya. Menatap nanar kepala manusia yang merupakan muridnya itu.

"C-ch-chan ... " Lidahnya kelu untuk meneriakkan nama anaknya itu.

Kamarnya pun kini berubah. Kaca di kamarnya menampilkan kejadian rubuhnya gedung yang ia buat itu. Kaca itu seolah menampilkan ulang kejadian mengenaskan itu.

Ia kini mengerjapkan matanya berulang kali juga mengusap wajahnya kasar, hanya untuk memastikan kejadian ini bukanlah imajinasi belaka.

Dinding-dinding kamarnya kini mengalirkan darah. Bau darah menjadi parfum ruangan kamarnya. Segala barang yang ada di kamarnya jatuh dengan sendirinya. Kepala yang tadi menggelinding kini melayang tanpa terikat oleh gaya gravitasi.

Danger School [99 LINE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang