-November 2012-
Ini hari terakhir Jiyong berada di Thailand. Besok ia sudah harus check out dan kembali ke Seoul. Total kurang lebih delapan hari ia berlibur bersama Seungri.
Selain bertemu Joonyoung. Seungri dan Jiyong juga berkeliling untuk survei lokasi. Karena rencananya Seungri dan Joonyoung ingin membuka restoran ramen di Thailand.
Survei lokasi dilakukan selama dua hari. Mereka berkeliling ke beberapa wilayah yang menurut informasi, cukup ramai.
Hasil akhir belum ditentukan namun gambaran sudah bisa didapatkan. Paling tidak mereka hanya perlu sedikit polesan sebelum benar-benar bergerak. Seperti kata Seungri.
Jiyong ikut kemanapun Seungri pergi selama itu perkara bisnis. Bukan karena ingin. Lebih menjurus pada dipaksa!
Seungri belum percaya diri. Ia bilang takut salah keputusan.
Jadi mau tidak mau, Jiyong tetap ikut kemanapun Seungri dan bisnisnya bergerak!
Namun hari ini lain. Jiyong tidak kemana-mana. Ia merasa lelah dan ingin di hotel saja. Ia membiarkan Seungri keluar bersama Joonyoung. Toh Joonyoung kan teman lama Seungri. Bocah itu tidak akan hilang, pikirnya.
Sudah sejak tadi Jiyong duduk di balkon sambil menikmati pemandangan kolam renang di bawah.
Ada banyak orang di sana. Jiyong benci berenang seperti itu! Ia tidak berpikir itu seperti berenang. Ganti saja istilahnya menjadi berendam?
Krruuukkkkkk kruuukkkkk
Suara perut Jiyong.
"Ahhh aku lapar. Apa aku masih bisa ikut sarapan di resto?" Tanyanya pada diri sendiri.
Ia kemudian melirik jam di ponselnya yang menunjukkan angka 10.54 THA.
Tidak ingin turun ke bawah sia-sia. Jiyong memutuskan menelepon operator untuk menanyakan soal sarapannya.
"Grand Sukhumvit Hotel dengan Operator ada yang bisa di bantu?" Begitu telepon terhubung suara seorang wanita langsung memenuhi telinga Jiyong.
"Grand Sukhumvit Hotel dengan Operator ada yang bisa di bantu?" Ulang sang operator dari seberang sana.
"Eh? Aku ingin bertanya" jawab Jiyong yang mendadak bingung. Bagaimana tidak? Ia melihat gadis itu di hotel tanpa seragam. Ia melihat gadis itu di pantai. Kini ia mendengar suara gadis itu di telepon?
Jiyong yang salah atau bagaimana sih?
Apa ia sakit?, pikirnya.
"Bagaimana tuan ada yang bisa saya bantu?" Ucap si operator ramah.
"Iya aku ingin bertanya"
"Silahkan"
"Siapa ini?" Tanya Jiyong ngaco.
"Eh? Saya operator tuan. Bagaimana ada yang bisa saya bantu?" Si operator masih terus saja bertanya untuk membantu Jiyong.
Jiyong yang sekarang lapar menjadi tiba-tiba pusing.
Ia bukan hanya lapar tapi tidak mengerti apa-apa.
"Aku lapar" kata Jiyong detik berikutnya
"Hahahhaa anda lucu sekali tuan. Lalu? Apa anda ingin saya memesankan makanan atau bagaimana?"
Kenapa dia malah tertawa? Apa aku lucu? Menyebalkan! Pekik Jiyong dalam hati.
"Iya aku ingin makan" jawab Jiyong kemudian.
Kwon Jiyong! Kau kenapa hah? Tadi bilang lapar. Tentu kau harus makan. Heeeiiissshh kenapa mulut, otak, dan hatiku jadi begini? Kalian harus patuh padaku! Jangan bikin aku malu. Arra?, Maki Jiyong dalam hati.
"Ehm! Maksudku aku lapar dan masih di kamar. Aku ingin bertanya apa restoran masih buka?"
"Baiklah tuan. Saya akan mencoba menghubungkan anda dengan bagian restoran. Apa anda mau menunggu?"
"Tidak" Jawab Jiyong singkat
"Hubungi saja aku kembali ke kamar 805"
"Baiklah kalau begitu mohon di tunggu" ucap si operator kemudian mematikan sambungan teleponnya.
Jiyong?
Jiyong lari ke kamar mandi! Ia mencuci mukanya kasar. Menepuk-nepuk pipinya. Kemudian bicara pada pantulan wajahnya di cermin.
Kau pasti sudah mulai gila Kwon Jiyong. Kau melihatnya di mana-mana. Kau bahkan mendengar suaranya. Kau merasa semua orang menyebut namanya.
Tidak! Tidak!
Tadi bukan Lisa. Bukan Lalisa. Bukan!
Siapa tadi namanya?
Heeeeiiissshhh
aku bahkan tidak tahu!Jiyong mengacak rambutnya kasar lalu berjalan mendekat ke arah telepon di samping ranjangnya. Telepon itu sudah berbunyi dua kali.
Sepertinya si operator tadi yang menelponnya.
"Ya" ucap Jiyong begitu ia mengangkat telepon itu.
"Apa ini Kwon Jiyong-shi?"
Eh? Tuhan.. Apalagi ini?, batin Jiyong.
"Apa ini Kwon Jiyong yang ditabrak temanku tempo hari?"
"Aku melihat id mu di layar monitorku sekarang. Aku tidak tau anda menginap di sini Kwon Jiyong-shi" ucap si operator yang tak lain dan tak bukan adalah Lisa. Gadis elegan Jiyong.
"Kwon Jiyong-shi?"
"Oppa"
"Eh?" Celetuk Lisa bingung.
"Panggil aku oppa. Aku jelas lebih tua darimu"
"T-ttapi-"
"Tidak ada yang memanggilku oppa selama seminggu aku di sini. Aku merindukannya" Jiyong mulai ngawur.
"Baiklah. Oppa"
Deg!
Eomma kau dengar? Dia memanggilku oppaAaahhh sepertinya eomma akan punya menantu yang manis
Hihiii
Monolog Jiyong dalam hati
"Kenapa kau tertawa oppa? Apa aku terdengar lucu memanggilmu begitu?"
"Apa tawaku terdengar sampai sana?" Tanya Jiyong bodoh
"Tentu aku mendengarnya. Bahkan aku mendengar deru nafasmu kini"
Jiyong menjauhkan gagang teleponnya dan mengatur nafasnya secepat kilat.
Dia tidak ingin terlihat bodoh.
"Maaf aku bukan menertawakanmu. Oh ya bagaimana restorannya?"
"Sudah tutup oppa. Oppa kesiangan. Sebaiknya pesan room service saja"
Dia manis sekali memanggilku oppa begitu. Jiyong masih saja cekikikan bodoh
"Oppa?"
"Tapi aku tidak bisa membaca menu-menu ini. Tulisannya bahasa Thailand. Tidak bisakah kau membacakannya untukku?"
Jiyong hanya beralasan. Memangnya hotel dibawah naungan Accord masuk kelas hotel odong-odong? Tentu saja ada bahasa Inggrisnya di sana. Dasar!
"Membacakannya untukmu? Hmmmm.. baiklah. Lagipula sedang tidak ada yang menelepon"
Yaaassss! Jiyong bersorak riang.
Cantik tapi tidak teliti. Akhirnya dia terlihat seperti manusia, pikir Jiyong.
"Tapi jika ada panggilan yang masuk. Aku akan mematikan panggilanmu oppa. Karena aku tidak tahu siapa tahu mereka sangat mendesak"
"Asal kau menghubungiku lagi setelahnya" kata Jiyong sambil mulai merangkak ke kasur untuk tidur-tiduran.
~▪~
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am On The Last Chapter
FanfictionIni adalah kisah sepasang anak muda Korea Selatan, Jiyong si coverboy dan Lisa si mahasiswi energik Tulisan pertama yang aku coba buat di wattpad Semoga temen-temen suka :) Saranghae