32

1.3K 165 5
                                    

-Agustus 2014-

"Kau masuklah duluan. Pesan apa yang kau mau dan duduklah di atas. Cari tempat kosong di atas. Oke?" Kata Jiyong begitu mereka tiba di lokasi tujuan. Sebuah restoran seafood yang menurut cerita Jiyong di kelola langsung oleh kedua orangtuanya.

"Oppa mau ke mana?" Tanya Lisa heran.

"Aku ada urusan sebentar"

"Mana boleh begitu. Aku ikut" sahut Lisa cepat. Gadis itu baru saja diculik ke Jeju untuk makan seafood dan setibanya di sini dia di suruh masuk duluan? Kok jahat sih.

"Hahaha. Aku tidak kemana-mana Lisa. Hanya ke toilet"

"Ke toilet bersama saja. Aku bisa menunggu oppa di sana" jawab Lisa polos.

"Itu. Di sana" tunjuk Jiyong ke sebuah single toilet yang berada di luar restoran. "Toiletnya di sana. Apa kau masih mau menunggu?"

"Hmm" jawab gadis itu sambil mengangguk.

"Di sekitarnya sedikit gelap. Lihat?Tidak baik jika kau menunggu di luar"

Lisa tidak bergeming. Gadis itu justru memandang Jiyong nelangsa saat ini. Berharap dia bisa ikut Jiyong atau bagaimana entah yang jelas tetap pergi bersama Jiyong. Ber.sa.ma!

"Aku mau saja kau ikut. Tapi toilet itu hanya punya satu pintu. Tidak seperti toilet di mall yang dibalik pintu itu ada beberapa bilik kecil" terang Jiyong lembut. "Aku khawatir kau melihat sesuatu sebelum waktunya" imbuh Jiyong sambil mengacak poni Lisa. Pria itu berlalu sambil sedikit berlari setelahnya.

Kalau memang aku tidak boleh menunggu di luar
Aku kan bisa menunggu di dalam
Aku tidak akan melihat apapun
Aku bisa menutup mataku

Kata Lisa dalam hati.

Kalau sendirian begini kan malah menyeramkan
Kalau aku diculik bagaimana?
Kalau aku hilang?
Kalau ada mobil yang datang lalu aku di sekap?
Dimutilasi?
Dijadikan makanan ternak?

Iiihhh 😱😱

Lisa berlari secepat kilat menuju restoran. Ngeri sendiri dengan pikiran-pikiran horornya barusan.

"Annyeonghaseyo. Silahkan masuk" kata seorang pelayan begitu Lisa masuk. Ia sepertinya sedikit lebih tua dari Lisa.

"Annyeonghaseyo"

"Untuk berapa orang nona?" Tanya si pelayan itu ramah.

"Dua orang. Aku bersama seseorang kemari tapi dia sedang ke toilet saat ini" jawab Lisa santun, lengkap dengan senyumnya.

"Baik. Meja sebelah sana masih kosong. Udaranya bagus saat langit gelap begini" tawar si pelayan menunjuk satu meja tidak jauh dari posisi mereka saat ini.

"Maaf. Apa boleh aku memilih di atas saja? Temanku bilang di atas saja tadi"

"Oh tentu. Di atas juga bisa. Kalau begitu mari saya antar ke atas" kata si pelayan sambil berjalan mendahului Lisa.

"Masih banyak meja kosong di sini. Silahkan tentukan sendiri mau duduk di mana" kata si pelayan begitu mereka tiba di lantai dua restoran itu. "Ini buku menu dan nomor antrinya. Jika sudah selesai memesan anda bisa menekan tombol di meja ini" imbuh pelayan itu sambil menunjukkan satu meja kecil di dekat tangga. Meja reservasi.

"Baik. Terima kasih" jawab Lisa lembut.

Tanpa pikir panjang gadis itu memilih tempat duduk di dekat jendela. Sekilas dapat terlihat pemandangan yang disuguhkan jendela itu. Pelabuhan, lengkap dengan gemerlap lampu dan kapal-kapalnya. Indah! 

Restoran keluarga Kwon di Jeju adalah restoran pertama dan restoran utama dari seluruh restoran yang mereka kelola. Dalam kepengurusannya, Nyonya Kwon terlibat langsung di dalamnya. Meski saat ini ia lebih banyak duduk di balik meja kasir daripada di dapur.

Restoran ini mengangkat tema old but gold. Alias bertahan dengan gaya kuno tapi tidak goyah meski bersaing dengan restoran modern.

Restoran ini berkembang di dalam bangunan dua lantai dengan dominasi warna cream dan coklat. Di malam hari, lampu kuning akan menemani pengunjung menikmati santapan mereka. Kesannya sangat hangat dan sederhana. Tapi meski begitu, restoran keluarga Kwon ini cukup diminati masyarakat. Baik lokal, domestik, maupun internasional.

"Apa kau sudah memesan?" Tanya Jiyong begitu ia duduk di hadapan Lisa.

"Hmm" sahut Lisa sambil mengangguk. "Apa oppa dibesarkan di sini?"

"Di rumah, tidak di restoran" sahut Jiyong sambil tersenyum.

Lisa yang mendengar jawaban Jiyong barusan hanya memutar bola matanya. Jengah. Malas bicara dengan Jiyong, gadis itu kembali mengalihkan pandangannya ke arah pelabuhan.

Di sana terlihat beberapa kapal yang siap berlayar. Tidak begitu jelas sih, karena jarak yang terbilang lumayan jauh. Tapi sepertinya mereka adalah pemenuh kebutuhan nabati di daerah ini. Setidaknya untuk hewan-hewan laut, pikir Lisa.

Di sekitar restoran tidak banyak kendaraan berlalu lalang. Meski hari belum terlalu malam, tapi sepertinya sebagian besar penduduk sudah banyak yang memilih menghabiskan waktu di rumah. Sangat kontras dengan kondisi malam hari di Seoul. Yang seperti tidak ada matinya.

"Apa Jeju sangat indah sampai kau terus tersenyum begitu?" Celetuk Jiyong yang ternyata sejak tadi memandangi Lisa.

"Eh?"

"Itu. Bibirmu" tunjuk Jiyong dengan mulutnya. "Tertarik terus sejak tadi"

"Hehehe. Ketahuan ya" ucap gadis itu malu-malu. "Tempat ini indah"

"Kau ja-" "Permisi, pesanan anda nona, tuan" kata seorang pelayan tiba-tiba.

"Hyung? Jiyong hyung?" Ucap si pelayan tadi terkejut. "Aku tidak tahu nona ini datang bersamamu"

"Ssttt. Kecilkan suaramu" kata Jiyong pada si pelayan tadi. "Di mana eomma?"

"Bagaimana kau bisa di sini hyung? Aku tidak melihatmu naik?"

"Di mana eomma?" Tanya Jiyong lagi.

"Imo pulang tadi sore. Sampai sekarang belum kembali"

"Oke. Jangan katakan padanya aku kemari" sahut Jiyong cepat sambil memindahkan isi tray ke mejanya.

"Wae?"

"Jangan saja"

Pelayan itu kemudian mengangguk sambil membantu Jiyong memindahkan satu per satu makanan dan minuman yang sudah di pesan Lisa sebelumnya. "Apa ada yang kurang?"

"Sepertinya" "Sudah tidak usah begitu. Aku akan mengajarinya. Kau kembalilah ke bawah. Jangan katakan pada siapapun aku di sini. Oke?"

"Ne" jawab pelayan itu cepat sebelum berlalu meninggalkan keduanya. Kembali ke bawah.

"Siapa pria tadi? Kenapa dia tidak boleh bilang kalau oppa di sini?" Tanya Lisa yang memang tidak tahu apapun.

"Dia sepupuku. Sekaligus manager di sini" jawab Jiyong sambil mengaduk-aduk makanannya. Supaya tidak terlalu panas.

"Lalu?"

"Jika eomma tahu aku di sini. Kita tidak akan sempat makan"

"Wae?"

"Karena dia akan sibuk menginterogasiku. Jadi sekarang makan dulu baru kita temui eomma. Aku sudah sangat lapar"

Lisa yang tidak puas dengan jawaban Jiyong sudah siap-siap membuka kembali mulutnya. Ingin bertanya. Tapi tidak jadi saat dia melihat Jiyong sudah rakus menyantap makanannya. Lisa tahu pria itu belum makan apa-apa sejak tadi. Dia pasti sudah sangat lapar, tapi masih saja bersikeras ingin makan seafood di Jeju.

Selama di pesawat juga dia tidak makan apapun. Bagaimana mau makan jika dia dan Lisa menghabiskan satu jam penerbangan dengan tidur.

Dilema antara lapar dan mengantuk yang dimenangkan oleh rasa kantuk!

~▪~

I Am On The Last ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang