38

2.7K 193 49
                                    

-Agustus 2014-

"Maaf karena memaksamu kemari. Terima kasih karena mau datang dan membawa kebahagiaan untuk kedua orang tuaku. Dan tolong, jangan menjauh lagi dariku. Dua tahun ini sangat berat tanpamu. Saranghae" kata Jiyong sambil mengecup kening Lisa pelan.

Cukup lama ia menempelkan bibirnya di kening gadis itu. Seperti berusaha menyalurkan semua perasaan yang sedang bergejolak di hatinya.

"Have a sweetdream sayang" bisik Jiyong setelahnya. Pria itu tersenyum manis memandang kening Lisa. Melihat jejak bibirnya yang baru saja ia tinggalkan. Ia kemudian beranjak dari posisinya. Berencana kembali ke kamarnya sebelum gadis itu bangun. Bisa gawat kalau dia bangun dan melihat Jiyong ada di sana.

"Apa yang barusan boleh ku hitung sebagai pencurian?"

JLEB!

😳

😳

😳

😳

😨

😨

😨

😨

😱

😱

😱

😱

Matilah kau Jiyong

Pria itu terpaku ditempatnya saat ini. Tidak berani bergerak apalagi berbalik.

Sebenarnya Jiyong sudah hampir membuka pintu tadi kalau saja suara Lisa tidak menginterupsi pergerakannya.

"Oppa tidak mau menjawabku?" Tanya Lisa pelan. Suaranya sih memang pelan, bahkan gadis itu jadi ikut berbisik karena sebelumnya Jiyong bicara juga bisik-bisik.

Tapi di telinga Jiyong, suara Lisa barusan, kalimat Lisa barusan, bahkan hembusan nafas Lisa barusan, terdengar seperti petir yang menggelegar.

Horor!

Lisa yang merasa tidak ada pergerakan apapun dari Jiyong memutuskan untuk berdiri. Bangkit dari tempat tidur dan berjalan mendekat ke arah Jiyong.

Jika Jiyong tidak datang padanya
Ya sudah dia saja
Begitu kurang lebih isi kepalanya saat ini.

Jiyong sendiri masih terpaku di tempatnya dengan posisi tetap membelakangi gadis itu. Tidak sanggup berbalik. Pria itu terlalu gugup. Tangan kanannya bahkan masih memegang gagang pintu sekarang.

Tap
Tap
Tap

Suara langkah kaki Lisa yang semakin lama terdengar semakin jelas.

Lantai kamar tamu memang bukan keramik seperti dibagian depan, Tuan Kwon sengaja membuat lantai kamar berbahan dasar parquet supaya ada perbedaan suasana katanya.

Baru kali ini selama pria muda Kwon itu tinggal di sana, dia merutuki ayahnya yang lebih memilih parquet ketimbang keramik. Menjadikan suara langkah itu terdengar sama mengerikannya dengan musik-musik di film horor.

Jiyong sungguh ingin menghilang saat ini, entah itu berteleportasi, hilang kesadaran, hilang ingatan, atau menghilang sekalian dari dunia ini.

Namun sayang, tidak ada dari semua kategori hilang di atas bisa dilakukannya. Dia bukan ninja pun bukan tuhan. Mana bisa dia menghilang ke tempat lain dalam waktu singkat, apalagi meminta nyawanya untuk menjauh dari raganya. Tentu tidak!

I Am On The Last ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang