-November 2012-
"Aku besok check out Lisa" ucap Jiyong ketika ia dan Lisa sampai di basement.
Waktu istirahat Lisa tinggal 15 menit lagi. Gadis itu perlu bersiap sebelum naik dan menyelesaikan pekerjaannya.
"Kau mau menemaniku berkeliling?"
"Oppa mau ke mana?" Tanya Lisa sambil menatap wajah Jiyong yang sedikit tertutup topi.
"Entahlah. Aku hanya ingin mencari udara segar. Aku tidak bisa bahasa Thailand. Anggap saja kau jadi tourguide ku untuk beberapa jam. Bagaimana?"
"Hmmm... bagaimana ya?" Lisa nampak berpikir
"Aku tidak akan macam-macam. Tenanglah" jelas Jiyong seolah itu yang Lisa khawatirkan.
"Hahahha bukan begitu oppa. Aku hanya memikirkan Jisoo eonni. Dia akan sendirian"
"Kau bisa mengajaknya jika kau mau. Aku tidak ada masalah" tutur Jiyong lembut.
"Nanti aku kabari lagi. Bagaimana?"
"Ku harap aku mendapatkan jawaban yang ku inginkan" ucap Jiyong sambil mengacak rambut Lisa sebelum berlalu menuju lift.
Sementara Lisa?
Ia sedang mematung sekarang. Jantungnya berdebar-debar karena sentuhan Jiyong tadi.
Mino sudah sering mengacak rambut Lisa tapi Lisa tidak pernah merasakan apapun. Selain kesal karena rambutnya jadi berantakan.
Tapi kenapa saat ini jantungnya jadi berdegup cepat sekali. Jiyong hanya mengacak rambutnya sekilas. Bahkan tidak disertai pelukan atau pitingan seperti yang biasa Mino lakukan padanya.
Buru-buru ia masuk loker dan bersandar di kabinetnya. Membenarkan pakaiannya, make upnya, rambutnya, dan yang lebih penting adalah jantungnya. Lisa harus merapikan semuanya sebelum kembali ke atas. Ia harus baik-baik saja.
~▪~
Jam kerja Lisa sudah selesai. Lisa hanya bekerja sampai jam 3 sore hari ini. Operator shift berikutnya juga sudah datang.
Sebentar lagi mereka akan melakukan afternoon briefing. Menginformasikan hal-hal penting yang perlu di ketahui staff yang in charge berikutnya.
Namun sebelum hal itu, Lisa terlebih dulu menghubungi Jisoo. Ia harus menanyakan sesuatu. Urgent!
Tut tut tut
"Eonni, apa pekerjaanmu sudah selesai?" Tanya Lisa saat Jisoo sudah menjawab panggilannya.
"Jam kerjaku sudah selesai tapi tugasku belum. Ini semua karena si tua bangka dari kementerian itu" sungut Jisoo.
"Aku akan keluar setelah ini. Aku belum tahu kembali jam berapa. Bagaimana denganmu?"
"Kau mau ke mana?" Tanya Jisoo cepat.
"Jiyong oppa memintaku menemaninya berkeliling. Dia besok check out dan dia tidak bisa berbahasa Thailand" Lisa menjelaskan yang sebenarnya pada Jisoo
"Jiyong oppa yang kemarin di pantai?"
"Iya eonni. Aku baru tahu tadi kalau dia menginap di sini" jelas Lisa
"Berdua saja?" Tanya Jisoo sedikit khawatir
"Jiyong oppa juga mengajakmu eonni. Makanya aku meneleponmu. Bagaimana apa eonni bisa?" Tanya Lisa lagi
Jisoo diam. Berpikir. Lalu-
"Pergilah dengannya. Sepertinya dia pria baik. Jika dia macam-macam kau kan bisa berteriak dan bicara dalam bahasa Thailand. Dia tidak akan mengerti"
"Eonni yakin? Atau aku menunggu eonni selesai saja?"
"Aku juga melihatnya di monitor. Jiyong oppa besok check out. Kamarnya akan digunakan klienku dari Hyundai" jelas Jisoo pada Lisa
"Lalu?"
"Pergilah. Aku tidak apa-apa. Aku juga tidak tahu jam berapa akan selesai. Karena aku perlu melaporkan ini pada GM"
"Baiklah kalau begitu. Apa eonni ingin ku bawakan sesuatu nanti?" Tanya Lisa
"Bawakan aku crepes pisang coklat heheheh aku sangat suka crepes Thailand" jawab Jisoo riang.
"Baiklah. Nanti ku bawakan. Byeee eonni" kata Lisa sebelum ia memutus sambungannya.
Tepat setelah sambungan terputus. Kaca ruangan Lisa di ketuk. Ia diminta keluar karena semua orang sudah menunggunya untuk afternoon briefing.
Mereka mengira Lisa menerima telepon dari tamu. Mereka tidak bisa mendengarnya.
Di hotel ini, hanya ruangan operator yang dibangun dari kaca di empat sisi. Ruangan itu juga kedap suara. Di desain khusus karena operator perlu fokus saat berbicara dengan tamu dan calon tamu hotel. Begitu kata salah satu engineer yang kemarin mampir ke ruangan Lisa.
Lisa segera keluar begitu ia selesai. Ia kemudian mengganjal pintu ruangannya dengan sebuah ganjal pintu. Ia perlu tetap menjaga teleponnya saat ini. Toh tidak ada hal urgent yang perlu ia laporkan pada operator berikutnya.
Lima menit berlalu, telepon di ruang operator kembali berbunyi. Karena tadi pintunya di ganjal, semua orang jadi mendengarnya. Berhubung Lisa yang paling dekat, jadilah dia yang masuk dan mengangkat telepon itu.
Panggilan internal rupanya. Kedip merah line 5.
Lisa masuk dan menutup rapat pintunya. Duduk dan dengan tenang mengangkat teleponnya.
"Grand Sukhumvit Hotel dengan Operator ada yang bisa di bantu?" Suara Lisa ramah menyambut pendengar di seberang.
"Apa kau bisa?"
Deg!
Jantung Lisa berdegup kencang lagi
Padahal kali ini baru mendengar suaranya kan?Aduuhh gawat
Kenapa di saat seperti ini sih, batin Lisa"Lisa? Apa kau bisa?" Tanya Jiyong lagi.
Lisa, jika kau tidak tahu apa yang harus kau lakukan. Tersenyumlah, akan ada seseorang yang membantumu
Lisa langsung ingat pesan eomma!
"Ehehheheee.. Jisoo eonni tidak bisa oppa. Dia harus lembur"
"Lalu kau?"
"Aku bisa" jawab Lisa setelahnya. Jujur
"Syukurlah. Aku akan menunggumu di basement. Selesaikanlah dulu urusanmu" ucap Jiyong lalu memutuskan teleponnya.
Lisa hanya diam dan termenung.
Apa yang baru saja terjadi? pikirnya.~▪~
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am On The Last Chapter
FanfictionIni adalah kisah sepasang anak muda Korea Selatan, Jiyong si coverboy dan Lisa si mahasiswi energik Tulisan pertama yang aku coba buat di wattpad Semoga temen-temen suka :) Saranghae