3

4.9K 487 9
                                    

"NA JAEMIN!" Teriak seorang wanita lalu mendobrak keras pintu kamar anak itu.

Jaemin terlonjak kaget dan ia langsung bangun dari tidurnya dan menunduk saat melihat ibunya marah.

"Kau tidak bisa melihat?! Lihat jam sekarang!!" Bentak wanita itu kasar, telunjuknya menunjuk ke dinding, tepatnya ke sebuah jam.

Jaemin mengarahkan pandangannya ke arah dinding dan mata kecilnya itu langsung membulat saat melihat jarum pendek itu terdapat pada angka 7 dan jarum panjangnya terdapat pada angka 3.

"Cepat ke kebun sekarang, sebelum aku mengusirmu" Ucap wanita itu, kata katanya terdengar tegas dan menusuk.

Jaemin menghela nafasnya lalu beranjak dari tempat tidurnya.

Ia membersihkan tubuhnya lalu berganti pakaian menjadi pakaian petani.

Sekarang Jaemin berumur 13 tahun, bukankah kejam, pada umur sekecil itu ia bekerja menjadi petani?

"Hyung" panggil Jaemin kepada kakaknya yang sedang sarapan beberapa masakan desa.

Na Jaejoon, kakak dari Jaemin, kakaknya itu sedang bersekolah di bangku SMP.

Hyungnya itu hanya mendelik kesal kepada Jaemin.

"Apa?!" Balasnya kesal, ia paling malas jika berhadapan dengan adiknya ini.

Jaemin menunduk takut saat melihat bentakan Hyungnya.

"B-bolehkah aku mendapatkan sedikit makanan?" Tanya Jaemin ragu, ia menggigit bibir bawahnya.

"Tidak! Kau tidak boleh makan sebelum mendapatkan upah" Sahut Ibunya, ia mendorong Jaemin keluar rumah dan membanting pintu rumah kasar.

Jaemin mengusap perut ratanya, bagaimana ia bisa bekerja jika perutnya saja kosong?

Tenaganya saja berkurang saat ini, semua tubuhnya serasa sakit dan lemas hari ini.

Jaemin berjalan pelan, menjauhi perkarangan rumahnya.

Ia dipecat dari pekerjaannya sebagai petani karena tubuhnya tidak sanggup untuk menanam atau mengangkut padi, dan ibunya itu tidak tahu bahwa Jaemin sudah dipecat.

Ia melihat beberapa orang sedang mengangkut barang, dan ia pun berniat untuk membantu dan mendapatkan upah, walaupun hanya sedikit.

Jaemin menghampiri satu orang disana.

"Eum, Pak, apa saya boleh membantu?" Jaemin mendongak, memberikan tatapan memohon.

Pria tua itu berjongkok, menyamakan tingginya dengan si kecil Jaemin, ia mengusap kepala Jaemin lembut.

"Kau sanggup?"

Jaemin mengangguk semangat, ia tersenyum.

"Baiklah, hati hati" Ucap pria itu mengijinkan.

Jaemin tersenyum, ia mencium punggung tangan pria tua itu lalu menghampiri beberapa orang yang sedang mengangkut barang dan ikut membantunya.

Jaemin sedikit kesusahan saat mengangkat sebuah kotak besar, dan tiba tiba sebuah tangan kekar membantunya.

"Bawalah barang yang ringan" Ucap pria yang membantu Jaemin tadi.

Jaemin mengangguk, mengucapkan terima kasih sekilas lalu mengangkat barang yang sedikit ringan.

Jaemin menghembuskan nafas perlahan, menetralkan nafasnya, selalu seperti ini.

Saat ia telah beres bekerja, jika ia kelelahan maka dadanya akan terasa sesak dan organ bagian dalamnya seperti susah untuk bekerja.

Grande Fratello / jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang