Keesokan paginya Jaemin memutuskan untuk pergi berbelanja bahan bahan makanan untuk disimpan di rumahnya.
Ia membawa uang sebesar 50 ribu dan ibunya menyuruh Jaemin untuk membeli beras, beberapa sayuran, dan beberapa bahan pangan lainnya, sedangkan Jaemin tidak tahu apakah uangnya akan cukup atau tidak.
Hh, andai saja Jaemin bisa menghitung.
Jaemin masuk ke dalam toko tujuannya, ia hanya memilih beberapa sayuran, beras pun dia hanya membeli secukupnya.
Ia melangkahkan kakinya ke arah kasir, dan memberikan barang belanjaannya supaya dihitung.
"Totalnya 87 ribu"
Jaemin memberikan uangnya, dan ia tahu bahwa uangnya pasti kurang, dan ia berusaha membujuk si kasir agar belanjaannya bisa diambil tanpa membayar sisanya, karena ia tidak membawa uang lagi.
2 orang pria berbadan besar menghimpit tubuh Jaemin, bau rokok dan alkohol menusuk ke penciuman Jaemin yang sebenernya ia tidak bisa menghirup asap rokok.
2 orang pria tadi melunasi barang milik Jaemin dan mengajak Jaemin keluar supermarket.
"Nak, ikut kami yuk"
Jaemin menggelengkan kepalanya keras, ia tidak mengenal kedua pria tersebut dan dulu neneknya pernah memerintahkannya untuk jangan ikut ke orang yang tidak di kenal, apalagi mengajaknya pergi, itu membahayakan.
Jaemin bersiap untuk lari, tetapi kerahnya ditarik dari belakang sehingga ia tercekik dan akhirnya terjatuh di aspal.
Salah satu dari mereka membekap mulut Jaemin paksa dan menyeret Jaemin masuk ke dalam mobil sedan hitam yang ternyata di dalam mobil tersebut banyak pria bertato yang mabuk, bahkan merokok juga.
"Kita bisa menjual organ tubuhnya" Ucap pria yang tadi menggendongnya dan mendudukkan tubuh Jaemin di tengah kerumunan pria yang merokok.
"Haha bagus, kita akan mendapatkan penghasilan yang besar"
Jaemin berusaha bernapas dengan baik, napasnya tercekat, dadanya terasa sesak, ia tidak suka mencium bau rokok, apalagi udara di dalam mobil ini hanya ada asap rokok.
Jaemin menutup hidungnya dengan tangan mungilnya, matanya berkaca kaca dan bersiap untuk menjatuhkan tetesan air mata.
Ia tidak tahu ia ada dimana, hanya ada gedung yang megah di sisi jalan, dan ia lebih nyaman berada di rumahnya yang dipenuhi oleh kebun, ia rindu ibunya, dan ia rindu Hyungnya.
Mata Jaemin menemukan suatu pecahan dari beberapa botol alkohol, dengan diam diam ia mengambil 5 pecahan yang lumayan besar.
Saat mobil berada di lampu merah, Jaemin mengeratkan kepalan tangannya di pecahan tersebut lalu menusuk beberapa pria di sampingnya.
Ia menusuk di daerah pipi, kepala, bahu, dan membuat pria pria tersebut mengaduh kesakitan, dan kesempatan ini lah ia membuka pintu mobil dan lari menjauhi mobil tersebut.
Pakaiannya yang lusuh, dipenuhi beberapa bercak darah mengundang beberapa pasang mata di daerah tersebut, Jaemin terus berlari tanpa tahu arah, dan ia akhirnya berhenti di depan kedai kecil.
Jaemin merosotkan badannya ke bawah, ia terisak, bahunya naik turun, ia takut, dimana ia berada? Jaemin ingin pulang.
"Hiks, N-nana ingin pulangg"
Hanya ada beberapa kendaraan di depannya dan sebuah gedung megah berdiri tegap dan beberapa orang yang sedang menunggu jemputan.
Jaemin kembali menangis keras, memeluk kedua lututnya dan membenamkan kedua wajahnya di lekukan lututnya.
......
"Mamaaa!!"
"Kenapa sayang?"
Kini seorang Ibu dan anak sedang berkemudi mengelilingi kota, sang Ibu hanya menuruti kemauan anaknya yang ingin membeli beberapa stok roti.
"Ituu toko rotinya!" Pekik Jaehyun senang seraya menunjuk kedai roti.
Wanita paruh baya itu tersenyum, memarkirkan mobilnya lalu mengusak rambut anaknya penuh kasih sayang.
"Ayo turun"
Jaehyun keluar dari mobil lalu melompat senang, dan pandangannya mengunci kepada seorang anak yang sedang meringkuk di samping kedai Roti yang akan ia masuki.
Jaehyun sedikit merasa sesak melihatnya, lalu ia masuk ke dalam kedai Roti itu tanpa menunggu Ibunya.
Jaehyun membeli 5 buah Roti, dan 1 Roti yang sudah ia bungkus pisah, tak lama kemudian, Jaehyun keluar dari kedai roti tersebut lalu berjalan ke arah anak tadi.
Jaehyun jongkok, dan mengusap bahu anak itu. Anak itu adalah Jaemin, ya Na Jaemin.
Jaemin mendongakkan kepalanya dan menemukan pria yang seumuran dengannya sedang tersenyum lebar ke arahnya yang menampilkan lesung pipinya yang lucu.
Jaemin mengusap wajahnya yang penuh air mata lalu duduk tegak.
"Ini untuk mu, aku membelinya barusan" Jaehyun memberikan 1 buah roti yang telah dibungkus pisah tadi kepada Jaemin.
Jaemin menatap binar lalu mengambil bungkus roti tersebut, dan tangisnya pecah juga saat itu, ia kira tidak akan ada yang peduli kepadanya.
Jaehyun mengusap rambut Jaemin.
"Jangan menangis, aku tahu kau lapar, makan saja"
Sang ibu hanya menatap anaknya yang sedang mengusap orang lain di depannya.
Dadanya terasa sesak, ia merasakan sesuatu yang bahagia, sakit, menyesal, dan entah perasaan apa itu, semuanya terasa campur aduk.
"Oh! Kau kedinginan? Aku membawa 2 jaket, pakai yaa"
Jaehyun memberikan 1 jaketnya yang bermotif belang dari brand Gucci, ayolah, Jaemin tidak menyangka ia bisa menyentuh barang semahal ini.
Jaehyun tersenyum lebar.
"Eum, aku harus pulang, kau jangan lupa makan ya, nanti kapan kapan kita main bersama" Jaemin mengangguk.
Jaehyun melambaikan tangannya ke arah Jaemin, dan masuk ke dalam mobilnya diikuti ibunya.
Saat di mobil, Jaehyun meringis.
Dada nya kembali Sesak, Jantungnya berdetak lebih cepat setelah bertemu Jaemin, bibirnya langsung memutih pucat, dan tangannya gemetar.
"M-Mamaa"
Sang ibu menolehkan pandangannya ke arah anaknya, lalu ia tiba tiba melotot kaget melihat keadaan Jaehyun dan memutar balikkan arah setirnya menuju rumah sakit.
Bahu Jaehyun turun naik dengan tidak teratur, ini sangat menyiksa, tubuhnya seperti dihantam sesuatu yang sangat keras, berat, dan juga besar.
Dan, pandangannya tiba tiba memburam dan akhirnya gelap.
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Grande Fratello / j
FanfictionJaemin hanya ingin sekolah , dan ingin merasakan hangatnya sebuah keluarga. wrk 2 , @hanifahkth_