26

1.6K 192 10
                                    

Jaehyung merasa memiliki dua tanggung jawab besar yang sedang ditanggungnya sekarang. Kedua anaknya sama sama sedang berjuang , kepalanya tertunduk lemas dan pikirannya berkecamuk saat ini.

Penyakit bawaan keduanya yaitu merasakan apa yang dirasakan saudaranya sendiri , yah itu keterkaitan yang kuat antara anak kembar , Jaehyun merasakan apa yang dirasakan Jaemin , tetapi yang dirasakan Jaehyun tidak separah apa yang dirasakan Jaemin.

"Aku ingin berbicara denganmu." Jaehyung berbicara dengan tegas kepada Nami.

"ada apa?" Nami sebenarnya merasa takut , tapi ia berusaha supaya tidak terlihat takut.

"sebegitu bencinya kau dengan anakmu sendiri? kau tahu kan sekarang Jaemin tidak bisa melihat lagi , dia anakmu ! dan dia anakku juga , ia sama sama darah dagingku , aku sudah sangat menyesal untuk meninggalkan Jaemin saat ia lahir ."

"Kau sendiri yang membuatku membencinya , lalu sekarang kau menyalahkan aku?" Nami tertawa remeh lalu menatap nyalang ke arah suaminya.

"aku sudah terbiasa dengan ketidak adaannya Jaemin , dan kau yang mengajarkan itu kepadaku . . jadi jika aku berbuat seperti itu ya bukan salahku." ia berujar kejam.

Jaehyung terdiam , ia kalah telak dengan ucapan istrinya , mau bagaimanapun ia berdebat tapi ia akan kalah karena semua ucapan yang dikeluarkan Nami benar adanya.

Jaehyung menghirup nafas dalam lalu mengacak rambutnya.

"hyung , Jaemin telah sadar." Suara doyoung terdengar , Jaehyung melihat keadaan Jaehyun terlebih dahulu , anak itu masih bergulat dengan mimpinya disana , ia mengusap kening Jaehyun sayang lalu beranjak untuk menuju ruangan Jaemin , tanpa berbicara sepatah katapun pada Nami.

Sesampainya di ruangan Jaemin , bisa dilihat didalam sana ada seorang dokter dan dua perawat , dan jangan lupa ada seorang Lee Taeyong disana yang tengah menatap khawatir pada Jaemin.

Jaemin terlihat menggigit bibirnya terus menerus , ia terlihat panik tetapi tidak terlalu menampakkan hal itu , insting seorang ayah memanggilnya saat ini , ia pun mendekati ranjang jaemin lalu mengelus rambutnya.

"P-paman , nyalakan lampunya. . nana takut gelap , disini gelap , nana tidak bisa melihat paman , paman dimana." Jaemin menolehkan kepalanya ke semua arah , walaupun hal tersebut tidak mempengaruhi apapun tapi ia yakin bahwa sekarang sedang mati lampu.

"Paman , jangan tinggalkan nana sendirian , nana takut." Jaemin meremas selimut rumah sakit dan memeluknya , tatapan kosong sayunya seolah menjelaskan bahwa ia sedang benar benar ketakutan sekarang.

"N - nana kan seharusnya ada di sekolah , jeno ? renjun ? sunwoo ? k - kalian dimana." ia terus berceloteh , sang dokter hanya menatap iba , biasanya pasien yang mengalami hal yang sama akan mengamuk sehingga dokter perlu memberikan obat penenang , tetapi Jaemin bukannya mengamuk , anak itu terus berceloteh memanggil semua orang.

Taeyong merasa hatinya sudah hilang saat ini , melihat tatapan sayu milik Jaemin membuat semuanya merasakan hal yang sama , diam diam Taeyong menghapus air mata yang keluar.

Jaehyung mengelus rambut Jaemin pelan membuat anak itu menoleh dengan terheran heran karena merasakan elusan yang tiba tiba di kepalanya.

"apa disini ada hantu?" dengan polosnya ia bertanya.

Tak kuasa melihat anaknya seperti itu , Jaehyung langsung memeluk Jaemin erat dan terisak pelan.

"Nana , ini ayah." 

"Tidak , dimana paman Taeyong?" bukannya membalas pelukan Jaehyung , ia malah menanyakan orang lain , hal itu membuat Jaehyung kembali merasakan sakit , padahal saat ia mendengar kabar Jaemin pulih , ia merasa bahagia , tetapi keadaan membuat hal sebaliknya.

Taeyong yang mendengar namanya disebut langsung mendekati Jaemin dan mengelus tangannya halus.

"disini sayang , paman disini." Tubuh jaemin meremang mendengarnya , ia langsung tersenyum lebar dan beralih memeluk Taeyong.

"Paman , sebenarnya ada apa. . mengapa nana tidak bisa melihat?" ia mendongakkan kepalanya , berfikir bahwa ia akan melihat wajah Taeyong tetapi pandangannya masih hitam , dan gelap.

Saat Taeyong ingin menjawab , 

"Uh paman, badan nana sakit sekali." rintihnya.

Taeyong tersenyum sedih, ia mengelus rambut dan punggung Jaemin supaya anak itu bisa sedikit melupakan rasa sakit yang ada pada tubuhnya , Taeyong tahu pasti rasanya sakit sekali , ia tidak pernah mengalami hal tersebut tapi ia merasakan apa yang Jaemin rasakan.

Jaehyung yang melihat interaksi tersebut tersenyum masam , seharusnya ia yang mendekap Jaemin sekarang dan seharusnya ia yang menenangkan dan mengelus rambut Jaemin kali ini , ia beralih menatap dokter dan mengkode dokter tersebut untuk keluar , karena pemeriksaan Jaemin sudah selesai.

Beberapa menit kemudian mereka hanya terdiam , Taeyong duduk di sebelah kanan Jaemin dan Jaehyung duduk di sebelah kirinya. Jaemin terdiam karena ia masih bertanya tanya mengapa ia tidak bisa melihat apa apa.

Dan di situasi hening tersebut tiba tiba Jaemin menyeletuk,

"Sekolah..."


- tbc




Grande Fratello / jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang