Setelah perdebatan yang cukup lama, akhirnya Jaemin bisa masuk kedalam rumah milik Jaehyung. Dengan hanya membawa tas sekolah dan berpakaian seragam, Jaehyun yang melihat kehadiran Jaemin langsung berlari kepada Jaemin dan tersenyum lebar, bahkan ia lupa bahwa ia baru saja pulih.
"Nana! ayo bermainn" ajak Jaehyun semangat.
"a-aku takut jika kau sakit , aku tidak mau." Ucap Jaemin lirih.
"Lalu untuk apa kau hadir kesini, membuang waktu saja."
"Ibu, tidak boleh seperti itu kepada nana. ." Jaehyun lirih
"paman, nana mau pulang saja" Jaemin menolehkan kepalanya kearah Jaehyung.
"hhh, baiklah. . ayo pulang" Jaehyung sadar bahwa Jaemin tidak nyaman dengan kehadiran istrinya, apalagi dengan kata kata yang dilontarkan tadi. Tanpa berpikir terlalu panjang Jaehyung pun berdiri dan berniat untuk mengantarkan Jaemin.
"sayang, kau harus mandi terlebih dahulu." Jaehyung terdiam sebentar, akhirnya ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, terlebih lagi badannya sangat lengket.
"Nana, bermain dengan Jaehyun sebentar ya? paman mau mandi dulu, oke?" Jaemin pun mengangguk kecil.
Tanpa rasa curiga, Jaehyung pergi ke kamarnya untuk membersihkan dirinya. Jaemin hanya duduk diam, Jaehyun berniat menghampiri Jaemin tetapi langkahnya tertahan oleh sang ibu yang mendorongnya sedikit ke belakang.
Nami berjongkok diantara Jaehyun dan Jaemin , ia menyunggingkan senyuman yang sangat aneh dan mengerikan, ia menatap Jaemin dengan pandangan angkuhnya.
"Jaem, kau boleh pulang sekarang." Jaehyun membulatkan matanya.
"Bu, tapi kan Nana pulang diantarkan oleh ayah nanti."
"Tidak,sayang. ayahmu pasti kelelahan sehabis bekerja. Jaemin sudah besar, ia tidak boleh manja."
"t - tapi bibi, aku tidak mengetahui arah jalan ke rumah paman Taeyong. ." Jaemin berucap lirih.
"Aku tidak peduli , sekarang kau segera pergi dari rumah ini, sekarang." Jaemin terdiam, Nami yang melihat itu langsung bergerak dan mendorong Jaemin keluar dengan kasar.
Jaemin meringis saat merasakan punggungnya sedikit sakit saat bertabrakan dengan aspal , ia berjongkok sebentar lalu berdiri.
"Bibi, aku tidak mengetahui jalan pulang."
"Aku tidak peduli, sekarang kau pergi sebelum suamiku selesai mandi."
Jaemin menundukkan kepalanya dalam, ia takut. . ia berharap Taeyong akan menjemputnya sekarang juga, ia sungguh takut sehingga ia tidak sadar ia telah menjauh dari pekarangan rumah milik Jaehyung.
Ia terisak, ia seharusnya bisa menghafal jalan tetapi ia tidak bisa melakukan hal itu, ia berpikir mengapa ia tidak senormal anak anak lainnya , mengapa ia berbeda.
Jaemin terus melangkahkan kakinya tak tentu arah , ia mengerucutkan bibirnya saat merasakan perutnya bersuara untuk meminta makanan , ia sangat lapar. . bekal makanannya sudah habis ia makan bersama teman temannya.
Kemudian ia melihat segerombolan pria berbadan besar dan bertato di ujung jalan , ia jadi terigat orang yang pernah menculiknya dulu , tidak jauh beda dengan itu.
Tak terasa hari mulai gelap , orang orang pun mulai memasuki ke kediamannya masing masing , Jaemin terdiam di depan toko yang sudah tutup , ia sangat takut sekarang dan terus melafalkan doa supaya Taeyong menjemputnya sekarang.
"Nana?" Jaemin sedikit terkejut.
"Ah benarkan? Mengapa kau ada disini na? Kau juga masih memakai seragam."
Jaemin langsung menubrukan badannya ke badan Jeno yang sedikit lebih tinggi darinya , Jeno adalah teman barunya di sekolah dan umur mereka juga tidak jauh beda . Jeno sedikit oleng saat tiba tiba mendapatkan pelukan dari teman barunya itu.
"Jeno , kau bersama siapa hum?" Seorang wanita berbaju cassual datang menghampiri Jaemin dan Jeno , sudah dipastikan bahwa ia adalah ibunya Jeno , terlihat dari wajahnya yang mirip.
"Mama, ini Jaemin teman baruku di sekolah , dan jaemin. . ini ibuku."
Jaemin mencium tangan wanita tersebut sebagai tanda salam ,
"Ah iya Jaemin , kau belum pulang? Mengapa masih diluar jam segini hum?"
Jaemin menundukkan kepalanya lalu menceritakan apa yang terjadi , ia sangat ketakukan sekarang dan sungguh cacing cacing di perutnya pasti akan memakan organ tubuhnya sekarang. Tanpa pikir panjang wanita itu mengajak Jaemin ke rumahnya karena hari sudah malam , juga Jaemin tidak mengingat tempat tinggalnya.
Sepanjang jalan Jeno sangat antusias menceritakan banyak hal kepada ibunya dan dibalas kekehan dan usapan pada kepala Jeno , Jaemin yang melihatnya hanya tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya ke arah jalanan , menahan tangisnya sendiri.
"Aku juga ingin seperti jeno."
- tbc
aku kemungkinan bakal update setiap hari rabu ya , aku up ini hari selasa karena ga sabar nunggu rabu hshs
KAMU SEDANG MEMBACA
Grande Fratello / j
FanfictionJaemin hanya ingin sekolah , dan ingin merasakan hangatnya sebuah keluarga. wrk 2 , @hanifahkth_