16

2.3K 263 9
                                    

Hari pekan pun tiba, Taeyong yang sudah merencanakan untuk bertemu Jaemin langsung mempersiapan dirinya untuk segera pergi, sungguh ia sangat tidak sabar untuk bertemu anak itu.

Tak lama kemudian Taeyong telah bersiap dan ia menelpon Doyoung untuk mengantarkannya ke kampung, awalnya Doyoung menolak untuk mengantar Taeyong tapi dengan ancaman bahwa Doyoung akan dipecat jika tidak mengikuti perintahnya, Doyoung pun akhirnya mau untuk mengantarnya. Padahal Taeyong tidak akan pernah bisa memecat Doyoung haha.

"Pak Direktur, saya sudah didepan." Taeyong tertawa saat mendengar ucapan yang tidak pernah dia sampaikan di telepon.

Taeyong memutuskan sambungan teleponnya, lalu ia mengambil dompet dan beberapa makanan yang akan ia beri kepada Jaemin nanti. Taeyong berjalan ke depan rumahnya dan menemukan mobil Doyoung terparkir disana.

Taeyong mengetuk pintu mobil milik Doyoung dan kaca pun terbuka menampilkan Doyoung yang menatapnya malas, Taeyong segera membuka pintu mobil dan duduk tepat di samping kemudi.

"Cepatlah, aku rindu kepada Jaemin."

Doyoung mendengus kasar, sungguh ia sangat kesal dengan Taeyong hari ini. Mengapa? Taeyong membatalkan semua meeting yang harus dihadirinya demi anak bernama Jaemin itu, padahal menurutnya meeting meeting itu terbilang cukup penting.

Doyoung menjalankan mobilnya, mengikuti arah yang disebutkan oleh handphonenya, Taeyong lupa dengan arah rumah Jaemin, ia hanya ingat alamat rumah Jaemin, untung saja alamat itu masih bisa ditemukan di handphone.

"Taeyong, sebenarnya apa alasanmu menyukai anak itu?"

Taeyong bergumam pelan, ia juga sedikit bingung kenapa ia sangat menyanyangi Jaemin, sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

"Entah, tapi aku selalu ingin membuatnya tersenyum jika ia bersamaku."

Doyoung mendecih, Taeyong bukan orang yang seperti itu, pikirnya.

"Menurutku Jaemin itu anak yang sedikit berbeda, ia bisa selalu membuat hatiku menghangat jika bersamanya, ia alasanku tersenyum, dia juga anak yang mempunyai kekurangan jadi aku sangat ingin membantunya, juga blablablablabla."

Taeyong terus saja mengoceh sepanjang jalan, padahal doyoung tidak peduli akan itu, Doyoung tidak mendengarkan Taeyong sama sekali, ia membiarkan Taeyong mengoceh sendirian, mau sampai mulutnya berbusa pun Doyoung tidak peduli, sungguh.

>>>>><<<<<

Jaehyung mengambil dompet dan ponselnya, lalu berjalan keluar kamar dan menemui istrinya yang sedang menonton televisi.

"aku akan menjemput Jaemin, apakah kau mau ikut?"

Bukannya mendapat jawaban, Jaehyung malah mendapatkan tatapan tajam dari istrinya tersebut, istrinya berdiri lalu menghampiri Jaehyung.

"Pergilah sendiri, aku tidak sudi untuk satu atap dengan anak itu."

Jaehyung mendengus, ia mengecup dahi istrinya sekilas lalu bergegas keluar rumah dan mengendarai mobilnya ke kampung yang dihuni anaknya itu.

Beberapa jam kemudian, ia telah sampai di kampung itu, hanya saja ia tidak mengetahui alamat rumah Jaemin, ia sedikit bingung untuk itu dan akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada orang sekitar yang berlalu lalang.

"Permisi, saya sedang mencari rumah."

Petani itu mengangguk.

"Apa kau tahu rumah seorang anak bernama Na Jaemin?"

Petani itu mengangguk  lagi.

Siapa di kampung ini yang tidak mengenali Jaemin? Semua penduduk disana pasti kenal dengan sosok Na Jaemin, anak itu membantu keluarganya yang kekurangan dengan keadaan fisiknya yang lemah.

"ah, dimana ya?"

"Lurus saja ke depan, lalu belok kanan dan lurus lagi sampai kau menemukan kebun kol, ada rumah lusuh terletak berpisah disana, itu tempat tinggalnya."

Jaehyung mengucapkan terima kasih lalu memberi petani tadi dua lembar uang berwarna merah, lalu ia melajukan kembali mobilnya melalui arah yang ditunjukkan petani tadi.

Tak lama kemudia ia menemukan kebun kol yang letaknya sedikit jauh dari perkumpulan rumah lainnya dan disamping kebun kol tersebut ada rumah yang lusuh, Jaehyung sedikit terkejut saat melihat keadaan rumah itu yang seharusnya cocok ditinggalkan, rumah itu tidak layak untuk ditinggali.

Jaehyung menyipitkan matanya saat melihat ada 1 mobil mewah terparkir disana, mana mungkin dengan rumah yang seperti itu ia mempunyai mobil yang harganya bermilyar? aneh sekali.

Ia turun dari mobilnya lalu berjalan ke arah rumah Jaemin, ia berpikir bahwa mobil itu tidak terlalu asing baginya, ia pernah melihat mobil ini.

Jaehyung menepis pikiran buruknya, ia mengetuk pintu kayu yang ada, tak lama kemudian nampak seseorang yang sangat ia kenal, sangat.








"Taeyong?" 

"Jaehyung?"

-tbc

Grande Fratello / jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang