5

3.5K 422 0
                                    

Jaemin melangkahkan kakinya keluar rumah, seperti biasa ia akan mencari uang untuk Ibunya dan Hyungnya.

Jaemin berjalan ke arah sebuah toko kecil, yang berisi bahan bahan untuk perkebunan.

"Pak, apakah ada yang perlu saya bantu?" Tanya Jaemin sopan.

"Kau hanya seorang anak kecil, bisa apa?" Remeh Pria penjaga toko.

Jaemin menunduk sebentar, lalu mendongak.

"Aku mohon, aku ingin mendapatkan uang" Satu air mata lolos dari mata kecil Jaemin.

Pria itu menghela nafas lalu menunjuk beberapa kotak kecil.

"Angkut kotak itu, sesuai nama nama yang tertera dalam kotak tersebut" Ucap pria itu.

Jaemin melangkahkan kakinya ke beberapa kotak kecil.

Jaemin melihat ada kertas yang menempel pada kotak itu, mungkin setiap isi dari kotak itu berbeda, jadi harus diangkat sesuai dengan isinya.

Jaemin mengernyitkan dahinya saat melihat tulisan tersebut, ia tidak bisa membaca, bagaimana caranya untuk mengangkut kotak itu dengan benar?

Tiba tiba pria bertubuh tinggi berjongkok di samping Jaemin, sebelumnya ia melihat Jaemin sedang terlihat kebingungan.

"Apa kau perlu bantuan?"

"Eum, Paman, aku diberi pekerjaan untuk mengangkut kotak ini, tetapi harus sesuai dengan namanya."

"Lalu ada apa?"

"A-aku tidak bisa membaca" Lirih Jaemin pelan.

Pria tersebut sedikit terhenyak, dan ia langsung menunjuk beberapa tulisan di kotak itu.

"Lihat, ini Seoul, Seoul adalah sebuah perkotaan, lihatlah kedalam tulisan, daerah sana, itu terdapat nama Busan, dan paman yakin, kau pasti bisa membedakannya"

Jaemin mengangguk, ia melihat perbedaan huruf huruf tersebut.

Jaemin tersenyum lalu mengucapkan terima kasih kepada pria tersebut.

Jaemin mulai mengangkut kotak kotak itu, sesuai dengan nama kota, yaitu Seoul dan Busan.





16.00 KST

Jaemin melangkahkan kakinya ke dalam rumahnya, sambil membawa beberapa lembar uang yang mungkin cukup untuk diberikan kepada ibunya.

"Ibu" Panggil Jaemin.

Tidak ada sahutan, rumah terasa kosong, sunyi, dan tidak ada tanda tanda kehidupan di dalamnya.

Jaemin berjalan ke arah dapur, membuka tudung saji di atas meja makan.

Jaemin menghela napasnya saat tidak menemukan makanan didalamnya, ia menarik kursi dan duduk, tatapannya kosong.

Jaemin menidurkan kepalanya di meja makan, dengan tumpuan tangannya, ia mulai terisak pelan.

"Ne-nenek hiks Jaemin rindu nenek, Ibu jahat hiks"

"Jaemin ingin sekolah, seperti  Hyung"

"Jaemin ingin makan banyak"

"Jaemin ingin mempunyai teman nek"

Jaemin terus terisak, menumpahkan segala kesedihan yang dirasakannya kali ini, dan tanpa sadar ia tertidur.

Buk

Jaemin membuka matanya saat sesuatu mengenai tepat di kepalanya, Jaemin mengelus pelan dahinya, lalu menatap benda itu di depannya, roti.

"Makan, kau bisa mati jika tidak makan, tidak ada yang mencari uang" Ucap Hyungnya dingin lalu berjalan pergi ke kamarnya sendiri.

Jaemin tersenyum kecut, membuka bungkus roti tersebut lalu mulai memakan roti itu dengan lahap.

Ia tahu Hyungnya itu khawatir dengan keadaannya, hanya saja terlalu gengsi untuk mengatakannya.

Hyungnya selalu memerhatikan keadaannya, dimana ia belum makan, maka akan diberi makan, dimana ia belum meminum obat, maka hyungnya akan memberikan obat.

Setelah selesai memakan roti, Jaemin meminum segelas air lalu berjalan ke arah kamar hyungnya.

"Hyung, terima kasih, aku menyayangimu" Teriak Jaemin lalu berjalan ke arah kamarnya sendiri, yang terletak di paling ujung, mungkin kamarnya bisa disebut gudang.

Jaemin menidurkan badannya di ranjang, menyimpan uangnya di dalam seprai bantal lalu mulai tertidur kembali.

-tbc

Grande Fratello / jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang