Pada akhirnya Jaehyung lah yang membawa Jaemin pergi, Taeyong yang merasa tidak terima langsung menjalankan mobil Doyoung tepat di belakang mobil milik Jaehyung. Jaehyung ikut kesal saat melihat spion dan terdapat mobil Doyoung disana.
Doyoung terus mengeratkan pegangannya kepada sabuk pengaman, ia khawatir jika mobilnya akan lecet atau tertabrak karena sungguh ia membeli mobil ini sampai menghemat selama 6 bulan.
Jika lecet sedikit pun sungguh ia akan membunuh oknum yang bernama Lee Taeyong, ia tidak peduli bahwa Taeyong adalah bosnya atau apalah, yang terpenting sekarang itu hanyalah keadaan mobilnya.
"Lee Taeyong, pelan pelan saja sialan." Doyoung menatap tajam sahabatnya itu.
"Aku tidak peduli, lihatlah ia berhasil membawa Jaemin." Taeyong menjalankan mobil itu lebih cepat.
"Ingat, kau membawa mobilku dan sekarang kau sedang membawa satu nyawa."
Taeyong hanya diam, tidak menanggapi ucapan Doyoung, yang ada di pikirannya hanyalah Jaemin dan Jaemin.
Berbanding terbalik dengan suasana di dalam mobil Jaehyung. Keadaan disana sangat hening bahkan sangat canggung. Jaehyung terdiam memikirkan topik supaya ia bisa mengobrol dengan Jaemin.
"Jaemin." Panggilnya.
Jaemin yang sedari tadi hanya melihat sekitar langsung menolehkan kepalanya untuk menatap Jaehyung.
"apa kabarmu nak?"
Jaemin sedikit ragu untuk menjawab karena ia tidak kenal dengan orang yang berada di sampingnya itu. Jaehyung yang sadar akan perubahan raut wajah Jaemin sedikit berdehem.
"Aku ayah kandungmu." Jaehyung mulai menjelaskan.
"tapi aku tidak tahu sebenarnya siapa ayahku, ibu bilang bahwa ayahku sudah meninggal."
Jaehyung berpikir, apa saja yang telah wanita itu lakukan kepada anaknya dan telah menjelaskan apa saja. Jangan sampai anaknya merasa bahwa ia tidak mempunyai seorang ayah.
"Tidak. Aku benar benar ayah kandungmu."
Jaemin menunduk.
"Lalu selama ini Paman kemana saja? bahkan Nana tidak percaya bahwa paman itu adalah ayah Kandung Nana." Jaemin meremas kedua tangannya saat dadanya terasa sesak.
Pria yang mendapat pertanyaan itu terdiam, sudah dibuktikan bahwa Jaemin tidak menyukainya karena anak itu memanggilnya paman, bukan ayah.
Jaehyung sedikit terhenyak saat mendapat pertanyaan itu dari anaknya sendiri, sekarang ia sadar bahwa ia terlalu jahat untuk menjadi seorang ayah.
Ia hanya diam, tidak menjawab pertanyaan tadi karena ia tidak mau menjelaskan alasan sebenarnya kepada Jaemin, ia hanya tidak ingin membuat anak itu kesakitan kembali, ia tidak mau.
"Paman, dimana Jaehyun?" Jaemin bertanya kembali.
Jaehyung terdiam. Jaemin masih mengingat Jaehyun? Bahkan sudah 3 tahun berlalu tapi anak itu masih mengingatnya. Bukankah dokter mengatakan bahwa imun yang dimiliki Jaemin itu tidak kuat, anak itu bisa saja melupakan yang telah ia lakukan 15 menit yang lalu.
"Jaehyun berada di rumahnya. Mengapa kau masih mengingatnya?" Jaehyung berujar pelan.
Jaemin mengendikkan bahunya.
"Tidak tahu, hanya saja saat melihat wajah paman aku tiba tiba teringat Jaehyun."
lalu melanjutkan perkataannya..
"Jaehyun itu sangat baik paman, ia memberiku roti dan air mineral ketika aku sedang terbaring lemah di depan kios roti, dia juga memiliki senyum yang indah."
Jaehyung hanya menyimak celotehan milik anaknya itu.
"Aku sangat berharap mempunyai kakak seperti Jaehyun, sangat ingin." Tanpa sadar Jaemin tersenyum kecil, membayangkan jika Jaehyun benar benar menjadi kakaknya.
"Dia memang kakakmu Jaem, dia adalah kakak kandungmu dan kau bisa bermain dengannya setiap hari."
Jaemin menggelengkan kepalanya.
"Tidak paman, aku tidak percaya."
Jaehyung menghela nafas, ia sekarang mengetahui bahwa Jaemin juga sedikit keras kepala.
"Mengapa kau tidak percaya hm?"
"Jaehyun hyung itu sangat sempurna, ia memiliki segalanya dan ia juga disukai banyak orang, sedangkan aku tidak. Aku hanya anak yang memiliki keterbelakangan mental dan aku juga anak yang punya banyak penyakit dan selalu sakit sakitan, begitu pula banyak orang yang tidak menyukai kehadiranku di rumah."
Jaehyung merasakan sesak di dadanya saat mendengar nada keputus asaan disana, ia juga merasa dadanya seperti dililit oleh tali, sangat sakit.
"Jaemin, maafkan ayah ya?"
Jaemin menolehkan kepalanya kembali, Jaehyung mengambil tangan milik Jaemin dan menggenggamnya. Jaemin merasakan kehangatan di tangannya, tanpa sadar ia mengeratkan pegangannya.
"Paman tidak usah minta maaf."
"Jaem, kau tidak bisa memanggilku dengan sebutan Ayah?"
Jaemin menggelengkan kepalanya, ia tersenyum kecil lalu mengelus tangan besar milik Jaehyung.
"Belum paman, aku tidak bisa memanggil orang asing dengan panggilan ayah, aku baru mengenalmu lalu aku bisa memanggilmu ayah."
Jaehyung terdiam, rasa sesak dari hatinya mulai menyeluruh ke semua tubuhnya, ia merasa ingin menangis sekarang, ia sakit hati saat anaknya sendiri tidak mau memanggilnya Ayah bahkan Jaemin mengatakan bahwa ia adalah orang asing.
Sekarang ia sadar, inilah balasan yang diterima olehnya karena telah menelantarkan Jaemin dulu, sungguh ia sangat menyesal.
Benar kata orang, penyesalan itu selalu datang di akhir.
Penyesalan akan datang jika kalian telah sadar dengan semua perbuatan yang telah dilakukan. Penyesalan tidak akan pernah datang awal, penyesalan akan menghampiri setelah kesenangan yang telah dilalui dan akan berakhir dengan penyesalan, kalian akan menyesal telah melakukan hal tersebut.
Lalu Jaehyung kembali fokus kedalam perjalanan, ia hanya merasakan tangan kecil milik Jaemin terus mengelus tangannya, dan itu memberikan efek yang besar baginya, hatinya menghangat.
Tidak sadar ia mentikkan air matanya, ia terharu saat melihat keadaan anaknya yang jauh berbeda saat ia baru saja dilahirkan, ia juga sedikit senang saat Jaemin bisa menerimanya walaupun belum dianggap sebagai Ayah kandungnya.
Tak lama kemudian mereka telah sampai di pekarangan rumah milik Jaehyung, ia melepaskan seatbelt Jaemin lalu membantu Jaemin keluar dari mobilnya. lalu tidak berselang lama mobil Doyoung ikut terparkir.
Oknum bernama Lee Taeyong itu keluar dari mobilnya lalu berlari mendekati Jaemin yang sedang menapnya. Doyoung pun ikut keluar dan memuntahkan semua isi perutnya tepat di depan mobilnya sendiri.
"ayo."
Jaehyung menarik lembut tangan Jaemin sehingga mendapatkan pekikkan keras dari Taeyong. Taeyong baru saja ingin memeluk Jaemin tetapi pergerakan Jaehyung terlalu cepat. Taeyong mengikuti langkah mereka berdua dari belakang, tidak memperdulikan Doyoung yang masih muntah di belakangnya.
Pintu pun terbuka, menampakkan paras seorang wanita cantik yang menatap tajam Jaemin.
"untuk apa kau membawa anak sialan ini?"
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Grande Fratello / j
FanfictionJaemin hanya ingin sekolah , dan ingin merasakan hangatnya sebuah keluarga. wrk 2 , @hanifahkth_