4

3.9K 455 19
                                    

Jaemin memasuki rumahnya dengan langkah yang semangat.

"Ibu!" Panggil Jaemin seraya menghampiri ibunya.

Ibunya menatap tajam Jaemin.

"Mana uangmu?" Kata kata itu terlontar dari mulut ibunya.

Padahal Jaemin berharap ibunya akan bertanya tentang kesehatannya atau yang lainnya, memang benar, ibunya hanya mengharapkan upah yang dihasilkan oleh tenaganya.

Jaemin merogoh sakunya, ia mengeluarkan dua lembar uang kemerahan dan satu lembar uang kebiruan.

Mata ibunya tiba tiba berbinar dan langsung merebut uang itu dari tangan Jaemin.

Tapi tak lama kemudian tatapan ibunya menyelidik kepada Jaemin.

"Darimana kau mendapatkan uang ini?" Tanya ibunya tegas.

"Aku men--"

"Apa kau mencuri?!" Potong ibunya seraya menatap tajam Jaemin.

Jaemin langsung menggelengkan kepalanya, itu benar benar tidak benar.

"Cih, mana ada pencuri mengaku" Ibunya menjewer telinga Jaemin lalu menyeretnya.

Jaemin meringis kesakitan, telinganya terasa sakit.

Jaemin diseret kedalam kamarnya, setelah sampai di kamarnya, ibunya melepaskan jewerannya.

"Ibu tidak mengajarkan kau mencuri!" Pekik ibunya keras.

Jaemin menangis, ia menahan sakit di ulu hatinya dan di telinganya, perkataan ibunya lebih menyakitkan daripada siksaannya.

Plak

Jaemin meringis saat merasakan pipinya panas dan Perih, lagi dan lagi ibunya menamparnya, hanya karena uang.

"Dasar anak tidak tahu diri!" Ucap ibunya lalu mendorong Jaemin sehingga kepala Jaemin terantuk meja.

Ibunya keluar dari kamar Jaemin, tidak memerdulikan Jaemin yang kini kesakitan memegang kepalanya.

Jaemin meringis, ia memegang kepalanya, sakit dan sakit yang ia rasakan, dan akhirnya

Pandangannya kabur dan akhirnya gelap.

••••°••••

Lee Taeyong, seorang direktur muda, tegas, juga tampan, para gadis pun berbondong bondong untuk mendapatkan hati si pria es itu.

"Taeyong, fokus" Bisik teman Taeyong seraya menepuk pahanya.

Taeyong sedikit terlonjak kaget lalu kembali fokus ke rapatnya, entah mengapa hari ini kepalanya terasa pusing karena memikirkan anak tak berdaya itu, Na Jaemin.

Doyoung mengernyitkan dahinya saat melihat Taeyong tetap tidak fokus dengan pekerjaannya.

Dan tak lama kemudian, rapat pun selesai, Doyoung segera menarik Taeyong dari ruang rapat.

"Tuan Lee Taeyong" Panggil Doyoung tegas, ia adalah sekretaris dari direktur muda itu sekaligus teman kecilnya.

Taeyong hanya mengalihkan pandangannya kepada Doyoung, tidak menjawab.

"Mengapa hari ini kau terasa gelisah? Bahkan kau tidak fokus pada rapat tadi" Tanya Doyoung.

Taeyong hanya menghembuskan nafasnya perlahan, lalu ia menatap Doyoung.

Grande Fratello / jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang