Setelah kepergian Taeyong, Jaemin langsung digusur kasar oleh ibunya, Jaemin dimasukkan ke dalam kamar lusuh miliknya dan ibunya pun langsung menatap Jaemin tajam.
"Apa saja yang kau lakukan selama ini Jaem?" Tanya dingin ibunya.
Jaemin hanya menunduk takut sambil memeluk kedua lututnya yang sedikit terasa perih karena ulah ibunya tadi.
"A-aku jadi anak baik bu"
Ibunya mendecih, bagaimana ia bisa percaya dengan ucapan Jaemin? Melihat cara berpakaian Jaemin yang terkesan mahal itu membuat ibunya sedikit curiga akan sikap Jaemin.
"Kau ingin makan?"
Jaemin sedikit terkejut dengan pertanyaan ibunya tersebut, benarkah? Ibunya menawarkan Jaemin untuk makan, kata kata tersebut belum pernah dilontarkan ibunya.
Kedua mata Jaemin berbinar, ia sedikit terharu dengan ucapan ibunya tersebut, ia pun memberanikan diri untuk mendongak dan menatap binar kedua mata ibunya.
"Mau bu! Aku sangat lapar." Serunya.
Ibunya Jaemin berdecih, memamerkan smirk kepada Jaemin, ia hanya memancing Jaemin dan ia ingin tertawa sekeras-kerasnya saat melihat reaksi anak itu.
"Hahaha, apa kau bermimpi? Aku tidak akan memberikan mu makanan yang enak jaem, tunggu sebentar."
Ia berjalan keluar dari kamar milik Jaemin menuju dapur, ia ingin membawa bekas bekas makanan hari kemarin yang mungkin saja makanan itu sudah basi.
Setelah menemukan makanannya ia berjalan kembali ke kamar Jaemin, ia melempar sepiring nasi dan sayur yang sedikit pucat.
"Makanlah, itu jatahmu hari ini." Ibunya Jaemin pun keluar dan berniat untuk menghitung uang yang diberi Taeyong tadi.
Jaemin menatap makanan yang diberikan ibunya, ia mengendus makanan tersebut dan bau asam memenuhi indra penciumannya.
"Ibu, ini basi." Lirihnya.
••••°••••
Taeyong berjalan terburu buru di koridor perusahannya, ia melupakan meeting pentingnya dengan perusahaan asing karena mengantar Jaemin tadi, sebuah kesialan baginya jika ia melewatkan meeting tersebut, jika ia tidak hadir maka saham perusahaan akan turun drastis.
"Sialan" Taeyong mengumpat kesal ketika lift tidak kunjung terbuka, tanpa pikir panjang ia melewati tangga darurat menuju ruangan meeting yang telah dipersiapkan.
Taeyong menetralkan nafasnya ketika ia sampai di depan pintu ruangan, ia merapihkan jas mahalnya yang terlihat berantakan karena ulahnya sendiri. Taeyong menghela nafas pelan karena ia telah terlambat selama 30 menit.
Taeyong membuka pintu tersebut dan nampak beberapa orang perusahaan tinggi menoleh ke arahnya dengan serempak, yang membuat Taeyong meneguk ludahnya dengan susah payah adalah ketika melihat sekretarisnya Kim Doyoung tengah menatapnya tajam dengan wajah yang memerah menahan marah.
Oh tidak, Taeyong telah membangunkan sisi lain dari kelinci itu.
Taeyong membungkukkan badannya sopan dan meminta maaf kepada semua orang yang hadir dalam rapat tersebut, untung saja mereka bisa memaklumi Taeyong karena mereka tahu bagaimana penuhnya schedule si pengusaha muda tersebut.
Taeyong pun duduk di kursi yang telah disediakan, tepatnya di samping Doyoung yang mungkin bisa saja mereka bertengkar, semoga saja tidak terjadi hal yang tidak diinginkan kepada mereka berdua.
Taeyong sekali kali melirik Doyoung yang ada di sampingnya, Doyoung kembali menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam yang membuat Taeyong ciut, Taeyong akan kalah jika dihadapkan dengan Doyoung yang bringas.
Tak lama kemudian meeting tersebut telah selesai, Doyoung yang telah selesai mencatat hasil rapat langsung membereskan barang barangnya.
"Lee Taeyong, ikut aku." Taeyong menghela nafas.
Sebenarnya siapa CEO nya, apakah Taeyong atau Doyoung? kkk
Taeyong mengikuti langkah Doyoung yang berjalan ke arah ruangannya, Doyoung langsung duduk di sofa diikuti Taeyong yang duduk di hadapannya.
"Kau tau kan apa kesalahanmu?" Tanya Doyoung serius.
Taeyong mengangguk kecil, ia sangat tahu kesalahannya.
"Saham perusahaan hampir saja turun tadi, apa yang kau lakukan sampai bisa telat dalam meeting penting ini?" Taeyong menghela nafas.
"aku mengantar Jaemin ke rumahnya tadi, aku lupa doy."
Doyoung tanpa sadar mengepalkan tangannya, sungguh ia membenci anak yang bernama Na Jaemin tersebut.
"Kau sadar? dengan adanya anak itu kau selalu mendapat sial dan kau hampir saja kehilangan perusahaanmu hanya karena anak itu? ckck."
Taeyong hanya menghela nafas seraya memijat pelipisnya.
"Kau harus fokus dengan dirimu sendiri, dan lupakan anak itu."
Taeyong bergumam sebentar, sebelum memutuskan untuk...
"Baiklah, aku akan melupakannya."
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Grande Fratello / j
FanfictionJaemin hanya ingin sekolah , dan ingin merasakan hangatnya sebuah keluarga. wrk 2 , @hanifahkth_