27

2.4K 179 18
                                    

Tiga hari berlalu , Jaemin sudah terbiasa dengan kondisinya saat ini jadi ia merasa biasa saja walaupun selalu ada ketakutan dalam dirinya , kegelapan yang selalu hadir setiap harinya menimbulkan dejavu dalam dirinya.

Tiba tiba ia teringat dengan teman temannya disekolah , ia sempat berkenalan saat hari pertamanya , ia sudah memiliki teman yang akrab seperti jeno , haechan , sunwoo , eric , dan hyunjin.

Kendalanya ia masih belum bisa berkomunikasi dengan baik , ditambah eric yang dasarnya adalah anak yang berasal dari LA jadi terkadang eric memakai bahasa inggris yang sama sekali tidak Jaemin mengerti , ya walaupun ia tidak tahu apa itu LA.

"Paman , aku ingin bercerita.."

Tiba tiba Jaemin berucap dengan nada halus , Taeyong yang mendengarnya langsung menghampiri Jaemin dan menggenggam tangannya , tanda bahwa ia ada disana dan siap untuk mendengarkan semua cerita milik anak itu.

"Saat aku sekolah , aku mempunyai teman akrab di sekolah , seingatku nama mereka adalah jeno , eric , sunwoo , hyunjin , dan haechan . . mereka sangat baik paman, aku rindu."

Taeyong tersenyum hangat tetapi dalam lubuk hatinya ia merasa teriris karena Jaemin hanya bisa menikmati waktu senangnya satu hari , ia senang karena Jaemin bisa langsung akrab dengan teman sekelasnya.

"Oh ya? Nana melakukan apa saja?" 

Jaemin tersenyum , ia lebih semangat bercerita , ingatan lemahnya seketika lebih kuat saat mendengar itu , ia menceritakan bagaimana gentle nya jeno saat ia gugup di kelas , saat eric mengajaknya berkenalan dengan bahasa inggris , saat hyunjin tidak sengaja menabraknya tetapi malah berteman , saat sunwoo memberi pinjam krayonnya , juga saat haechan berceloteh dengan seru.

Taeyong mengelus rambut Jaemin dengan lembut , ia takjub dengan Jaemin karena anak itu tidak selalu sedih dengan keadaannya saat itu , Jaemin hanya sering mengeluh bahwa ia tidak bisa melihat apapun.

>>>>><<<<<

Jaehyun melenguh , ia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk, perlahan rasa sakit di dadanya terasa sedikit demi sedikit, tanpa sadar ia meringis dan memegang dadanya erat.

Nami yang mendengar ringisan Jaehyun langsung menekan tombol di belakang ranjang jaehyun , guna untuk memanggil dokter untuk memeriksa keadaan jaehyun.

Tak lama, Kun sang dokter pribadi Jaehyun masuk ke dalam ruangan dan memeriksanya.

"Keadaannya sudah membaik, tetapi aku menemukan gejala lain." Ya, ada berita baik dan ada berita buruk.

"Pernafasan Jaehyun semakin lemah, ia terkadang bisa saja kesulitan bernafas, penurunan berat badan yang konstan, juga berkeringat yang berlebihan." ucap Kun.

Nami menghela nafas berat, ia menatap Jaehyun khawatir.

"penyakit apa?" tanyanya langsung.

"Penyakit jantung, aku tidak yakin tapi gejala ini masuk ke dalam penyakit tersebut. Aku akan berusaha sebaik mungkin."

Kun pun berpamitan, dan mempersilahkan Nami untuk mengambil waktunya bersama Jaehyun. Nami menghubungi Jaehyung untuk mengabari bahwa Jaehyun sudah sadar.

"Kemarilah, kau seharusnya ingat bahwa Jaehyun juga sakit, Taeyong ada disana untuk menjaga anak sialan itu."

"Nana? ada apa dengan nana?" Jaehyun mendengar pembicaraan mereka, Jaehyun tahu yang disebut anak sialan oleh ibunya itu adalah Jaemin.

"Tidak ada apa apa sayang, beristirahatlah." Nami tersenyum seraya mencubit pipi Jaehyun pelan.

Tak lama kemudian, Jaehyung datang dan menghampiri Jaehyun dengan tergesa gesa.

"Sayang? bagian mana yang sakit hm?" 

Jaehyung merentangkan tangannya, tanda bahwa ia ingin dipeluk. Jaehyung pun langsung menundukkan badannya dan memeluk Jaehyun erat, sambil menciumi bagian sisi kepala Jaehyun sayang.

"dadaku sakit, ayah." keluhnya.

Jaehyung tersenyum masam, ia merengkuh Jaehyun erat.

"Tahan ya? Jaehyunie ayah kan kuat." 

Nami tersenyum kecoh, ia hanya masih kesal dengan kejadian sebelumnya dan Jaehyung bersikap acuh dengan itu, padahal ia hanya mengingatkan kepadanya bahwa dulu Jaehyung  lah yang menyuruhnya untuk meninggalkan Jaemin.

"Tadi Kun memberitahuku sesuatu, bahwa Jaehyun mempunyai gejala lain." Jaehyung menolehkan kepalanya, ia terkejut.

"Apa yang dia katakan?"

Nami menjelaskan yang Kun katakan tadi, Jaehyun pun mendengarkan hal itu padahal ia seharusnya tidak mendengar, karena itu akan menimbulkan efek ketakutan yang berlebih.

"Ayah, apakah aku akan meninggal?"

- tbc







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Grande Fratello / jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang