17

2.2K 265 8
                                    

Mereka berdua saling melemparkan tatapan bingungnya.

"untuk apa kau kesini?" Tanya Taeyong menyelidik.

"Seharusnya aku yang bertanya,mengapa kau ada disini?" Jaehyung kembali bertanya.

Krieett

Suara pintu terbuka membuat kedua orang itu mengalihkan pandangannya ke arah seorang wanita yang memandang mereka bingung, lebih tepatnya melihat bingung ke arah Taeyong.

untuk apa pria itu datang? pikirnya.

Tetapi ia tetap mempersilahkan Taeyong dan Jaehyung untuk masuk kedalam rumahnya, berbincang sedikit sebelum Jaemin akan dibawa oleh keluarga kandungnya.

Taeyong dan Jaehyung duduk berdampingan di kursi kayu yang cukup diduduki oleh dua orang, tak lama kemudian Jaemin datang dengan wajah yang bingung karena melihat dua pria dewasa di depannya dengan pandangan yang berbeda beda.

Jaemin sedikit takut, maka ia langsung bersembunyi di punggung ibunya, meremat pelan baju milik ibunya, tetapi ibunya malah menarik badan Jaemin agar berdiri di sampingnya.

Taeyong yang melihat Jaemin langsung berdiri dari duduknya lalu menghampiri Jaemin dan memeluknya, sungguh Taeyong sangat merindukan anak ini, wajahnya masih sama, sikap lugunya, yang beda hanya postur badan yang sedikit tinggi.

Jaehyung yang melihat sahabatnya memeluk Jaemin sedikit terkejut, mengapa Taeyong memeluk anaknya itu? Mereka mempuyai hubungan apa? Apa yang sebenarnya ada di pikiran Taeyong?

Banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya saat itu, tetapi ia sedikit kesal saat melihat sahabat dekatnya memeluk anaknya dengan erat.

uh, anaknya? Apakah pantas ia menganggap Jaemin sebagai anaknya? Jaehyung tersenyum kecut.

Jaehyung berjalan mendekati Taeyong dan Jaemin yang masih saja berpelukan, ia menarik kerah baju Taeyong pelan sehingga pelukan itupun terlepas.

"Jangan pernah menyentuh anakku."

Taeyong terkejut, apa maksud sahabatnya itu? Siapa anaknya? Tidak mungkin jika Jaemin adalah anak dari Jaehyung bukan? Pikirannya berkecamuk.

"Siapa yang kau maksud?" Tanya Taeyong bingung.

Jaehyung mendengus lalu menjawab dengan santainya.

"Ya,anak yang kau peluk tadi, dia anakku."

Taeyong mengerutkan keningnya, sungguh ia masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Dan apa? Tadi Jaehyung mengatakan bahwa Jaemin adalah anaknya?

"Sejak kapan kau mempunyai 2 anak? bukankah kau hanya memiliki Jaehyun sebagai anakmu?" Jaehyung hanya menyeringai saat mendengar nada bingung dari Taeyong.

"Bukan urusanmu." Jawab Jaehyung seadanya.

Taeyong mendengus, sungguh ia sangat kesal hari ini ditambah dengan adanya Jaehyung yang mengaku bahwa Jaemin itu anaknya, Taeyong sangat tidak terima.

"Lalu jika Jaemin anakmu, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Taeyong tenang.

Jaehyung menyunggingkan smirk andalannya, ia mendekati Taeyong lalu berbisik di telinganya.

"Aku akan membawanya." Jaehyung pun menjauhkan badannya.

Mata Taeyong terbelalak, ia akan sangat marah jika Jaemin benar benar akan dibawa oleh sahabatnya itu.

"Haha, tidak."

"Lalu apa yang kau lakukan dengan anakku?"

"Jangan pernah sebut dia anakmu, kau hanya mengaku ngaku bahwa dia adalah anakmu, kan?"

Jaehyung mengendikkan bahunya lalu menatap ibunya Jaemin.

"Tanyakan saja kepada ibu angkat Jaemin."

"Ya, tuan. Tuan Jaehyung adalah ayah kandung dari Na Jaemin."

Jaemin hanya diam, merasa bingung karena ia tidak mengerti apa yang sedang dibahas oleh ketiga orang dewasa itu, ia hanya melihat mata Taeyong yang memancarkan kemarahan.

Taeyong mengeraskan rahangnya lalu berdiri.

"Tidak, aku tidak akan membiarkan kau membawa Jaemin." Ucap Taeyong tegas.

"Kau siapa Lee Taeyong? Kau tidak berhak untuk mengatur semua urusanku." Jaehyung mulai terbawa emosi.

Taeyong hanya menatap datar sahabatnya itu, lalu jongkok dan menyamakan tinggi nya dengan Jaemin. Taeyong membereskan barang barang yang tadi dibawa Jaemin.

"Nana, kau ingat paman kan?"

Jaemin awalnya tidak mengenali sosok Taeyong, hanya saja saat melihat raut wajah khawatir milik Taeyong ia teringat wajah seorang pria yang menolongnya di depan kios dan Jaemin pun teringat.

"Aku ingat paman." Jaemin memegang kedua tangan Taeyong yang memegang bahunya.

"Kau harus ikut dengan paman, ya?"

Jaemin mengernyitkan keningnya bingung.

"Ikut kemana paman?"

"Ke rumah paman."

Jaemin menggeleng lalu menjauhkan sedikit badannya dari Taeyong.

"Tidak paman, aku akan menemani ibuku disini."

Jaehyung meringis saat ia merasakan nyeri di ulu hatinya. Apakah benar bahwa Jaemin adalah anaknya? Hatinya sangat lembut sekali, bahkan ia tidak memikirkan kebahagiaannya dan memilih untuk menemani ibunya itu.

Ia seperti lebih memilih masuk kembali ke dalam jurang yang dalam.

"Tidak, kau harus ikut dengan mereka Jaemin." ucap ibunya.

Jaemin menggeleng lalu membalikkan badannya lalu bersujud di kaki ibunya.

"Hikss ibu.. Nana hanya ingin bersama ibu.." isaknya.

Jaehyung berjongkok lalu meraih bahu Jaemin yang sujud, menariknya sehingga Jaemin duduk.

"Ibu.. Hiks.. Tidak mau.. Nana tidak mau pergi.."

Ibunya mendecih pelan, lalu menarik tangan Jaemin kasar sehingga pegangan Jaehyung pada bahu anaknya terlepas.

Ibunya menarik Jaemin kasar hingga ke depan rumah, mendorong Jaemin sehingga ia terjatuh ke tanah yang kasar dan menimbulkan luka di siku dan lutut milik Jaemin.

Jaehyung dan Taeyong terkejut lalu berlari membantu Jaemin berdiri dan menepuk bajunya yang penuh dengan tanah perkebunan.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Jaehyung.

"Aku tidak butuh anak itu lagi, beri aku uang dan bawa dia kembali ke kota."

Jaehyung mendecih lalu mengeluarkan beberapa kertas coklat yang isinya beberapa ratus juta uang.

"Ambillah, dasar wanita tidak tau malu."

Tanpa berkata apa apa, Jaehyung menggendong Jaemin dan memasukannya ke dalam mobil, tanpa membawa barang barang yang sudah disiapkan tadi.






"Hiks.. Ibu.."

-tbc

Grande Fratello / jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang