9

2.8K 335 8
                                    

"apa kau menipu temanku?" tanya Doyoung tegas.

Jaemin menunduk, sungguh ia tidak menipu Taeyong. Sedangkan Taeyong membulatkan matanya kaget mendengar ucapan Doyoung.

"apa maksudmu?"

Taeyong menatap Doyoung tajam, ia tidak akan mengira sahabatnya tersebut berkata seperti itu. Doyoung sadar ia membangunkan sisi Taeyong yang lain sedikit takut, tetapi ia tetap mempertahankan wajah datarnya.

"sadarlah Taeyong, ia berpura pura sakit supaya dapat perhatianmu, jaman sekarang banyak orang yang menipu dengan kondisi tubuhnya yang pura pura lemah, padahal sebenarnya dia sehat sehat saja." 

Jaemin menggigit bibir bawahnya kuat, menahan tangisannya yang kapan saja bisa tumpah. sementara Taeyong mengeraskan rahangnya, merasa kesal dengan ucapan Doyoung.

"antarkan aku ke rumahku sekarang, bersama Jaemin." Taeyong mengalihkan pembicaraan, ia tidak mau membahas tentang itu sekarang.

Doyoung mencebik kesal lalu berjalan menjauh untuk mengambil mobilnya. 

Taeyong berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan badan Jaemin, menatap wajah Jaemin yang telah memerah menahan tangis.

"P-paman, aku pergi saja ya"

Taeyong mengelus kepala Jaemin.

"tidak, kau harus ikut dengan paman."

Jaemin menggeleng, ia tidak mau berurusan dengan Taeyong lagi.

"A-aku akan pulang, Paman hati hati ya."

Jaemin melepaskan pagutan tangan mereka lalu ia memutar tubuhnya, bersiap untuk pergi dari tempat tersebut.

Grep

"Tolong, jangan pergi." Taeyong memeluk Jaemin dari belakang, ia menempatkan wajahnya pada bahu Jaemin.

Jaemin menggeleng, ia hanya ingin pergi, dan ia tidak mau berurusan dengan Taeyong lagi, orang desa lebih ramah daripada orang di perkotaan, ia merasa tidak nyaman.

Jaemin menunduk, ia juga tidak tega jika meninggalkan Taeyong, Taeyong telah membantunya, dan ia harus membalas itu semua,dan akhirnya Jaemin menyerah, ia memutar tubuhnya lalu membalas pelukan Taeyong.

"aku takut pada teman paman." Ucap Jaemin jujur.

Taeyong melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah Jaemin, Taeyong tersenyum tipis saat melihat wajah muram milik Jaemin.

"tenang saja, dia tidak akan memakanmu hidup hidup."

Tin Tinn

Taeyong berdecak malas saat suara klakson mobil Doyoung mengganggu kegiatannya bersama Jaemin. Ia menggendong Jaemin lalu masuk ke dalam Mobil Doyoung. Sedangkan Doyoung berdecak kesal saat melihat Jaemin duduk di kursi belakang bersama Taeyong.

"antarkan aku ke rumahku sekarang." Ucap Taeyong tanpa menatap Doyoung. Ia masih merasa kesal dengan sikap Doyoung kepada Jaemin.

Doyoung hanya berdehem lalu melesatkan mobilnya ke pekarangan rumah Taeyong. Keadaan di mobil hening, tidak ada yang berani memulai pembicaraan, dan itu membuat Jaemin canggung, karena ia berfikir karena ialah yang menyebabkan Taeyong dan Doyoung seperti orang yang tidak mengenal satu sama lain.

tak lama kemudian mereka sampai di depan rumah Taeyong. Jaemin berdecak kagum melihatnya, ia merasa ia sedang berada di surga, rumah Taeyong terasa nyaman, taman dan tanaman hias berjajar rapih di teras.

Doyoung memarkirkan mobilnya di garasi, Taeyong membuka pintu mobil Doyoung lalu bersiap untuk menggendong Jaemin di punggungnya, tetapi kegiatannya terhenti saat Jaemin memegang bahunya dan melompat keluar, Taeyong tersenyum melihatnya.

"apa kau senang?" Tanya Taeyong seraya mengelus kepala Jaemin pelan.

Jaemin mengangguk semangat, Taeyong menuntun Jaemin masuk ke dalam rumahnya. Lagi lagi Jaemin berdecak kagum, interior rumah yang bernuansa gold and white itu terlihat menakjubkan.

"paman, rumah ini sangat besar."

"tidak, ini hanya mansion biasa."

Jaemin mengerutkan keningnya, rumah bak istana ini disebut biasa oleh pemiliknya, sebenarnya sekaya apa orang yang berjalan bersama Jaemin ini?

"tidak paman, bahkan ini puluhan kali lipat lebih luas daripada rumahku di desa."

"ini akan menjadi rumah milikmu mulai sekarang."

tatapan Jaemin mulai menyendu, ia teringat dengan ibu dan hyungnya yang berada di desa, ia tidak mungkin meninggalkan mereka dengan kondisi seperti ini, mana mungkin ia hidup tercukupi disini sedangkan ibu dan hyungnya kesusahan, Jaemin tidak sejahat itu.

"rumahku? bagaimana dengan ibu dan hyungku?'

"ibu dan hyungmu akan ku pastikan mereka hidup tercukupi di desa, kau tidak perlu khawatir."

"tidak, aku ingin bersama ibu."

Taeyong menghela nafas, anak ini sangat keras kepala. Taeyong memikirkan bagaimana caranya supaya Jaemin mau tinggal bersamanya, bahkan ia sudah berfikir akan mengadopsi Jaemin. Masalah keluarga Jaemin yang kekurangan biaya, ia akan membiayai mereka, toh, uang Taeyong tidak akan pernah habis.

"paman antarkan ke kamarmu, aku akan mengantarmu ke desa nanti, ayo."

Taeyong membiarkan Jaemin untuk tinggal di rumahnya selama beberapa hari, mungkin Jaemin akan berubah pikiran untuk tinggal di rumah Taeyong, semoga saja.

Taeyong mengantarkan Jaemin ke sebuah kamar disamping ruang kerjanya, ia membuka pintu lalu menyuruh Jaemin masuk ke kamarnya sendiri.

"paman, ini terlalu besar untukku."

"mandilah." Taeyong tidak menggubris protesan Jaemin, ia menutup kamar lalu pergi dari kamar Jaemin.

Jaemin membawa tubuhnya mengelilingi kamar, ia tak henti hentinya mengucapkan kagum, sampai ia terhenti pada sebuah pintu berwarna putih, Jaemin membuka pintunya secara perlahan walaupun sedikit ragu.

"woah, bahkan kamar mandi pun sebesar rumahku." Ucap Jaemin lalu terkekeh.

Jaemin memasuki kamar mandi lalu mulai membersihkan tubuhnya, untung saja Taeyong telah membeli baju cadangan untuknya.

*****

Jaehyun menatap ayahnya bosan, ia ingin segera pulang dari rumah sakit, tetapi dokter tidak mengijinkannya, ayahnya pun menyuruh Jaehyun tetap di rumah sakit.

"ayahhh, aku ingin pulang." Rengek Jaehyun.

Jaehyung berdecak, menatap tajam anaknya, mungkin ini rengekan ke seribu kalinya, dan Jaehyung sudah malas mendengarnya.

"kau masih belum diijinkan pulang, tidurlah."

"ayahh, aku mohon."

Jaehyung berdecak, lalu pergi untuk mencari Kun, dokter kepercayaan Taeyong.

"Kun, bagaimana dengan anakku?"

"keadaannya memang sudah membaik, tinggal menunggu ia benar benar pulih."

"sudah boleh pulang?"

"boleh, tetapi mungkin daya tubuhnya menjadi lebih sedikit berkurang."

"Jaehyun akan pulang sekarang, aku bosan mendengar rengekannya."

"baiklah."

Jaehyung mengurus segala keperluan anaknya, dari mulai administrasi sampai obat obatan. tak lama kemudian ia dan Jaehyun pulang dari rumah sakit.

"ayah, aku ingin pergi ke rumah paman Taeyong."

"tidak, kau perlu istirahat."

Jaehyun berdecak, lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela kesal, Jaehyung akhirnya memutar balikkan arah mobilnya menuju rumah Taeyong.

-tbc

Grande Fratello / jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang