8

3.1K 361 5
                                    

Jaemin terbangun dari tidurnya, badannya terasa sakit, ia tertidur di depan kedai kemarin dan seluruh badannya terasa sakit.

Jaemin mengeluh pelan, ia mendudukkan dirinya, memegang kepala nya yang terasa pusing, seluruh tubuhnya lemas.

Jaemin berdiri, ia harus kembali ke rumahnya, bagaimana jika ibu dan hyungnya tidak makan, itu yang menghantui pikiran Jaemin dari kemarin.

Jaemin melangkahkan kakinya menjauhi kedai tadi, ia terus berjalan tanpa mengetahui arah, yang ada dipikirannya hanya Ibu, dan hyungnya.

Jaemin menatap jalan di depannya dengan tatapan kosong, tetapi tiba tiba Jaemin tiba di sebuah bangunan yang lumayan besar, didalamnya banyak anak anak yang berumur sama dengannya.

"Wahh, apa ini yang namanya sekolah?"

"Jaemin ingin sekolah"

"Mereka terlihat bahagia, Jaemin juga ingin."

Jaemin menunduk lesu, lalu berjalan menjauhi sekolah tadi, ia melihat ada beberapa mobil yang melaju dengan kecepatan yang diatas rata rata.

Dan tatapannya beralih pada seorang pria yang sedang menyebrang, di kanannya ada mobil yang melaju kencang, tetapi pria tadi menoleh ke arah kiri dan tidak menyadari atas kehadiran mobil tadi.

Jaemin berlari lalu mendorong pria tadi dan akhirnya mereka berdua terjatuh di dekat trotoar, sedangkan mobil tadi sedikit oleng.

Jaemin meringis pelan, lalu menatap pria disampingnya yang sedang menatap jalan dengan muka yang sedikit kaget.

"P-paman?"

Pria tadi menolehkan kepalanya ke arah Jaemin, matanya melotot kaget saat melihat kening Jaemin mengeluarkan darah.

"Jaemin?"

"P-paman Taeyong?'

"Astaga, kepalamu berdarah"

Taeyong ingin membawa handphonenya dan menghubungi temannya untuk membantu, tetapi ia melihat handphone nya sudah dalam keadaan hancur di tengah jalan.

Jaemin melihat ada luka yang berada di mata kaki Taeyong, maka ia langsung merobek baju tipisnya dan membalut luka tersebut.

Taeyong sedikit terhenyak, dia langsung menggeleng dan mengambil tangan Jaemin.

"Keningmu berdarah, ayo kita obati"

Taeyong berusaha berdiri, diikuti Jaemin, Taeyong berjongkok, memberi kode kepada Jaemin supaya naik ke punggungnya, karena ia tidak tega melihat keadaan Jaemin yang cukup parah.

Jaemin menggeleng pelan.

"Tidak paman, aku bisa berjalan sendiri, lagipula kaki paman sedang luka."

Taeyong menatap nanar Jaemin, jujur, hatinya sangat sakit melihat Jaemin yang tersenyum kepadanya.

Taeyong menghela nafas, untungnya ada Puskesmas yang tempatnya tidak jauh dari daerah tempat kecelakaan Taeyong dan Jaemin tadi.

Taeyong dan Jaemin berjalan ke arah Puskesmas yang diketahui Taeyong, tidak ada percakapan diantara mereka.

Tapi tiba tiba Taeyong merasakan tangan Jaemin mencengkram tangannya erat.

"P-paman, kepalaku sakit"

Bruk

Jaemin pingsan, Taeyong sedikit kaget lalu menggendong Jaemin di punggungnya, ia berlari, walaupun sedikit terpincang.

Setelah sampai di Puskesmas, para perawat disana langsung mengarahkan Taeyong ke salah satu ruangan.

Taeyong membaringkan Jaemin, lalu ia duduk di lantai dan meluruskan kakinya, kakinya terasa sakit dan kebas.

Grande Fratello / jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang