Akad.

6.1K 217 3
                                    

"barang siapa diberi Allah seorang istri yang Shalihah,sesungguhnya telah di tolong separuh agamanya.dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separuh lainnya."
(HR.Baihaqi)

****

"Kau yakin dam?" Tanya Andi

"Insyaallah Adam yakin om" Jawab Adam setelah memberi tahu kalau ia akan menikahi Kirana malam ini.

Kirana hanya terdiam sambil memeluk Firda.

"Lalu bagaimana dengan sekolah Kirana? " Kali ini Firda yang angkat suara.

"Kita akan rahasiakan ini untuk sementara tan."

"Apa yang membuatmu sangat terburu-buru untuk menikahi anak saya?" Tanya Andi.

Adam terdiam dan menundukan kepalanya, ada rasa takut jika melihat sorotan mata Andi.

"Saya tidak ingin terlalu lama terjerumus dalam dosa." Jawab Adam alih-alih menatap Kirana.

Andi tersenyum bahagia mendengar jawaban dari Adam, ia akui Adam adalah lelaki baik dan bertanggung jawab.

"Lalu bagaimana dengan orang tuamu? " Lagi-lagi Andi bertanya.

Adam kali ini memberanikan diri menatap Andi.

"Saya akan pulang dan memberi tahu keluarga saya."

Andi dan Firda tersenyum.

"baiklah, kami tunggu nanti malam." Sahut Andi.

"Saya pamit dulu, Assalamualaikum." Ucap Adam dan menyalimi tangan Andi dan Firda, sekilas ia menatap Kirana namun Kirana membuang muka.

"Wa'allaikumussalam." Jawab Andi, Firda, dan Kirana.


***

Adam Pov.


Entah Saya yang terlalu terburu-buru apa emang ini sudah menjadi takdir Allah. Jujur terkadang saya tidak bisa menahan hawa nafsu ketika ia berkata-kata manis bahkan tersenyum menatap saya. Ia selalu berhasil membuat saya sport jantung, dan membuat saya salah tingkah bila ada di sampingnya.

Apa yang harus saya katakan kepada abi dan umi. -Batinku

"Duduklah jangan memandangi kami seperti itu." Sindir abi kepadaku.

"Abi dan umi sudah tahu, keluarga Andi tadi telepon abi dan menjelaskan semuanya,jadi kau tidak perlu menjelaskannya lagi." Lanjutnya.

Aku menurut perintah Abi dan duduk di sampingnya.

"Maafkan Adam bi"

Ia menoleh ke arahku. "Maaf untuk apa?"

"Maaf kalau Adam lancang mengambil keputusan sendiri" Ucapku tak berani menatapnya.

"Tidak perlu meminta maaf, abi bangga kepadamu, kau sudah mengambil keputusan yang tepat." Sahutnya sambil mengusap punggungku.

Ustazku calon imamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang