15 - Selenophile

106 11 0
                                    

Bagian Lima Belas

Enjoy the story.

Selamat membaca dengan senang.

-Selenophile-

Bunyi alat medis berpadu dengan terciumnya bau obat obatan khas rumah sakit. Perempuan itu terkulai lemah di tempat tidur rumah sakit, dengan bantuan alat pernapasan yang terpasang dengan elok di hidungnya.

Ardi masih setia menemani Bulan di rumah sakit, meskipun hanya menunggu di luar ruangan. Sedangkan Mama dan Ayah Bulan sudah berada didalam.

Tak lama, ponsel Ardi berdering, menampilkan nama Papanya disana. Senyum miring tercipta di wajahnya. Dengan segera ia menyeret icon yang berwaran hijau itu.

"Ardi!!Jangan bilang kamu sedang berada di club saat ini! Jadi begini kalau Papa ga dirumah!? Cepat pulang atau semua asel kamu Papa sita!."

Salam dulu kek. Batin Ardi berkata sambil menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Assalamualaikum, Pa."

"Jangan sok alim kamu!." Bentak papanya sekali lagi. Tak disangka, hati Ardi mulai berdesir kasihan kepada dirinya sendiri.

"Kalau kamu tidak pulang, jangan harap Papa akan mengharapkan kehadiran kamu lagi. Papa tunggu kamu!."

Mata Ardi terpejam menahan tangis. Tanpa ingin mendengarkan perkataan kasar Papanya kepada dirinya, Ardi langsung menutup sepihak panggilan dengan Papanya itu. Ia menarik napas panjang dan berharap semoga ia bisa diberikan kesabaran yang lebih menghadapi Papanya.

Suara pintu berbunyi menandakan bahwa pintu tersebut terbuka. Keluarlah kedua orangtua Bulan disana. Ardi langsung bangkit dan memberikan senyum terbaiknya.

"Loh, kamu belum pulang?." Tanya Mama Bulan pada Ardi.

"Belum tante, nunggu Bulan siuman." Jelas Ardi jujur.

"Oh yasudah, kita titip sama temennya Bulan aja dulu,Ma. Kamu pulang dulu sama Papa." Ucap Ayah Bulan pada isterinya.

Mama Bulan menoleh pada Ardi penuh harap agar Ardi bisa menjaga Bulan selagi ia dan suamninya pulang membawa beberapa perlengkapan. Sebenarnya, tidak banyak. Hanya mengambil beberapa barang untuk bermalam malam ini saja. Pasalnya, keesokan harinya Bulan sudah diperbolehkan pulang karena diperkiraan besok pagi ia sudah siuman.

Seakan mengerti tatapan Mamanya Bulan, Ardi tersenyum senang dan dengan senang hati ia mengangguk, " iya tante, boleh boleh. Saya pasti jagain Bulan tenang aja."

Mama Bulan tersenyum, "Tante pulang dulu, jagain Bulan ya Ardi."

"Baik, Tante. Hati hati pulangnya." Selanjutnya hal yang dilakukan Ardi adalah menyalami kedua orangtua Bulan secara bergantian. Lantas memasuki ke dalam ruangan Bulan.

"Hai, bul." Sapa Ardi meski kemungkinan besar tidak akan disapa oleh perempuan yang tidur bak putri tidur itu.

Ardi memilih duduk di samping Bulan, agak jauh awalnya namun ia seret agar lebih dekat Bulan. Ia ingin sekali meraih tangan Bulan dan mengelusnya dengan hangat. Seolah olah ia ingin mentransfer energi yang ia punya agar Bulan dapat bangun dan kembali menjadi perempuan yang ceria kembali.

Namun, ia tidak ingin lancang. Ardi memilih menempelkan dagu pada tangannya dan menyenderkan pada pinggiran kasur rumah sakit.

"Bul tau gak? Gue dimarahin sama bokap gue tadi. Katanya gue lagi ada di club, padahal kan gue ada disini nemenin lo. Katanya lagi kalau gue gak pulang, semua aset gue diambil. Kejam kan bokap gue,Bul."

Selenophile : Mine [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang