22 - Selenophile

21 1 0
                                    

Bagian Duapuluh Dua
Happy Reading!

" Aku adalah jiwa yang baru, berusaha untuk menjadi pemenang dalam hidupmu tanpa membawa masa lalu."
- Dari Iqbal untuk Bulan

- Selenophile -

Hari ini merupakan hari yang melelahkan bagi Ardi. Berdebat dengan Bulan, berkelahi dengan Iqbal, dan nampaknya Bulan tengah marah padanya saat ini.

Batinnya sempat berteriak akan kekesalan yang telah ia perbuat pada Bulan. Namun apa daya nasi sudah menjadi bubur. 

Ditambah lagi, saat ia sempat pulang tadi kerumahnya. Semakin membuat mood nya kacau berantakan. 

Flashback - ON 

Ardi melangkahkan kakinya setelah ia turun dan memarkirkan motor kesayangan pada pekarangan rumah yang mewah nan megah itu. 

Satu persatu para pembantu rumah tangga ia sapa dengan keramahan hatinya. Meski nampak beberapa memar di wajahnya akibat perkelahian tadi. 

Belum sempat ia ingin membuka pintu ruangan kerja Papanya, suara Sekar menggema lembut menembus alat pendengarannya. 

"Nanti, kalau Ardi sudah keluar dari sini semua aset akan jadi milik Juan, kan?."

apa ini... batin Ardi. 

"Bagaimanapun juga, Ardi itu anak kandung aku. Aku udah janji sama almarhumah Mamanya untuk selalu menjaga dia." Jawab Papanya dengan diselingi batuk kecil.

menjaga beliau bilang... Ardi sedikit tertawa mendengarnya. 

"Kok gitu sih, Juan kan anaknya pintar. Jago main basket, selalu ada disamping kamu gimana sih." 

aduh rengekan ibu tiri bikin ginjal sakit...

Tanpa basa basi, Ardi mempersiapkan batinnya dan mulai mengetuk pintunya. Biasanya, saat akan masuk ke dalam ruangan Papanya ini pintu diketuk sebanyak tiga kali dan langsung masuklah sang empu pengetuk pintu tadi. Semacam ritual kesopanan yang keluarga Ardi memang ajarkan turun menurun. 

"Assalamualaikum, Pa." Ardi menampilkan senyum terbaiknya. 

"Kenapa muka kamu?." Tanya Papanya.

"Pasti seperti biasanya, minum minum gajelas terus tengkar sama geng motor jalanan." ejek Sekar, sang mama tiri musuh sesungguhnya. 

"Papa udah makan?." Tanya Ardi sekali lagi tanpa menghiraukan perkataan Sekar.

Dengan keadaan tubuh yang sudah mulai lemas akibat pengaruh buruk obat dari Sekar, Papa Ardi bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri Ardi.

Tanpa berkata kata, sebuah pukulan menghantam wajah Ardi sekali lagi. Seakan akan kejadian disekolah tadi terulang kembali. Kembali membawa sakit, fisik maupun batin.

Air mata Ardi sudah tidak dapat dibendung lagi, ia lemah memang saat berhadapan dengan Papanya. Namun ia selalu berusaha senantiasa untuk kuat dari cobaan diluar sana.

Selenophile : Mine [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang