23 - Selenophile

23 2 0
                                    

Bagian Duapuluh Tiga
Happy Reading!

-Bilang sama aku, Bulan. Kalau Iqbal yang bikin airmata kamu jatuh. Biar aku menghabisinya saat ini juga. -

- Selenophile -

"Tolong dengarkan aku sebentar saja."

Bulan hanya diam, meletakkan cappucino hangatnya dengan rapih. Memasang baik baik telinganya agar tidak ada satupun perkataan yang terlewat dari mulut Iqbal.

"Aku tau, mungkin kamu sudah bosan dengan kata kata ini. Mengingat dulu sebelum insiden itu terjadi aku sering mengatakan nya padamu."

"Dulu, aku adalah Iqbal kecil yang hanya memikirkan tentang kebahagiaan ku saja. Iqbal yang hanya mempunyai pemikiran pendek tanpa mengetahui dampak untuk masa yang akan mendatang."

"Setelah beberapa tahun aku di luar negeri, sudah banyak pelajaran yang aku petik. Entah itu menyangkut kehidupan atau masalah hati."

"Namun sekarang, disini aku adalah Iqbal yang baru. Dengan pemikiran yang lebih dewasa. Yang duduk berhadapan di depanmu dengan, mencoba menjadi pemenang dalam hidupmu. Dan aku hanya ingin berkata, bahwa aku menyukaimu. "

"Iqbal, ..."

"Mohon jangan dipotong dulu,"

Bulan mencoba menjadi pendengar yang baik lagi.

"Dan, mengenai perjodohan itu. Maukah kamu...?

Astaga, perjodohan!? Aku hampir lupa!

"Maukah kamu melanjutkan perjodohan itu?."

Bulan diam tidak bergeming sedikitpun, mencoba mengalihkan pandangan matanya kearah lain.

"Bulan?"

"Embul."

"Kita masih SMA, Iqbal. Kamu ngapain ngomongin perjodohan segala." Elak perempuan ini.

"Aku gak memaksa. Hanya saja ingin memperkuat, supaya kamu tahu keseriusan aku kaya gimana. Kamu ga perlu jawab sekarang, akupun ga perlu ajak kamu buat pacaran pula. Karena aku tahu gimana kamu, yang terpenting sebuah komitmen sudah cukup. Mungkin, aku harus nunggu kamu lagi biar kamu percaya sama aku." Jelas Iqbal.

Perlahan tangannya menggenggam tangan Bulan yang tergeletak tak berkutik diatas meja.

Bulan beralih menatap manik mata Iqbal disana, mencoba mencari celah kebohongan dan modus para lelaki buaya. Namun nihil, yang ada hanya sorot mata ketulusan.

Bulan menundukkan pandangan, tiba tiba ia teringat pada Ardi.

Hanya beberapa bulan memang mengenal sosok laki laki humoris itu, namun sudah membuat pikiran Bulan penuh akan dirinya.

Apa ini? Aku harus gimana?

Tiba tiba sebulir air bening mengalir mulus di pipinya, entah mengapa dia menangis. Mendengar perkataan lembut dan tulus dari Iqbal seakan akan memuat sisi lain darinya.

Selenophile : Mine [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang