Bagian Tujuh Belas
Happy reading
-Selenophile-
"Jadi bagaimana, Pak?. Apakah ini akan ditentukan sekarang?."
Adrian hanya diam memperhatikan kertas yang tertera di meja kantor yang disediakan dirumahnya itu.
Bersama dengan pengacara nya, Hendra. Keduanya sedang membicarakan tentang hak waris.
"Mengapa Bapak ingin cepat cepat menentukan warisan ini? Bapak masih sehat. Jangan terlalu dipikirkan."
"Aku hanya ingin memberikan kepada yang berhak menerimanya, Dra."
"Ardi?." Tanya Hendra.
"Ardi anak kandungku, sekeras kerasnya aku terhadap Ardi. Dia tetap anak kandungku. Sebelum aku pergi, aku harus cepat bertindak."
Hendra menghela napas sambil memperbaiki kacamata yang bertengger di batang hidungnya.
"Jangan pikirkan masalah penyakit itu,Pak. Pikirkan dulu bagaimana caranya Bapak supaya bisa bertahan hidup untuk istri dan anak anak Bapak."
Adrian seakan pasrah mendengar kata penyakit yang Hendra ucapkan.
"Tumor otak bukanlah suatu hal yang harus diselelekan. Umur tidak ada yang tahu." Ucap Adrian, Papa Ardi mantap.
"Baiklah. Jadi, bagaimana apakah mau ditentukan sekarang?."
Adrian mengangguk. Dan selanjutnya, Hendra mengambil notebook nya untuk mengetik berkas penting milik bos nya itu.
"Berikan 80% aset kekayaan yang saya punya kepada Ardi. Untuk sisanya, berikanlah pada istri saya dan Juan."
Hendra mengangguk dan lantas langsung mengetik perintah itu.
"Tulislah berkas itu dalam word terlebih dahulu, Hendra. Untuk penandatanganan dariku biarlah nanti saja."
"Baik Pak. Saya mengerti."
-Selenophile-
Perempuan itu diam diam sedang menguping pembicaraan dua laki laki didalam.
Samar samar ia mendengar tentang hak waris yang akan diberikan oleh laki laki yang sekarang menjadi suaminya.
Sekar, tersenyum licik. Ini dari Juan itu memang sejak dari dulu tidak benar benar mencintai Adrian.
Ia hanya ingin mengincar harta Adrian semata. Sampai sampai ia tega melenyapkan sahabatnya sendiri, Mama Ardi.
"Berikan 80% aset kekayaan yang saya punya kepada Ardi. Untuk sisanya, berikanlah pada istri saya dan Juan."
Mendengar hal itu, membuat Sekar memanas. Bagaimana bisa, ia yang menjadi istri nya hanya mendapat 20% saja.
"Gak bisa!." Ucapnya kasar.
"Bunda, ngapain?." Tiba tiba Juan yang mengagetkan Sekar muncul. Hampir saja ia ketahuan.
"Eh, sayang. Sudah pulang rupanya. Sudah makan belum? Ayo makan sama Bunda." Ajak Sekar untuk mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile : Mine [On Going]
Teen FictionSLOW UPDATE Kisah Klasik remaja --- --- --- "Maukah kau menceritakan sebuah kisah untukku?" "Baiklah, aku akan menceritakan sebuah kisah. Dimana, sang surya sangat mencintai rembulan." "Bagaimana cara surya mencintai bulan?" "Sang surya rela melenya...