20. New Years.

793 130 46
                                    

Hari-hariku kemarin benar-benar hanya menjadi seorang baby sitter kak Taeyong. Dan dia bener-bener nyebelin. Dia bilang, sebenarnya siang kemarin dia sudah tidak apa apa, dia sudah sehat. Ingin rasanya aku mengabsen kebun binatang.

Hari ini, orang-orang banyak yang keluar untuk merayakan tahun baru. Dan aku? Diam dirumah gara-gara badanku terasa remuk. Aku capek merawat bayi besar kayak gitu.

"Dek, kakak keluar ya?" kata kak Steve pamit.

"Iya, ngga usah pulang sekalian." kataku mendengus, dan kak Steve malah mencubit pipiku.

Hhmm ditinggal sendiri. Kalau tau bakal kayak gini ngga akan tadi siang aku ngusir kak Taeyong. Kalau aja masih ada Yuta.

Eh ngga. Udah ah mending kerumah Jungwoo.

Akupun segera membawa jaket dan kerumah Jungwoo. Tidak lupa mengunci pintu.

"Kok dikunci?" Gumanku, bibi Kim memang lagi ngga ada, tapi Jungwoo kemana? Akupun keluar dan menutup pagar rumah Jungwoo.

"Eh liv? ngapain?" tanya Changbin tiba-tiba. —Ngagetin tahu..

"Mau main kerumahnya, tapi ngga ada." Jawabku.

"Lah bukannya keluar sama Haera? Kamu ngga diajak?" kata Changbin heran.

"Oh iya lupa aku. Duluan ya, Changbin." kataku sambil sedikit berlari. Enak saja mereka berdua, kenapa tidak mengajakku? Apa jangan-jangan mereka memang sengaja mau berkencan?

Kalau begitu aku setuju.

"Eh tunggu." seru Changbin, membuatku berbalik lagi ke arahnya. "Udah ketemu kak Yuta?" tanya Changbin.

Kenapa aku harus dingatkan lagi tentang dia? Padahal hari ini aku sudah mencoba untuk tidak memikirkannya.

"Ngga." jawabku acuh.

"Udah atau belum bukan iya atau ngga. Beda arti." jawab Changbin

"Ya ngga, ngga akan pernah." kataku sedikit membentak, lalu berlari kerumah. Gerah ngga kuat.

RED STRING

Ting tong. Ting tong.

Siapa coba malem-malem?

Ting tong. Ting tong.  —ahh sebal.

Dan akhirnya akupun berniat membuka pintu, dan ternyata tidak ada siapa-siapa. Disini kosong.

Kok jadi serem ya?

Akupun menutup pintu keras, baru saja berjalan kearah ruang tengah, bel itu pun bunyi lagi. Karena kesal, Akupun langsung membuka pintu itu sambil berteriak.

"Heh, setan! Ganggu aja hidup orang! Jomblo ya? Pantes ajw—" tangan aku dibekap kak Taeyong.

"Berisik dek udah malem." katanya, sambil melepaskan tangannya dari mulutku.

"Ih ngapain sih kak?" Protesku.

"Tadinya mau nge jailin, tapi malah disemprot sama tuh mulut." Cibir kak Taeyong.

"Kakak ngapain kesini? Ngga bosen apa sih?" Protesku lagi.

"Nemenin kamu, sendirian kan?" Katanya, dan diapun langsung main masuk tanpa mendengar persetujuanku terlebih dahulu. Ngga sopan.

Akupun menutup pintu dan menyusul kak Taeyong yang udah duduk di sofa. Aku ikut duduk disampingnya, lalu merembahkan diri di sofa sambil memeluk bantalan sofa.

"Dek. Ngenes banget liat nya di tv, mau keluar?" Kata kak Taeyong sedikit mencibir.

"Ngga." tolakku.

"Ayolah, yaa, ya?" ajaknya. Oke aku ngga muna, aku memang ingin melihat kembang api secara langsung.

"Iya deh iya." Kataku mengangguk.

"Karena kalau ke pusat kota ngga akan keburu dan pasti macet. Eum kemana ya?" katanya.

"Diatas aja." kataku. Bukan diatas rumah, yaa, cuman di daerah perumahanku kan dataran tinggi, dan berupa tanjakan dan turunan, nah diatas ada tempat yang cukup indah buat liat pemandangan kota.

"Yaudah cepet siap siap." Katanya.

RED STRING

Sesuai perkiraanku. Sepi, dan aku suka. Karena kalau ditempat ramai aku suka pusing, apalagi waktu dulu aku sempat bisa melihat benang merah.

"Oy dek." Kata kak Taeyong sambil melambaikan tangannya diwajahku.

"Ahh, iya kak?" tanyaku.

"Ngga dingin?" tanya kak Taeyong, dan aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku memang suka, bahkan kuat sama musim dingin. Aku pernah bilang sebelumnya, Aku memang biasa keluar tanpa syal dan jaket yang tidak tebal saat musim dingin.

"Dek?" katanya lagi, dan aku hanya berdehem. Kak Taeyong memutar tubuhku kearahnya. Dia melepas syalnya lalu memasangkannya padaku.

"Jangan macem macem nanti sakit." katanya sambil tersenyum.

"Aku ngga pernah sakit karena musim dingin, harusnya kakak—" aku mencoba membuka syal itu.

"Udah pake. Jangan bandel" kata kak Taeyong yang menahan pergerakanku.

Ddarr... Jdarrr... Jddarrr...

Aku terkejut, dan aku malah reflek meluk kak Taeyong.

"Lah dek. Katanya mau liat kembang api." katanya.

"Ih tadi kaget doang." kataku.

"Bilang aja modus." Kekehnya, tapi aku pura-pura tidak dengar dan mendongkakan kepalaku melihat langit yang mulai dipenuhi oleh kembang api.

Kembang apinya indah, dan berlangsung cukup lama. Aku yang merasa pegal pada leherku sedikit menunduk lalu melihat kembali kelangit, —begitu seterusnya.

"Dek?" Panggil kak Taeyong lagi. Setelah dipastikan tidak akan ada kembang api lagi aku akhirnya menoleh kearah kak Taeyong.

"Apa?" kataku.

"Tahun baru nih." katanya senyum. "Masih jomblo aja dek?" Lanjutnya, dan dia terkekeh.

"Kak pernah didorong ke bawah ngga?" kataku

"Elah becanda dek." Katanya berdecak.

"Kalau tahun baru, harus buka lembaran baru, dan isi lembaran baru." kata Kak Taeyong lagi.

"Iya emang." kataku.

"Terus..."  katanya menggantung. "Mau ngga mengisi lembaran barunya sama kakak? Hhmm ngga. Sama Taeyong, Lee Taeyong." katanya sambil menatapku lekat. Kalau di drama-drama pasti bakal ada kembang api lagi yang muncul.

Tapi disini tidak. Hanya ada sebuah suara hiliran angin yang semakin membuat suasana disini semakin canggung.

Haruskah aku menerimanya?

—tbc.

RED STRING | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang