"Jungwoo berisik!" kataku. Dia terus saja menyanyikan lagi natal. Memang kalau dia nyanyi dengan serius suaranya enak. Adem malah, ―kalau dia menyanyikannya dengan serius, tapi kalau teriak-teriak ngga jelas gini, kuping ku sakit.
"Ih sirik aja!" katanya lalu melanjutkan lagi nyanyiannya.
"Bibi Kim?!" kataku.
"Iya, kenapa?" tanyanya yang sedang membuat sesuatu didapur.
"Ngga pusing apa sama si Uwu tiap hari?" kataku mencibir.
"Pusing ngga pusing sih, biarin aja. Kalau Uwu bahagia, ibu juga ikut seneng." katanya sambil tersenyum, ahh aku lupa, aku menanyakan ini keseorang ibu yang melahirkannya.
Akupun terdiam dan berfikir, daripada berisik mending main ke pusat kota. Disana biasanya ada pohon natal yang cukup besar, dan juga aku penasaran dengan seorang yang aku lihat kemarin. Siapa tau aku bisa menemukan dia lagi.
"Mau kemana?" tanya kak Steve, saat aku mengambil ponselku dan baju hangat.
"Kota." kataku
"Ngga salah, sendiri? Kakak ikut." Katanya seperti khawatir, lagian apanya yang salah?
"Ngga usah, pingin sendiri. Lagian aku kan ngga akan tersesat, mungkin..." kataku, yaa setidaknya aku tahu jalan, jika tidak lupa, karena sudah cukup lama aku tidak kemari.
"Ya tetep aja kamu cewek, kakak temenin." Katanya sambil menggunakan mantel dan syal. "Mantelnya pake, jangan dibawa gitu, diluar dingin, syal aja ngga cukup dek." Katanya sambil menarik mantel yang ada ditanganku.
"Iya-iya."
RED STRING
"Alive mau disini ya?" kataku, yaa kak Steve sudah berjanji akan membiarkan aku sendiri nantinya walaupun aku ikut. Karena ini yang sebenarnya aku butuhkan.
"Yaudah nanti kakak kesini lagi, kaka sama Jungwoo mau masuk liat-liat ke dalem toko." Kata kak Steve dan mereka pun pergi, yaa Jungwoo ikut, mana mungkin dia akan tetap diam jika aku tidak mengajaknya.
Disini aku semakin terasa seperti jomblo, ya? Emang jomblo sih. Tapi suasananya itu disini pada bawa pasangannya.
Malam pun datang, dan lampu yang menghiasi pohon natal mulai terlihat indah karena langit mulai gelap. Dan tentunya pasangan-pasangan semakin banyak dan mendekat pohon natal untuk mengabadikan moment ini. Ahh dan jangan lupakan tentang benang merah yang terikat pada mereka.
Tapi ada satu hal yang membuatku ingin tertawa. Ada beberapa orang yang tertukar pasanganya. Yaa mereka memang bersama kekasihnya sekarang, tapi benang merahnya tersambung pada kekasih orang lain. ―Sedikit lucu bukan.
Aku melihat jari kelingkingku yang tergunting ntah oleh apa, hanya saja terlihatnya seperti itu. Kejam memang jika takdir menggunting benang ini. Tapi tunggu, benang ini sedikit lebih panjang dari sebelumnya, bahkan tidak seperti terlihat tergunting yang memperlihatkan serat-serat, seperti biasanya.
Aku pun memilih berjalan memutari pohon yang cukup besar ini untuk mencari sisi yang pas, ada sisi yang tidak terlalu digandrungi para pasangan untuk berphoto disini. Sepertinya lebih baik. Aku mengambil ponselku dan mengabadikan moment ini sebelum pada akhirnya aku memilih untuk menautkan kedua tanganku.
Aku berdo'a. Aku berharap orang yang kemarin aku temui itu Yuta, walaupun banyak yang bilang, termasuk kak Steve, mengatakan kalau Yuta sudah tiada. Dan tentunya, aku berharap kita akan ditemukan kembali dalam apapun situasi dan kondisinya. Meskipun Yuta hanya sebatas arwah...
"Hi..." aku mendengar suara pria yang menurutku tidak asing, dan aku merasakan ada seorang yang menepuk pelan pudakku, lalu menyentuhnya, hingga aku tersentak, dan merasa sedikit takut.
Ahh tidak. Aku benar benar takut, dimana kak Steve dan Jungwoo?
"Hi?" katanya lagi, dan benar, sepertinya aku pernah mendengar suara ini. Tapi ntah dimana.
Akupun memberanikan diri untuk mmbalikkan tubuhku, walau dalam keaadan masih memejamkan mataku, dan perlahan membukanya untuk lihat siapa yang menyapa dan menyentuh pundakku.
"Yuta?!" aku kaget, dan tanganku reflek menutup mulutku yang terbuka hanya karena tak percaya apa yang aku lihat sekarang.
"Hi?" katanya lagi sambil tersenyum simpul.
Ini Yuta asli atau aku hanya halusinasi, dan atau mungkin ini memang arwah yang sering biasa aku temui?
"Lama ngga ketemu ya." dia tersenyum kembali.
Benang merah pada kelingking Yuta muncul. Bergerak, dan menyatu dengan benang merah yang ada dijariku. Aku semakin aneh dengan situasi ini, ini bukan mimpi kan?
Tapi kalau boleh aku berharap lagi. Aku berharap ini bukan mimpi.
"Dek? Ah syukurlah." kata Kak Steve, dan aku bisa melihat wajahnya saat aku membuka mataku.
"Aku kira kamu ngga bisa demam." Kali ini suara Jungwoo.
"Aku kenapa kak?" tanyaku yang merasa bingung dengan situasi ini.
"Pingsan. Waktu ngeliat pohon natal, malu maluin." kata Kak Steve mencibir. Dia pun mengusap wajahku kasar, lalu membenarkan posisi kompresan yang ternyata tersimpan dikeningku.
"Dan sekarang demam. Yeay Alive akhirnya demam karena salju." teriak Jungwoo. Dan memang benar, ini pertama kalinya dalam hidupku. Aku demam karena salju, ntah karena aku bermimpi terlalu nyata...
Dan berarti, waktu ketemu Yuta di pohon natal itu, itu cuman sekedar mimpi?
Harusnya aku tahu, sampai kapanpun aku hanya akan terus berhalusinasi hingga terbawa mimpi karena aku sering memikirkannya.
Dan aku menyadari sesuatu sekarang, bahkan benang merah di kelingkingku benar-benar menghilang sekarang. Padahal samar-samar aku masih bisa melihat milik kak Steve dan Jungwoo.
Tbc...
![](https://img.wattpad.com/cover/168631293-288-k540445.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RED STRING | ✔
ФанфікиNCT 127 - Nakamoto Yuta [ bahasa | completed ] An invisible redstring connects those who are destined to meet, regardless of time, place, or circumstance. The thread may stretch or tangle, but will never break. Maybe ... But, i can see it. ©Do...