Aku tidak sengaja tertidur di dadanya kak Taeyong dan tanganku sedikit keram karena semalaman dipegang olehnya.
"Al—"
"Syutt." aku mengisyaratkannya untuk diam. Jungwoo yang tadinya mau berteriak membangunkanku jadi tidak jadi. Pertama karena aku menyuruhnya diam. Kedua karena aku sudah bangun.
Akupun mencoba melepaskan tanganku. Setelah itu aku melemaskannya karena tanganku sedikit pegal. Aku menyentuh kening kak Taeyong, dan ternyata demamnya sudah turun.
"Wu aku mau mandi, kamu udah mandi?" Tanyaku.
"Mau ngajak mandi bareng?" katanya polos.
"Ngga wuu nanya aja," dengusku, "nitip ka Taeyong, ya?" Lanjutku, dan diapun mengangguk
Bukannya mandi, aku malah terdiam dibawah air shower yang menghujaniku. Masa bodo dengan sakit nantinya, kali ini aku benar-benar tidak bisa melepaskan pikiranku pada Yuta.
"Alive!! Kak Taeyong bangun!!!" teriak uwu. Apa dia teriak dari kamar? Gila kalau iya, karena aku mandi dikamar mandi bawah.
Akupun bergegas mandi. Untung saja aku tadi tidak lupa membawa bajuku, untuk mengganti pakaian.
Saat aku hendak keatas, aku melihat kak Steve sedang tertidur di sofa. Sangat pulas, seperti kecapean, padahal dia tidak habis melakukan sesuatu yang berat.
"Ah dek, itu si uwu udah datang? Lama-lama jadi Alarm rumah aja deh itu anak." kak Steve ngomong ini seperti dalam keadaan mabuk. Masih ngantuk mungkin, buktinya matanya masih terpejam.
Tanpa menjawabnya aku pun kembali kekamar. Aku takut kak Taeyong telinganya sakit, dia ngga akan kuat. Biar aku aja.
"Nahh ini Alive." kata Jungwoo, saat aku memasuki kamarku.
"Wu kamu teriak dari kamar?" tanyaku.
"Ngga kok, dari tangga bawah doang." katanya.
"Dek?" kata kak Taeyong.
"Eh iya liv, masak liv, ibu lagi ngga dirumah. Tadi Uwu kesini mau minta sarapan." timpal Jungwoo, saat baru saja aku mau jawab perkataan kak Taeyong tadi. Yang bodohnya aku malah melihat kak Taeyong, seperti meminta persetujuannya.
Dia mengangguk, berarti dia setuju. Dan hitung-hitung akupun membuatkan sarapan untuk kak Taeyong juga.
Akupun memasak bubur untuk kak Taeyong dan yang lainnya juga. Ribet kalau beda menu, memang-nya aku pembantu disini?
"Mau uwu bantuin?" dia memasang apron pada lehernya.
"Liv iketin." dia menghampiriku. Akupun mengikat nya dari depan, sekalian modus sebelum jadi sama Haera.
Kalian mau tau? Dari awal aku nyiapin bahan sampai aku beresin bekas masak Jungwoo ngga bantuin apa-apa, yang dia lakukan hanya membantuku menyicipi masakanku. Yaa terhitung ngebantuin juga sih sebenernya.
"Liv aku disini ya. Mau nonton we ware bears." katanya sambil menyalakan tv.
"Bangunin tuh kak Steve. Suruh sarapan." kataku.
"Gue udah bangun." dia langsung bangkit dan panik. —Trauma dibanjur air dingin waktu di Jepang kayaknya.
Aku pun bergegas kekamar, membawa nampan berisi bubur dan minum untuk kak Taeyong. Dan ternyata dia sepertinya ketiduran, matanya terpejam dengan boneka milikku yang dipeluknya.
"Kak ini sarapan." kataku pelan sambil menaruh nampan itu dinakas.
"Suapin dong dek." pintanya, sambil berbalik kearahku. Ahh ternyata dia tidak tidur.
"Hilih ngga, udah gede. Manja banget sih." kataku mencibir, tahu seperti ini lebih baik dia beneran tidur.
"Ya biarin lah, namanya juga lagi sakit." belanya.
"Udah turun juga demamnya, lagian kemarin juga bisa kan sampai masak sendiri" kataku sambil menyentuh keningnya.
"Ya tapi kan belum sembuh seutuhnya, belum pulih. Terus kemarin kakak harus minta tolong sama siapa coba? Hantu? Maksain itu juga dek."
"Ya sekarang juga paksain aja." kataku mendengus, baru saja aku melangkahkan kakiku, tanganku lebih cepat di tahan olehnya.
"Yaudah iya ah," kataku, malas. "Untung ganteng." lanjutku dengan nada pelan.
"Untung apa dek?" dia malah senyum-senyum. "Iya tau kakak ganteng kok." lanjutnya sambil tersenyum, emang ganteng sih. Kadang lucu.
"Kak?" seruku, dan dia hanya berdehem. "Buburnya mau aku suapin apa aku tumpahin langsung?" lanjutku.
"Lah dek, susah banget sih diajak bercanda. Canda-canda." katanya. Iya terserah mau becanda atau tidak, tapi yaa nanti kalau aku baper gimana?
"Aku juga bercanda." kataku, datar.
—tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED STRING | ✔
Hayran KurguNCT 127 - Nakamoto Yuta [ bahasa | completed ] An invisible redstring connects those who are destined to meet, regardless of time, place, or circumstance. The thread may stretch or tangle, but will never break. Maybe ... But, i can see it. ©Do...