—Flashback...
Summer, 2014.
"Heh culun, Pindah!" kata Haera sedikit menyeret tubuh Jungwoo agar bergeser.
"Jangan gitu dong ra! Kasian Jungwoo, dia sahabat aku, lagian disebelah sini masih bisa." kataku membela, tentu saja aku akan membelanya, lagi pula yang ada Jungwoo bisa nangis.
Dan Haera ini, aku dengar dari teman-teman yang pernah sekelas dengannya tahun kemarin, sifatnya memang sedikit kasar, walaupun penampilannya seperti malaikat.
"Ayolah Alive, kamu kayak yang ngga tau, aku kalau naik kendaraan sukanya deket jendela." kata Haera sambil rolling eyes. ―tentu saja, aku tidak terlalu mengenalnya, karena kami hanya baru kenal semenjak tahun kedua beberapa bulan yang lalu, dikarenakan kelas kami sama dan dia teman sebangkuku.
"I-ini, aku yang pindah. Ng-ga apa apa." Jungwoo berdiri sambil membenarkan kacamatanya lalu pindah ke sisi lainku.
"Nah gitu dong, ganteng kan." Haera mencubit pipi Jungwoo gemas, Jungwoo hanya terdiam. Isshh aku kesal kepadanya.
"Oke anak-anak, sudah ada semua kan? Kita segera berangkat, oke? Mana semangatnya?" kata Guru pembimbing yang bertanggung jawab menjadi pengawas di bus ini, murid-murid disini pun berteriak membuat kericuhan yang sempat membuat telingaku sedikit mendengung.
Selama diperjalanan aku hanya mendengarkan musik melalui earphone ku, dan sesekali aku melirik Jungwoo ataupun Haera lalu menyandarkan kepalaku pada Jungwoo—dan tertidur.
RED STRING
"Liv, alive bangun…" rasanya aku mendengar suara dan gerakan pada tubuhku akibat digoyangkan oleh seseorang.
"Liv, ayo selamatin diri." kali ini aku melihat Jungwoo yang sedikit dialiri darah yang sudah membeku diwajahnya.
"Wuu, ada apa?!" tanyaku panik.
"Ayo cepet keluar." Katanya sambil menarik tanganku. Saat aku berdiri, aku bisa merasakan sebelah kakiku terasa lemas dan sakit dan aku bahkan berfikir tidak bisa terus berdiri, melangkah lagi, walaupun baru beberapa langkah.
"Haera... Haera mana?!" tanyaku tak kalah panik, aku tidak tahu mengapa, tapi aku malah mepedulikan orang itu sekarang.
"Udah keluar tadi, udah cepet, kalau bus ini meledak gimana?" katanya.
Aku memaksakan kakiku untuk berjalan diatas bus yang aku rasakan terbalik, dan aku tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya.
Tiba tiba kepalaku sangat pusing. Baru saja aku melangkah beberapa langkah saat kami berhasil keluar bus, bus itu pun meledak dan aku mulai tidak sadarkan diri.
RED STRING
"Alive… Alive Im?" seorang pria memanggil namaku lembut.
"Si-siapa? Aku di-dimana?" aku sedikit panik setelah menyadari aku berada diruangan yang entah dimana. Hanya ada pemandangan putih, dan seorang pria yang berdiri dihadapanku sekarang. Apakah aku menuju jalan kesurga? Apakah aku mati?
"Aku? Makhluk tampan, hhe…" dia terkekeh, “Ohh maaf, aku seseorang yang ditakdirkan untuk menjadi pelindung takdir, dan aku punya sesuatu untuk kamu. Sebuah misi yang harus kamu kerjakan. Bantu aku menemukan takdirku." Jawabnya kali ini serius, tidak seperti sebelumnya.
"H-hah?"
"Tenang aja, kamu belum mati, kamu hanya lagi terbaring dirumah sakit kok." katanya lagi, tanpa menghiraukan aku yang merasa aneh dengan pernyataan yang dia jelaskan sebelumnya.
Gelap. Ruangan yang tadinya putih sangat terang berubah menjadi gelap. Samar-samar aku bisa melihat sebuah cahaya yang tidak terlalu menyilaukan danaku bisa mendengar suara dari Electrocardiography. Hingga akhirnya, akupun bisa merasakan mataku terbuka sepenuhnya, dan bisa melihat kakakku yang berlari keluar.
Ibuku yang biasanya jarang aku temui memelukku, rasanya seperti mimpi, tapi aku bisa merasakan kehangatannya.
"Kamu akhirnya sadar nak, ibu khawatir" katanya. Pikiranku yang pada awalnya seperti terhenti kini tiba-tiba seperti dipaksakan untuk bekerja. Dan juga, perkataan ibuku membuat pertanyaan pada otakku muncul, memangnya aku kenapa?
"Aku kenapa bu?" tanyaku.
"Kamu ngga apa-apa,” katanya sambil sedikit melepaskan pelukannya, “Hanya terjadi kecelakaan." lanjutnya pelan.
Aku sedikit ingat, kecelakaan bus pada saat acara wisata sekolah untuk Camp Summer.
"Bu, udah berapa lama aku ngga sadarkan diri? Gimana dengan temen sekolahku yang lain?" tanyaku. Entah kenapa, rasanya rasa sakit dan lemasku hilang setelah mengingat kejadian kecelakaan itu.
"Sebulan, mungkin… Temen-temen kamu yang ada di bus itu cuman ada 10 orang yang selamat, 9 siswa dan 1 guru yang selamat."
"Jungwoo?" tanyaku panik kembali.
"Jungwoo, dia baru aja kembali ke kamarnya disebelah, udah ngga usah panik. Baru sadar ngga usah banyak tanya." kata ibuku, sambil mengusap puncak kepalaku.
Dokter pun datang bersama suster, dan diikuti kakakku. Dokter itu memeriksa kondisiku, dan setelah selesai, ibu dan dokter keluar dari kamar inapku. ―begitupun kakaku yang pada akhirnya malah mengikuti mereka.
Kenapa ngga ngomong disini aja? Aku penasaran.Brakk!
"Alive, udah sadar? Syukurlah." seseorang menggebrak pintu, dan dari suaranya aku tahu dia Jungwoo. Hingga aku kembali membalikan tubuhku kearah pintu.
Dia masuk sambil mendorong infusannya, dan juga, sesekali dia membenarkan kacamata lalu selang infusnya yang sedikit mengganggu, lucu sekali.
"Sabar... Keep calm, oke?" kataku, lalu terkekeh.
"Ahh iya maaf, aku cuman kesenengan denger ibu bilang kamu udah sadar." jawabnya lugu, membuatku kembali terkekeh.
"Eh Wuu, tolong lepasin ini dong... Kak Steve jail ini pasti." kataku, saat aku baru menyadari ada benang merah yang mengikat dijari kelingkingku.
"Lepasin apa?" tanyanya yang malah menatapku heran.
"Ini" aku menunjukkan jari kelingkingku kearah wajahnya, "Tuh di kelingking kamu juga ada, jangan-jangan ini kerjaan kamu" kataku menunjuk seperti menuduhnya.
"Apaan sih? Baru sadar udah becanda." Katanya.
Wait... Kalau gitu ini apa? Dan kenapa benang itu ada dijari kelingking milik Jungwoo juga?
Kak Steve dan ibu masuk lalu pamit untuk pulang sebentar. Dan aku juga bisa melihat dijari kelingking mereka terdapat benang merah yang sama sepertiku.
Takdir? Pelindung takdir? —ah aku teringat mimpiku tadi. Tunggu… bukannya menurut kepercayaan orang Jepang kalau benang merah itu melambangkan ikatan takdir?
Jadi maksudnya?
Aku bisa liat ikatan takdir seseorang?
—Flashback end...
Tbc…
KAMU SEDANG MEMBACA
RED STRING | ✔
FanfictieNCT 127 - Nakamoto Yuta [ bahasa | completed ] An invisible redstring connects those who are destined to meet, regardless of time, place, or circumstance. The thread may stretch or tangle, but will never break. Maybe ... But, i can see it. ©Do...