Epilog: Red String

1.1K 99 24
                                    

🎧 Disarankan untuk mendengarkan lagu Fly To The Sky - Missing You

















"Liv." sapa kak Yuta.

Aku sekarang sedang berada dibalkon atas, menghirup udara malam di perubahan musim antara musim dingin dan musim semi.

"Apa?" kataku.

"Ngapain disini? Dingin tau." Kata Yuta, dan dia malah memasangkan selimut pada tubuhku. Dan melingkar tangannya pada leherku.

"Liat langit." jawabku.

"Ngapain liat langit? Ngga indah kok, ngga ada bulan. Bintang juga sedikit." dia menanggah melihat hamparan langit berwarna biru gelap itu.

"Bulannya kan disini." kataku.

"Hhmm... Siapa yang ngajarin hah?" Katanya sedikit tersipu. Dia pun memutar badanku agar menghadap kepadanya.

"Kamu, siapa lagi?" kataku.

"Kenapa sih aku selalu disebut Bulan, dan kenapa juga si Taeyong harus disebut Matahari?" katanya.

"Karena kamu hampir mirip bulan, kalau bukan tanpa matahari aku ngga bisa ngeliat kamu. Dan bulan selalu datang diwaktu yang gelap karena hadir dimalam hari, dimana manusia juga sedang merasa sendiri. Kenapa aku sebut Taeyong matahari, karena...













Aku udah pernah bilang kan aku pernah suka dia? Dia pernah dihati aku. Tapi cahaya matahari selalu terasa oleh bersama-sama, karena dia selalu muncul diwaktu seseorang sedang berkumpul bersama. Walaupun cahayanya kuat sampai bisa membantu bulan bercahaya tapi cahayanya tidak bisa menyentuh dasar hati. Karena dia tidak tau, bahkan berdiri diantara kegelapan. Hanya bulan yang berani."

"Terus kenapa kamu pilih bulan ngga matahari? Jelas-jelas matahari punya cahaya yang kuat dan mungkin kamu tahu, kan, walaupun bulan bisa bersinar itu juga karena matahari?" Kataku, dan dia mengangguk. "Walaupun bulan ngga punya cahaya, dia masih berjuang buat nerangin kegelapan. Dan juga karena aku butuh cahaya disaat 'sendiri' bukan 'bersama-sama'. Karena saat siang aku bisa bersama teman-temanku. Saat malam? Tak ada yang bisa menemaniku selain cahaya bulan. Dan kalau boleh jujur selama ini kak Taeyong sama kayak matahari, menjadi peran utama dari kisahku. Tapi kamu? Tokoh pendatang yang lebih bersinar dari pemeran utama dalam kisahku." jelasku. Dan dia hanya diam, merenung. Mungkin merenungkan perkataanku.


"Yut, kamu nangis?" kataku, lalu menangkupkan wajahnya dengan tanganku.

"Ngga kok, kelilipan." katanya, sambil mengusap matanya.

"Alaaah bohong." jawabku.

"Yut, kamu tau waktu pertama kita ketemu untuk kedua kalinya?"

"Waktu dirumah sakit, atau ku jadi arwah?" tebaknya, aku menggeleng.

"Sebelum itu, di mimpiku. Kamu mengenalkan dirimu sebagai orang ganteng." kataku, dan dia malah terkekeh.

"Jangan bohong, tapi kan aku emang ganteng."

"Kamu nyuruh aku sesuatu." Kataku berbicara dengan nada serius.

"Hah, ngomong apa sih kamu?" katanya yang malah menatapku heran.

RED STRING | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang