"Diam. Tenang! Kita punya teman baru, kenalkan dirimu." kata Pak Minho, selaku wali kelasku.
Hampir seluruh wanita dikelas membuat keributan, karena murid baru itu sangat tampan—jika dinilai dari standar kelas ini, but menurutku Uwu no. 1, heheh.
"Aku seorang pengkhianat jika sudah dekat dengan seseorang. Menjauhlah dariku." kata seorang pria tadi. Dia langsung saja duduk di kursi depanku, membuka bukunya tanpa mempedulikan yang lain.
Ewhhhh, apa-apaan pengenalan itu, apa dia mencoba mencari penggemar dengan kesal pertama yang terdengar cool itu?
*suara bel*
"Baiklah, selamat makan siang." Kata pak Minho. Semua murid bersorak, mereka pun mulai berlarian menuju kantin.
Ada beberapa orang yang tetap tinggal, seperti aku dan Jungwoo, dan juga murid baru itu. Dia lebih memilih menyumpal telinganya dengan earphone.
"Ini siapa yang masak? Bukan ibumu, apalagi kakakmu, kamu juga." kata Jungwoo sambil mencoba meresapi makanan yang dia masukan kedalam mulutnya.
"Tebak, tebak." Kataku bersemangat.
"Eum, kayak kak Tae―" kalimatnya terpotong setelah tanpa sadar dan spontan aku malah menggumankan nama seseorang, "Yuta?"
Brak. Brak. Ttuk. Brak.
Aku melihat Yuta di samping Jungwoo, dan murid baru tadi malah membuat keributan dengan meja dan barang-barangnya yang berjatuhan. Aneh.
"Yu-Yuta? Baru denger deh, tapi masakannya enak deh." kata Jungwoo lalu memasukan lagi suapannya kedalam mulut.
"Bukan, bukan. Itu masakan Kak Taeyong." kataku. Aku melihat Yuta yang masih aja tersenyum, padahal aku sedang panik tadi.
"Ehh Haera kenapa ngga masuk ya? Bukannya kemarin udah sehat?" tanya Jungwoo.
Uhukk... Kali ini si murid baru itu malah seperti orang yang tersedak.
"Yehh, kangen ya?" tanyaku usil, tapi memang bertanya serius juga, karena aku juga sedikit kangen pada Haera.
"Maaf, boleh nanya?" ini bukan Jungwoo, melainkan murid baru tadi.
"Kalau ngga salah denger tadi kamu nyebut Yuta—"
"Iya. Nama kamu Yuta? Tapi maaf aku ngga manggil kamu." kataku ketus. Aku memang jarang peduli sama orang lain. ―ralat, orang baru. Lagian jika dia terganggu dengan nama yang aku sebutkan karena sama dengan namanya tinggal pergi saja, ribet.
"Bukan, denger dulu, maksud kamu Nakamoto Yuta? Dimana kamu kenal dia?" kata murid baru tadi.
"Kalau iya kenapa? Kalau ngga kenapa?" aku pun membalikan badanku kembali ke arah Jungwoo. Oke, mungkin aku terlihat sangat acuh, tapi sebenarnya aku sedikit penasaran kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu.
RED STRING
"Culun! Aku kangen." sambut Haera saat baru saja kami masuk ke kamarnya.
"Ke aku ngga nih?" kataku.
"Ngga. Ya kangen lah." kata Haera, dasar. Ntahlah, belakangan ini aku lebih sering menjadi obat nyamuk jika sedang bersama mereka. Mereka asik berdua, dan aku didiamkan. Dari dulu sih sebenarnya, tapi ngga terlalu didiamkan seperti ini.
"Ekhem." aku berdehem.
"Ahh, maaf" kata Haera, dia terkekeh.
"Eum, Liv. Ini dari Chan. Jangan dibuka dulu, sampai kamu dirumah." kata Haera sambil memberikan sebuah kotak berbentuk persegi panjang, dan sedikit tipis.
"Ini apaan? Dan kenapa harus aku baca dirumah?" tanyaku sambil meraih kotak itu.
"Ntahlah, akupun yang pacarnya ngga boleh buka itu." kata Haera sambil memanyunkan bibirnya, mungkin dia sedikit kecewa.
"Yaudah kalau gitu aku pulang deh, takut keasikan kayak kemarin." Pamitku, lagian niat aku denga Jungwoo kemari awalnya hanya untuk mengantarkan tugas milik Haera.
"Aku ikut." kata Jungwoo, yang aku sedikit tidak percaya. Aku kira dia akan tetap tinggal disini bersama Haera.
"Hati-hati ya kalian, maaf ngga anter ke bawah. Males hhe." kata Haera. Nyebelin memang dia, tapi dari raut wajahnya seperti ada yang disembunyikan. Aku tidak tahu, tapi sepertinya dia sedang dalam masalah.
"Cepet sembuh ya." kata Jungwoo.
RED STRING
Kami berjalan pulang dan Jungwoo dari tadi berbicara tentang Haera saja. Aku ngga paham sama kesetiaannya, kalau aku jadi dia mungkin aku udah menyerah. Ini udah hampir genap 4 tahun, keren kan?
"Itu murid baru bukan?" kata Jungwoo.
"Mana? Oh iyaa, mungkin." Kataku sambil menyipitkan mataku, penglihatanku sebenarnya sangat buruk, hanya saja aku malas menggunakan kacamata. "Ngapain diem di depan rumah kamu?" tanyaku.
"Murid baru!" sapa Jungwoo sambil menghampirinya. Aku hanya memperhatikan Jungwoo dari belakang dan berjalan biasa. Dan aku baru sadar, bagaimana bisa benang merahnya pendek, seperti milikku juga?
Ahh tunggu, kenapa untuk masalah benang merah yang tipis, aku bisa melihatnya jelas tanpa terlihat kabur sedikitpun. Bahkan dari jauhpun, aku bisa melihat sedikit-demi sedikit seratnya.
"Ada apa?" kataku acuh, karena Jungwoo hanya terdia setelah menyapa murid baru itu.
"Tidak, hanya saja. Eum itu, euuh." katanya gelagap.
"Apa?!" kataku membentak.
"Ah hanya disuruh mengantarkan ini sama ibuku, sebagai perkenalan tetangga baru. Apakah kalian tinggal disini?" tanyanya.
"Tidak. Rumahku yang didepan, tapi ini rumah Jungwoo" kataku sambil menunjuk rumahku.
"Kalau begitu rumah kita berhadapan." Kata murid bar itu padaku, "Ini Jungwoo." katanya lalu pergi. "Ah namaku Changbin. Seo Changbin! Jangan lagi manggil aku murid baru." katanya sedikit berteriak.
Changbin? Lalu kenapa dia terusik saat aku mengatakan nama Yuta didepannya?
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
RED STRING | ✔
FanfictionNCT 127 - Nakamoto Yuta [ bahasa | completed ] An invisible redstring connects those who are destined to meet, regardless of time, place, or circumstance. The thread may stretch or tangle, but will never break. Maybe ... But, i can see it. ©Do...