Sebulan lebih telah berlalu, sesuai pilihanku aku tidak melanjutkan kuliah.
Haera dan Jungwoo juga malah mengikuti jejakku, dasar mereka berdua. Bagaimana dengan Hubungan mereka? Paman Kim malah menyuruhnya untuk lebih serius.
Gila memang. Baru juga lulus.
Aku semakin dekat dengan teman-teman kak Steve. Ahh iya jangan lupakan tentang pak Taeil, kali ini dia juga sering kerumah. Tidak seperti biasanya kan?
Kemarin kak Ong telepon bakal main kerumah, dia bilang ingin party alhasil sekarang ada 23 orang disini. Termasuk Haera. Dan yang menyiapkan semuanya aku, dia yang ingin mengadakannya tapi tidak memberi sepeser pun uang.
Tentang kak Taeyong, kami sudah memutuskan untuk selalu menyayangi meskipun hanya sebatas adik dan kakak. Dia bilang tidak pernah kecewa, karena itu pilihanku.
Sebaliknya, dia berpesan untukku agar tidak pernah merasa kecewa untuk segala hal. Karena dia akan selalu ada untukku.
Tentang aku dan Yuta?
Hahahaha.
Aku sudah menolaknya lebih dari 10x. Dari yang mulai serius, terencana, becanda, sampai yang tak sengaja. Aku sudah bilang aku tidak mau pacaran tapi dia tetep saja terus menembakku, bandel memang.
Dan kali ini, dia mulai lagi. Ini udah yang ke 28 kalinya.
"Liv ihh." Rengek nya, dia terus saja mengikutiku kemana aku pergi. Sampai-sampai bukan hanya aku. Kak Taeyong pun bilang pusing melihatnya.
Beginilah ketika kesempatan dinilai dengan salah. Maksud aku memilih Yuta, bukan untuk menjadi pasangannya saja. Hanya saja, agar kita lebih dekat dan yaa, mungkin ada waktu yang tepat untuk kami menjadi sebuah pasangan. Tapi bukan harus sekarang juga.
"Apaan sih?" protesku, lalu berjalan lagi keruang tengah untuk menyimpan semangka.
"Ahh ngga asik kamu tuh." katanya. Tapi aku tetap fokus pada pekerjaanku.
"Udah napa yut, ngekor mulu." kata kak Ong.
"Berisik lu." jawab Yuta.
"Lah, jadi gue?" protes kak Ong.
"Udah.. Diemin aja." kata Minhyun yang menengahi mereka agar tidak terjadi keributan.
Memang, aku dari tadi bolak-balik kedapur dan ruang tengah. Itu juga karena ngga ada yang bantu selain Haera. Kami berdua seperti menjadi pelayan 21 cowok itu, oh tidak sepertinya 20 karena yang satu terus saja mengikutiku.
Degh!
Baru saja aku membalik tubuhku, dia sudah dihadapanku. Tubuhku dikunci oleh tangannya yang di tahan di dinding. Dan aku hanya bisa mematung sambil memegang cemilan yang terakhir. Dan berusaha menunduk, karena posisi kami sangat dekat.
"Aku cape, udah kenapa biar suruh yang lain aja." Protesnya.
"Yaa suruh siapa ngikutin aku." Kataku acuh.
"Yaa kamu ngga mau denger."
"Yaa aku lagi kerja." Bantahku.
"Yaa tapi dengerin dulu."
"Yaa aku juga denger." Kataku sambil me- rolling eye.
"Oke salah, maksud aku respon."
"Yaa kamu udah tau kan jawabannya."
"Yaa kamu ganti makannya jawabannya." Katanya dengan nada yang sedikit lebih memaksa dari sebelum-sebelumnya.
"Yaa aku ngga mau."
"Yaa harus mau."
"Yaa kalau ngga mau—" kalimatku terpotong.
"Ya ya ya aja terus kak, sampai si Guanlin bangkrut." kata Woojin.
"Siniin lama tau ngga, aku nunggu. Maaf ganggu, lanjutin aja sampai kena." lanjut Woojin sambil menunjuk bibirnya.
Yuta langsung menjauh dan aku langsung benerin rambut, baju dan apapun itu. Padahal ngga ada yang perlu dirapihin. —aku hanya salah tingkah.
Kita berdua akhirnya kembali keruang tengah.
"Kalian ngapain aja didapur?" tanya kak Jisung.
"Ngga ngapa-ngapain." kataku.
"Sayang aku lapar." Rengek Yuta, lalu berlari kearah Taeyong yang sedang memakan kue coklat.
"Ututu sini sini." bales Taeyong. Sudah gila mereka, apa itu faktor penolakan? Ewwwhhhh!
"Yang satu korban ditolak, yang satu korban bertepuk sebelah tangan. Tanggung jawab tuh liv." kata kak Doyoung.
"Kak." kataku sambil mengangkat tangan. Kak Taeyong yang ngga ngerti apa yang terjadi malah mengikuti perintahku.
Kami high five.
"Nah udah ngga bertepuk sebelah tangan kan?" kataku.
"Yut. Aku terima, aku terima kenyataan aku nolak kamu." kataku lagi.
"Udah. Aku udah tanggung jawab kan? Aku mau keatas." kataku lalu segera ke atas. Tapi aku masih bisa denger suara kak Doyoung ngomong
"Bego banget si adek lu."
Biarin masa bodo.
Aku pun memilih diam dibalkon atas, ntahlah aku memang ngga nyaman dengan keramaian. Apalagi temen kak Steve ngga bener semua.
"Sendiri aja nih." Seru seseorang dengan suara yang sangat familiar ditelingaku.
"Apalagi sih, Yut?"
"Ih gitu banget." katanya, dan dia langsung memanyunkan bibirnya.
"Ya biarin."
"Kenapa sih nolak aku terus?"
"Aku males pacaran yutt. Ribet, ngga bebas. Mending tidur dan makan mie." kataku.
"Gemesin banget sih." Katanya, sambil mencubit hidungku.
"Arghhh! diem kenapa yut." kataku mulai kesal.
"Makannya terima aku. Kurang perjuangan aku buat buktiin aku bener-bener suka sama kamu?" katanya.
"Iya ahh iya, berisik." Kataku kesal.
"Hah?" dia menatapku heran.
"Iya aku terima. Puas?" Kataku pasrah, untuk kali ini. Dan mungkin nanti dialah yang harus pasrah karena memaksaku menerima ini.
"Serius?" tanyanya lagi.
"Iya ih berisik."
"Asik!" katanya antusias, dan aku langsung menghentikan dia yang baru saja mau memeluku, —aku tahan.
"Stop! Kamu peluk, aku loncat." kataku sambil menunjuk kebawah.
"Eh iya-iya, serem banget ihh. Dasar pacar Nakamoto Yuta."
—tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED STRING | ✔
FanficNCT 127 - Nakamoto Yuta [ bahasa | completed ] An invisible redstring connects those who are destined to meet, regardless of time, place, or circumstance. The thread may stretch or tangle, but will never break. Maybe ... But, i can see it. ©Do...