Hari ini 1 Januari 2019, waktunya membuka halaman baru. Dan aku masih sendiri. —sebenarnya aku tidak masalah untuk menulis sebuah kisah sendirian. Tetapi, karena soal kemarin malam itu, sepertinya aku harus memperjelas terlebih dahulu kalau aku masih sendiri sekarang.
Oke, lupakan soal kemarin malam. Aku tidak menyangka kalau kak Taeyong akan menyatakan perasaannya saat itu, dan aku benar-benar belum bisa menjawab—mungkin. Tapi aku tidak yakin.
Dan kalian tahu apa yang terjadi.. Jungwoo dan Haera sekarang berpacaran. Dan aku menjadi obat nyamuk sekarang, —yaa kita sekarang sedang berada di café, nongkrong-nongkrong untuk membuang uang.
Sebenarnya ini permintaanku, karena mereka harus mentraktirku. Ini ritual wajib. Dan akhirnya mereka setuju untuk mentraktirku hari ini.
"Mark?" Aku terkejut saat Mark duduk dihadapanku.
"Eh hai kakak ipar." oh what the— Oke sekarang ditambah mark, dan mungkin Jungwoo akan mengundang temannya yang lain. Sebenarnya aku tidak masalah, tapi yaa jatahku nanti berkurang.
Rasanya ini seperti double date, tentunya Haera dan Jungwoo, sedangkan aku dengan Mark, adik dari seorang pria yang menyatakam perasaannya padaku kemarin malam.
Ahh benar, aku jadi teringat akan sesuatu hal. Kak Taeyong bilang ingin mengajakku pergi keluar hari ini, tepatnya nanti sore.
"Wuu, Ra, Mark, aku pulang duluan, yaa? Aku lupa ada janji sore ini." kataku pamit.
Sebenarnya, bisa saja aku menolak ajakan kak Taeyong kemarin, tapi, nolaknya ngga enak. Belum lagi jika nanti aku harus memilih untuk menolak perasaannya, ditolak satu kali saja sudah menyakitkan. Lagian dia juga bilang 'ngga ada penolakan.' jadi ya mau ngga mau aku terima. —yaa mungkin ini juga bisa menjadi ajang untuk aku bisa melihat dia apakah dia bersungguh-sungguh apa tidak.
"Baru juga Mark datang kak." kata mark so' sedih. Sepertinya Mark memang fans-ku, karena setahuku dia sedikit savage walaupun berwajah menggemaskan seperti itu. Tapi kakak-mu lebih penting bagiku.
RED STRING
Sesuai perjanjiannya, aku menunggu di sebuah food court yang tentunya pasti ramai. Dan itu membuatku risih.
Aku memang sengaja tidak meminta kak Taeyong menjemputku, walaupun dia terus memaksa. Lagi pula food court ini berada dipertengahan antara rumah aku dengan rumah kak Taeyong. Jadi, jika kK Taeyong harus meminta menjemputku terlebih dahulu, dia akan bolak-balik menghabiskan waktu.
Dan buktinya sekarang, dia belum juga datang. Sebenarnya aku malas dengan seseorang yang tidak tepat waktu, tetapi aku akan memberi toleransi 5 menit untuknya.
Akhirnya, aku melihat seseorang yang menggunakan kemeja hitam dengan kancing terbuka, dan kaos belang berwarna hitam putih jalan kearahku. Dia tersenyum kearahku walaupun aku memanyunkan bibirku karena kesal. Dan juga, kenapa kami menggunakan baju yang senada? Hanya saja, aku menggunakan blazer hitam, dengan baju dalam berwarna putih.
"Hii dek, udah nunggu aja. Aku kira bakal ngaret." kata kak Taeyong, sambil menarik kursi diseberang ku.
"Ngaret." decihku kesal, sambing me- rolling bila mataku.
Dia pun terkekeh, "Telat 2 menit dek, ya ampun." Katanya sambil mengacak-ngacak rambutku. Ahh kesal, berantakan kan jadinya.
"Tumben mau diajak ke tempat terbuka gini." Lanjut kak Taeyong.
"Kakak yang bilang ngga ada penolakan." Dengusku.
"Bilang aja ngga mau nolak." Kekehnya, sambil membawa americano milikku.
"Ih kak punya aku." Protesku, dan dia malah terus melanjutkan menghisap americano itu. "Pesen gih kak, malah minum punya orang." Lanjutku.
"Ahhh..." lenguhnya sambil menyimpan kembali cup americano itu diatas meja. "Biarinlah, itung-itung.. Soalnya aku ngga bisa nyium kamu kan dek." Lanjutnya. Sialan, terlalu to the point. Dasar mesum!
Karena perkataannya, suasana diantara kami pun berubah menjadi canggung. Aku yang memang tidak pernah tahu bagaimana caranya memulai percakapan, dan kak Taeyong tidak memulai percakapan, hanya memperhatikan sesekitar. Kak Taeyong juga tidak memesan sebuah minum ataupun makanan dan malah semakin terperinci memperhatikan setiap sudut. Mau nyari cewek?
"Kak?" seruku, membuat fokusnya kembali teralihkan.
"I-iya?" Katanya sambil melihat kearahku.
"Ada apa?"
"Ah ngga kok, kakak ke toilet dulu yaa. Sambil mesen makanan mungkin, mau mesen apa?" katanya, dan aku menggelengkan kepalaku.
Sudah hampir 15 menit berlalu, dan kak Taeyong belum kembali. Ohh ayolah, aku benci menunggu.
Aku melirik kelayar ponselku, dan kali ini sudah 20 menit aku menunggunya. Apa dia tiba-tiba pulang dan meninggalkan aku sendiri disini? Sialan kalau memang iya!
Tiba-tiba saja, seseorang memeluk leherku dari belakang. Awalnya dia hanya seperti mengalungkan lengannya, tapi kali ini dia sedikit memper-erat lengannya dileherku. —walaupun tidak sampai tercekik. Hanya saja, aku bisa merasakan kehangatan dileherku—ralat; kepanasan.
"Kak Taeyong apaan sih?" Protesku, tetapi snag empunya tidak mau menjawab.
"Kak lepasin elah, malu kalau orang liatin." Kataku sambil menepuk-nepuk lengannya.
"Kamu masa ngga bisa bedain yang mana Taeyong, dan yang mana yang bukan Taeying." ujarnya, dan suara ini bukan suara yang aku kenal. Ini bukan kak Taeyong.
mataku membulat, dalam pikiranku kosong dan tidak tahu aku harus berbuat apa hingga di benakku akhirnya muncul sebuah pikiran-pikiran negatif.
Apa jangan-jangan, yang memelukku ini seorang om-om pedo? Dia akan menculikku, dan membawanya ke sesuatu tempat dan— Ahh! Aku takut.
Kak Taeyong kemana? Kenapa dia tidak datang kembali kesini?
"Kak Steve..." Teriakku dalam hati sehingga air mataku tanpa sengaja ikut turun.
Bagaimanapun, lebih baik aku dipeluk arwah aneh seperti Yuta dari pada harus di peluk, atau bahkan sampai di culik oleh om pedo seperti ini.
Aku takut.
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
RED STRING | ✔
FanfictionNCT 127 - Nakamoto Yuta [ bahasa | completed ] An invisible redstring connects those who are destined to meet, regardless of time, place, or circumstance. The thread may stretch or tangle, but will never break. Maybe ... But, i can see it. ©Do...