Hujan.
Hampir dari semua gadis menyukai hujan, tapi aku tidak. Apakah aku bukan seorang gadis? Becanda. Aku seorang gadis tapi, yaa... aku benci hujan, ngga tau kenapa.
Sore ini hujan cukup deras, padahal aku ingin segera pulang. Aku sudah memiliki janji dengan kasurku untuk menghabiskan hari ini dirumah bersamanya.
"Ayo pulang." ajak Jungwoo.
"Hujan wu." Keluhku, lagi pula untuk apa menembus hujan, tidak ada kerjaan. Dan itu akan membuat kepalaku pusing nantinya, lebih baik aku diam menunggu hujan itu reda, dibandingkan harus menerobosnya dan mala sakit.
"Yah. Aku ngga bawa payung, pake tas? Daun? Kertas?" tanyanya.
"Sama aja hujan." Kataku, lagian aneh, kebanyakan nonton drama ini pasti dia itu.
"Udah hujan-hujan an aja." usul Haera, pada Jungwoo.
Seperti yang kalian pikir, aku memang tidak suka 'bermain' hujan-hujanan, ―yaa itu karena aku tidak suka hujan, lebih baik aku disuruh tidur diatas salju tanpa menggunakan mantel—tenang, aku ngga akan masuk angin kok, aku kuat.
Lagi pula besok ada ulangan math. Aku ngga bisa bolos, itu pelajaran kesukaanku—bukan, tapi aku suka guru yang mengajar pelajaran itu. Hhe. Sahabatnya kak Steve.
"Heh! Malah pada hujan-hujanan!" kataku, berteriak dari depan gedung yang masih terlindungi atap.
Jungwoo dan Haera malah asik bermain ditengah rintikan air hujan yang turun, liat saja kalau mereka sakit. Ngga mau aku jenguk kalian berdua.
Tapi ngeliat mereka tertawa ditengah rintikan hujan adem juga yaa, ada aura tersendiri, layaknya orang pacaran. Untung aja Chan udah lulus, jadi dia ngga akan ngeliat moment yang bisa dibilang 'selingkuh' ini.
Ditambah benang merah mereka yang menyatu rasanya mereka emang benar-benar ditakdirkan untuk bersama. Akupun melihat jari kelingkingku, dimana aku hanya menemukan benang merah yang terputus disana, padahal aku percaya adanya cinta, tapi kenapa benang merahku seperti ini?
Apakah aku tidak punya takdir?
Bruk!
"Sorry." kata seorang pria yang menabrakku tadi. Diapun terus berjalan santai padahal hujan cukup deras. Tapi dia siapa? Kayaknya aku belum pernah liat—bodo amat lah, aku tidak peduli, untuk apa, tidak ada kerjaan.
"Jangan ngelamun." Kata Yuta yang tiba-tiba saja sudah berada disampingku.
"Ngga. Eh ngapain?" tanyaku, aku kaget, walaupun responku cepat tadi, hanya spontanitas.
"Kamu belum pulang, jadi aku cek kesekolah." katanya, aku hanya berdecih lalu memutar bola mataku malas.
Jungwoo dan Haera berlari kearahku. Aku baru sadar mereka benar-benar hanya ingin bermain hujan-hujanan, buktinya tas mereka masih ada tergeletak didekatku.
"Pelukan persahabatan." teriak Haera, sambil membentangkan tangannya.
"Ah No! Basah." kataku sambil menghindar mundur kebelakang.
"Culun tahan!" teriaknya. Oh sial, mereka bersekongkol. Jungwoo malah menahan belakangku agar aku tak bisa berlari kebelakang, mau ngga mau aku harus melangkahkan kakiku ke tengah rintikan hujan.
"Yeay! Akhirnya Liv hujan-hujanan." kata Haera. "Sini aku peluk biar ngga dingin." lanjutnya. Yang benar saja, biar ngga dingin katanya? Bahkan bajunya saja sudah sangat basah.
"Sini lun." Kata Haera sambil menarik Jungwoo.
Kalian tau? Kami bertiga berpelukan dan aku berada ditengah, aku dihimpit oleh Jungwoo dan Haera—ah tidak, rasanya aku seperti penghalang Jungwoo dan Haera berpelukan dengan posisi ini.
Jungwoo memelukku, Haera memelukku, dan aku tidak memeluk keduanya. Benarkan aku seperti penghalang? Atau aku harus memeluk Yuta yang dari tadi sedang menyaksikan kami?
Tentu saja tidak.
RED STRING
"Yut. Aku mau ganti baju." kataku, saat Yuta benar-benar tidak mau pergi keluar dari kamar sekarang.
"Aku kan bukan manusia. Kenapa malu?" katanya, selalu saja menjawab.
"Yuta mesum!" aku pun berteriak, tapi aku langsung tersadar—akupun menutup mulutku takut saja ada yang mendengar. ―kak Steve salah satunya, karena ibuku tidak ada dirumah, mungkin sebentar lagi pulang.
"Oke-oke, aku keluar." Katanya. Aku pun segera bergegas, sebelum dia masuk kembali. Tapi, ketika aku sudah berganti baju pun Yuta ngga kembali lagi, dia kemana ya? Bodo amat ah.
"Alive!" teriak kak Steve.
"Apaan?!" kataku tak kalah berteriak juga —dari kamar.
"Sini kebawah sebentar." Lanjutnya, dan aku pun menurut. Yaa aku adik yang baik, aku selalu menuruti kemauannya, tapi hanya yang aku mau saja.
"Kakak mau nginep dirumah temen, kamu ngga apa-apa kan disini sendiri?" Tanyanya. Sendiri, memangnya ibu kemana? Tidak akan pulang juga?
"Oh iya kakak lupa bilang, ibu ke Jepang lagi. Jadi, kamu ngga apa-apa kan sendiri, ya? kakak udah janji nih sama Taeyong, ntar kakak kasih uang tambahan deh." bujuknya. Uang? Oke, pikirku dalam hati.
"Yaudah. Hati-hati deh kak." kataku pura pura pasrah, yang penting dapet uang. Padahal hatiku sangat senang karena akan mendapatkan uang tambahan lagi. "Kamu yang hati hati disini. Udah ya, take care." Lanjutnya, pamit lalu pergi.
Tunggu... Berarti malem ini aku... Berdua sama Yuta dirumah?
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
RED STRING | ✔
Hayran KurguNCT 127 - Nakamoto Yuta [ bahasa | completed ] An invisible redstring connects those who are destined to meet, regardless of time, place, or circumstance. The thread may stretch or tangle, but will never break. Maybe ... But, i can see it. ©Do...