13. Fatal.

845 142 32
                                    

"Bibi Kim, Uwuu ada kan?" tanyaku, saat menghampiri bibi Kim, ibunya Jungwoo yang sedang memasak didapur.

"Dikamar deh kalau ngga salah." Jawabnya yang sedang sibuk mengoseng masakan.

"Udah bangun tapi kan?" tanyaku lagi, maaf jika ini akan mengganggunya.

"Udah kok dari tadi." jawabnya. Akupun menuju kekamarnya, tapi dia ngga ada dikamarnya, akupun memilih untuk kembali menuju bibi Kim ke dapur mencari sarapan. Hehe.

Belum sampai aku kedapur, aku malah kebelet ingin buang air. Dan aku memilih cepat-cepat turun kebawah karena siapa tau kamar mandi diatas sedang digunakan Jungwoo.

Cklek.

Oh my eyes !!

Brak! Jungwoo kalau mandi ngga dikunci, sial! Untung udah pake celana, untung lagi mau pake baju, untung bukan pas mandi.

"Bibi Kim!" teriakku dari jauh. Dan rasa kebeletku tadi tiba-tiba saja hilang seteleh melihat Jungwoo seperti tadi.

"Kenapa liv?" tanyanya ramah.

"Masa si Uwuu mandi ngga dikunci sih, untung lagi mau pake baju, untung udah pake celana, untung yang liat bukan orang lain." kataku terus nyerocos.

"Ih Uwu kebiasaan. Udah sini sarapan, ibu juga udah sekalian bikin makan siang buat disekolah. Steve mana?" tanya bibi Kim yang sedang memasukan nasi kedalam kotak makan.

"Masih ngebo." Jawabku, lalu duduk dimeja makan. Ahh! Masih terbayang!

RED STRING

"Changbin." kataku sambil menepuk-nepuk punggungnya dari belakang

"Ahh, iya?" dia melepas sebelah earphone nya, yang jika diperhatikan selu menyumpal ditelinganya.

"Ngga akan lanjut yang kemarin malem?" tanyaku pelan, karena takut Jungwoo, ataupun Haera akan mendengarnya nanti.

"Lah? Emang kemarin malem kita ngelakuin apa?" tanyanya heran.

"Ih bukan itu! Mikirnya jauh banget sih. Itu loh yang obrolan kemarin." Kenapa sih semua orang selalu membuatku untuk berfikiran kotor hari ini?

"Oh itu... nanti aja deh, bentar lagi masuk soalnya, nanti kepotong lagi." Jawabnya, lalu menyumpal kembali telinganya menggunakan earphone. Oke. Aku sabar.

RED STRING

Nanti, nanti, dan nanti! Terus saja seperti itu. Hingga saking kesalnya aku masuk kerumah dengan membanting pintu. Tepat aku memasuki ruang tengah, disini sangatlah ramai, karena sudah dihuni oleh makhluk-makhluk astral.

Kak Taeyong, kak Doyoung, kak Jaehyun, kak Minhyun, kak Ong, si Woojin, Jihoon sama si Mark juga ada. Ahh aku sudah tidak heran dengan suasana rumah yang seperti pengungsian ini.

Aku tidak menyalahkan kak Steve karena memiliki banyak teman, tapi bisakah dia mencari tempat lain untuk mengadakan perkumpulan seperti ini?

"Ehh udah pulang, Haera juga udah pulang?" tanya kak Jaehyun padaku, tentu dia akan menanyai Haera karena Jaehyun kakaknya.

"Udah. Kalian ngga akan pulang?" kataku.

"Lah anjir diusir mulu. Padahal mah seneng ya ada aku?" kata kak Taeyong, menyebalkan. Ehh iya, jadi inget.

"Kak minjem hp, boleh?" pintaku saat menghampiri kak Taeyong.

"Buat apa?" Tanya kak Taeyong Heran.

"Waktu itu aku photo-photoan, lupa belum dikirim. Mana?" Jadi, waktu aku heran kenapa hp-nya Kak Taeyong ada dikamar aku, aku menggunakannya untuk take a selfie sebelum akhirnya kak Steve datang nanyain hpnya kak Taeyong yang hilang.

Akupun memilih photo-photoku lalu mengirimkannya, tidak lupa juga aku menghapusnya dari galeri ponsel kak Taeyong, karena itu bisa membuatnya senang. Dan tanpa sengaja aku malah terlalu keras hingga layar itu ter- scroll hingga ke bawah.

Wait, sepertinya aku tidak asing dengan wajah seseorang yang berada satu frame dengan kak Taeyong.

Yuta?

Aku menyentuh photo itu agar photo itu dalam ukuran layar penuh, bahkan aku sempat mengeser ke kiri, dan ke kanan, terrus diulang seperti itu dan aku semakin banyak menemukan photo kak Taeyong sama Yuta, ―bersama yang lainnya juga. Mustahil kan?

Aku diam terpatung, kak Taeyong yang merasa aneh kepadaku pun langsung bertanya kepadaku, "Kenapa dek?" Kak Taeyong mengintip ponselnya lalu dengan cepat dia langsung mengambil ponselnya itu.

"Dek?" tanya kak Steve. Aku yang tersadar dari lamunan langsung berlari keluar, ―menuju rumah Changbin yang pasti, karena dialah yang memiliki hutang untuk bercerita tentang Yuta padaku.

Dan aku benar-benar harus mencari tahu tentang Yuta kali ini. Siapa dia sebenarnya, dan kenapa kak Taeyong punya photo Yuta.

Ting tong.

Ting tong. Ting tong. Aku menekan bell pintu tidak sabaran, tentu saja, rasanya dadaku sesak. Terlebih lagi setelah melihat photo tadi. Bahkan aku tadi menghiraukan kak Steve dan kak Taeyong yang mencoba mengejarku, dan terhenti saat mereka melihat aku memasuki rumah Changbin.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita paruh baya.

"Ada Changbin?" tanyaku bergetar.

"Ah tunggu sebentar. Tuan Changbin?! Ada seorang gadis mencari mu." Teriak wanita itu. ―Ahh sepertinya dia seorang pelayan rumah ini.

"Ehh... Alive, ada apa?" tanyanya.

"Ceritakan sekarang, semuanya! Yang kamu tahu tentang Yuta! Semuanya! Sekarang! Kumohon..." teriakku padanya, ohh tidak. Kenapa aku jadi mengeluarkan air mataku?

"Ah. Oke, oke... Sabar sebentar. Ayo kehalaman belakang." Katanya berusaha senang walaupun aku bisa melihat ekspresi mukanya terkejut. Aku mengikutinya, lalu duduk di sebuah ayunan. Rumahnya cukup cantik.

"Jadi..."

Tbc...

RED STRING | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang