05✳ SENYUMAN YANG SAMA

1.7K 194 9
                                    

05✳ SENYUMAN YANG SAMA

Mungkin benar, jantung ini berdebar. Tapi, bukan karena rasa. Melainkan rasa benci yang membumbung tinggi. Melampaui ketulusan yang ada. Semuanya kembali lagi, pada ego diri sendiri.

— RAPENNA —

✳✳✳

"Lo yakin nggak mau bareng sama gue?" Pertanyaan itu sudah didengarnya lima kali dalam waktu lima menit. Shenna menghela napas panjang. Memberikan senyum terbaiknya untuk Reina, sahabatnya yang memberikan tumpangan pulang hari ini. Shenna bisa saja mengiyakan tawaran Reina, tetapi akan lebih baik tidak merepotkan orang lain, bukan?

"Nggak apa-apa, Rein. Gue sendirian aja. Lagi pula, lo ada les musik kan, hari ini? Rumah kita nggak searah. Lo harus muter balik kalau nganter gue dulu," ujar Shenna menolak halus. Ia tahu sifat Reina yang sedikit manja, tidak bisa terbantahkan dan paling tidak bisa mendengar suara tinggi. Untuk itulah ia harus berhati-hati untuk berbicara dengan sahabatnya yang satu ini.

"Beneran?" Reina masih tetap kekeuh untuk mengantarnya pulang. "Atau lo mau bareng Azel, ya? Dia masih lama. Kegiatan taekwondo di bawah kekuasaan Arsen makin ketat! Azel nggak punya waktu buat hang-out bareng abis sekolah sekarang." Reina nampak kesal jika sudah menyangkut Azel. Shenna paham jika Reina demikian karena Azel sendiri. Gadis urakan itu selalu menjahili Reina dimanapun mereka berada.

"Gue naik angkot aja. Kebetulan mau langsung bantu Ibu." Reina mengangguk, ia membuka pintu mobilnya. "Yaudah. Gue duluan ya, Na. Hati-hati di jalan. Jangan mau di dempet-dempet sama kenek angkot!" ujar Reina yang membuat Shenna terkikik geli. Shenna melambai pada kuda besi berjalan yang melaju membelah padatnya jalan raya Ibu Kota.

Sembari menunggu angkot, Shenna duduk di kursi kayu yang ada. Salah satu fasilitas umum sekolah untuk semua murid yang menunggu jemputan. Suasana sore menjadi pemandangan indah tersendiri baginya. Bagaimana banyak pedagang berbondong-bondong mempromosikan barang dagangannya, para penjual makanan yang mulai menggoreng dan melayani para pembeli, juga para karyawan yang keluar secara bersamaan membuat jalanan semakin padat.

Shenna mengeluh, jika sudah begini jadinya tentu saja tak ada angkot yang akan lewat jalur ini.

"Jalan aja kali ya? Lumayan olahraga." akhirnya Shenna berdiri, mulai melangkah menjauh dari area sekolah. Baginya berjalan kaki sampai rumah tak masalah. Hitung-hitung irit uang. Shenna bisa menggunakan uangnya untuk hal lain. Seperti menabung untuk masa depannya di kemudian hari.

Jalanan masih sedikit basah akibat hujan tadi pagi. Shenna memilih jalanan yang tidak terkena genangan air. Ia sedikit melompat untuk menghindari jalanan yang tergenang air. Namun, entah dari mana asalnya, sebuah mobil dengan sengaja melaju dengan sangat cepat. Membuat genangan air yang ada berpindah posisi menuju seragam putihnya. Shenna menjerit. Baju putihnya seketika kotor. Ia mendadak kesal. Memperhatikan mobil yang sudah melaju, ia hapal lebih dulu plat nomornya untuk meminta pertanggung jawaban.

B 7402 RJS

***

Sesampainya di rumah, mendadak Shenna teringat sosok laki-laki yang tadi pagi ditolongnya. Nama Peter langsung membuatnya cepat-cepat membuka pintu. Dilihatnya Lisa tengah menyapu dengan bersenandung dangdut. Shenna tak sempat menebak judul lagunya. Ia mendekati Lisa dengan tergesa. "Bu."

Lisa menoleh, tersenyum sumringah pada putri satu-satunya. "Eh, Na. Sudah pulang? Ibu udah masak soto kesukaan kamu. Lho, ini baju kamu kenapa? Kok kotor begini? Kamu abis dari sawah?"

Rentetan pertanyaan Lisa membuat Shenna sedikit pening. Mungkin efek ia belum makan setelah menghabiskan sarapannya tadi pagi. "Ini kecipratan mobil orang, Bu. Orangnya bawa mobil cepat banget. Mungkin lagi buru-buru. Nanti biar Shenna aja yang nyuci."

[TGS 3] SHENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang