46✳ GEDUNG BELAKANG SEKOLAH

968 103 4
                                    

46✳ GEDUNG BELAKANG SEKOLAH

***

MEMILIKI sahabat yang setia tentu menjadi hal yang patut disyukuri. Shenna membuka pintu rumahnya lebar-lebar saat Reina, Azel dan Irene datang. Mereka berniat membantu Shenna karena hari ini adalah hari paling bersejarah di hidup Shenna. Yaitu, pelulusan. Reina memilihkan kebaya yang cocok dan simple karena Shenna tidak suka yang terlalu wah. Sementara Irene membantu merias, dilanjutkan oleh Reina yang memang sudah handal dalam bidang tersebut. Azel? Tumben sekali dia waras, memilihkan sepatu berhak tak terlalu tinggi untuk Shenna. Bukan lagi sepatu sneakers seperti yang sudah-sudah.

Mereka berempat memakai kebaya. Meski Azel dipaksa pada awalnya.

Pukul delapan, semuanya bersiap. Reina juga sekalian datang ke hari pelulusan Kenzo, pacarnya. Makanya hanya Azel yang membawa mobil. Mereka berempat ditambah Lisa naik ke mobil Azel. Dengan suasana gembira tentunya.

Shenna tidak menceritakan bahwa Peter adalah kakaknya pada mereka. Ia hanya berkata bahwa ia putus dengan Peter. Untuk alasannya Shenna hanya bilang bahwa dia akan fokus kuliah.

Entah akan kemana Shenna berkuliah nanti.

Di sekolah, acara sudah di mulai dengan pengiringan grup marawis dilanjut dengan band-band sekolah. Reina menatap bangga para juniornya yang sukses membawakan lagu. Reina juga pamit sebentar karena dia pun membawakan sebuah lagu yang sukses menyentuh hati semua orang yang mendengarkannya.

Tibalah saat pembacaan peringkat jurusan. Kepala Sekolah menyebut nama-nama yang masuk dalam peringkat jurusan. Itu artinya mendapat nilai terbaik di bidang jurusan masing-masing.

Dan Shenna, mewakili jurusan Fisika terbaik. Nilai keseluruhannya terbilang bagus, yaitu 36,7. Suara gemuruh tepuk tangan mengirigi langkah Shenna naik ke atas podium. Di sebelahnya ada Rakha. Dia mendapat nilai 34. Sangat tipis sekali, memang.

Mereka melempar senyum. Lalu menerima hadiah sebagai bentuk rasa syukur. Sepanjang sejarah pelajaran paling rumit, mereka berdua menjadi yang paling unggul.

Setelah itu, Shenna dibawa ke gedung belakang sekolah oleh Rakha. Shenna tahu, Rakha pasti menunggu jawabannya. Ini sudah tiga minggu berlalu. Meski begitu, Shenna sama sekali tidak merespon. Chat, bahkan telepon dari Rakha diabaikannya. Shenna benar-benar fokus membantu Ibunya berjualan. Juga menyiapkan segalanya.

Gedung belakang sekolah SMA MERKURIUS adalah taman. Juga danau kecil yang di biarkan begitu saja. Shenna menghirup udara segar disana. Usai sudah perjuangannya di tempat ini. Shenna bersyukur bisa melalui semuanya meski tidak terbilang mudah. Konsentrasi Shenna juga ambyar di detik-detik terakhir perjuangannya.

“Gue sudah menduga, lo pasti bisa masuk UGM.” Rakha menatap Shenna teduh. Menggenggam tangan Shenna yang terasa hangat dan lembut. “Selamat, Na. Lo keren banget,” ucapnya lagi.

Shenna mengangguk. “Thanks. Lo juga keterima di IPB.”

“Cuma itu satu-satunya cara biar gue bebas dari Bokap. Gue akan memulai semuanya disana.”

Shenna melepas genggaman tangan Rakha. Kemudian mereka setuju untuk melakukan foto sebagai kenangan terakhir kali. Hanya dua jepretan diabadikan oleh kamera Rakha.

“Nanti kirim ke gue ya,” pinta Shenna. Rakha mengangguk.

“Na, gue mau ngomong soal surat itu.”

Benar, kan? Shenna tidak salah persepsi.

“Apa jawaban lo?” tanya Rakha.

“Rak, gue bener-bener minta maaf.” Rakha membatu mendengar itu. Shenna menatapnya sendu. “Lo harus raih cita-cita lo dulu, oke? Dan gue juga. Janji sama gue Rak, kalau lo juga bisa. Kita butuh waktu lama buat nyelesain semuanya.”

“Gue nggak ambil spesialis. Itu artinya gue butuh waktu enam tahun dari sekarang.”

“Apa karena gue juga enam tahun?”

“Terserah lo mau anggap gue gimana. Gue benar-benar suka sama lo, Na. Dari dulu, gue sayang sama lo. Tapi gue terlalu obsesi sama nilai, yang akhirnya buat gue buta.” Rakha masih merasakan penyesalan itu. Entah sampai kapan perasaan itu hilang dari hatinya.

“Lo nggak perlu lakuin itu. Terlalu berlebihan nggak sih?”

“Gue akan lakuin, buat lo.”

“BUCIN!” maki Shenna. Mereka berdua tertawa.

“Jangan sekarang ya, Rak?” tatapan memohon yang tidak bisa Rakha tolak.

“Boleh gue tau alasannya?”

“Gue mau sembuhin hati gue dulu. Perpisahan gue sama Peter itu nggak mudah. Ini sangat menyakitkan. Dan gue butuh waktu lama buat benar-benar melupakan. Tapi gue berani sumpah, gue udah mengikhlaskan Peter. Dia kakak gue.”

Rakha mengangguk. “Apa itu artinya lo mau janji sama gue?”

“Janji apa?”

“Kalau kita ketemu lagi, lo harus mau jadi pacar gue.”

“Ini pemaksaan!”

“Jadi?”

“Rak, kalau kita berjodoh dan lo belum bisa move on dari gue, datang ke tempat ini lagi. Reunian ke-enam. Datang kesini pakai Sneli lo. Kalau lo nggak datang, itu artinya lo ngebiarin gue buka hati buat orang lain.”

Rakha tak menjawab apa-apa. Dia mengangguk, memeluk Shenna dengan perasaan campur aduk. Senang dan sedih. Senang karena Shenna memberikannya satu kesempatan, dan sedih karena mereka akan berpisah dalam waktu yang sangat lama.

“Gue pasti datang, Na.”

“Gue tunggu. Enam tahun kedepan.”

Mengurai pelukan. Keduanya saling menggenggam sebuah janji.

Entah apa yang akan terjadi di masa depan.
Baik Rakha dan Shenna hanya perlu menjalaninya.

***

WOWW akhirnya mereka lulus🤪🤪🤪

Mereka ketemu nggak enam tahun lagi?

Mau tau kabar Peter? Sanggi? Wkwk

See you besok!💞

[TGS 3] SHENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang