29✳ GONE

816 94 4
                                    

29✳ GONE

Jika aku tidak bisa melihatmu bahagia bersamaku,
Maka jangan ada orang lain juga yang bisa melihat tawamu.

***

“LO disuruh nyari kayu bakar lagi,” ujar Rakha tiba-tiba saat Shenna sedang memotret sekeliling untuk diabadikan di kamera ponselnya. Nanti saat pulang, akan dia tunjukkan semua kegiatan pada Ibunya agar beliau senang. “Lo disuruh siapa?”

“Sama.. Reina, ah ya Reina. Dia nyuruh gue tadi pas gak sengaja lewat, gue abis dari toilet umum.” Rakha berekspresi seperti biasa, tanpa menunjukkan raut kalau dia berbohong. Shenna hendak berlalu, membuat Rakha dengan cepat mencegah. “Lo mau kemana?”

“Ke Reina, mau mastiin kalo lo nggak bohong.” Shenna menyimpan ponselnya di saku celana. Peter sedang mandi di kamar mandi umum. Sementara Shenna menunggu giliran sebelum maghrib tiba. Ia masih punya waktu tiga puluh menit sebelum bersiap-siap untuk melaksanakan kewajibannya.

“Gak usah. Ayo sama gue. Gue juga disuruh nyari kayu bakar sama Lorenzo,” ucap Rakha meyakinkan. Padahal, dia sedang tertawa keras. Rasanya menyenangkan sekali bisa mengerjai Shenna seperti ini.

“Tumben baik.” Shenna membuka suara. Lalu, mereka mulai memasuki hutang untuk mencari kayu bakar. Shenna pikir, kayu bakar yang masing-masing murid bawa sudah lebih dari cukup. Tapi, masih kurang juga ya? Apa karena sebagiannya dibuat untuk memasak?

“Kenapa? Orang baik salah, jahat makin salah,” cibir Rakha. Matanya melirik setiap plang masuk hutan. Ia tersenyum. Untung saja semua plang itu sudah dia putar arah menuju hutan terdalam. Rakha sempat memotretnya agar ia sendiri tidak lupa.

“Ya heran aja. Lo baru tadi siang buat gue sakit hati.” Shenna semakin yakin kalau dia mencurahkan semua apa yang ia rasakan pada Rakha sekarang. Agar cowok itu tahu kalau Shenna juga tidak suka merasa seperti ini. Shenna benci di posisi ini.

“Sori buat kejadian itu. Tadi gue udah mau minta maaf. Bawain lo snack sama minum.” Rakha keceplosan. Dia menutup mulut. “Ah lupain aja.”

“Jadi makanan yang jatuh itu punya lo? Buat gue?”

“Yah, snack sebagiannya punya Lorenzo. Katanya dia udah janji sama lo.”

“Kenapa gak dikasih ke gue? Lo malah pergi?” tanya Shenna, memunguti ranting-ranting pohon yang berjatuhan untuk dikumpulkan menjadi satu. Shenna sudah merasa gatal, banyak sekali nyamuk. Kalau tidak segera diselesaikan, dia bisa bentol-bentol. Shenna paling risih aka hal itu.

“Udah males,” jawab Rakha langsung. Shenna mengedikkan bahu. Matanya menjelajah. Saat melihat tumpukan kayu bakar yang seperti Tuhan kirimkan untuknya berada tak jauh darinya, Shenna membelalak. Dia pun berlari, memunguti kayu-kayu itu tanpa sadar kalau Rakha mulai bergerak menjauh. Meninggalkan Shenna sendirian.

“Berat banget,” gumam Shenna saat hendak mengangkat semuanya. “Rakha, bantuin dong. Lo kan cowok, harusnya lebih kuat!” serunya bersemangat. Tetapi, Rakha tidak menyahut. Shenna pun berbalik, kosong.

“Rakha! Lo dimana?”

Hening.

Hari sudah mulai gelap. Shenna ketakutan. Apalagi dia tidak membawa senter. Ya Tuhan, apakah Rakha sejahat itu meninggalkannya sendirian disini? Apakah Rakha memang ingin mempermainkannya saja? Apakah Rakha yang merencanakan semua ini?

[TGS 3] SHENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang