31✳ HOSPITAL

968 95 13
                                    

31✳ HOSPITAL

Membencilah, jika ingin. Kau berhak melakukannya.

— Peter Januar —

***

ACARA perkemahan dipulangkan, itu yang Peter dengar. Dia menitipkan tasnya pada Sanggi. Cowok itu setuju. Dia menanyakan kondisi Shenna. Peter mengatakan, bahwa Shenna sudah dapat donor darah. Peter tidak mengatakan dia yang mendonorkan darahnya. Takut ada berita yang macam-macam.

“Kalau gitu nanti gue pulang dulu, habis itu gue ke rumah sakit jenguk Shenna,” ucap Sanggi di seberang sana. Peter mengangguk, meski Sanggi tidak melihatnya. Lalu sambungan telepon terputus.

Shenna sudah dipindahkan di ruang rawat inap. Peter menunggui Shenna. Sementara Lisa ditemani Azel sedang membeli makanan untuk mereka. Peter menatap wajah pucat Shenna. Noda darah sudah hilang. Keadaannya lebih baik, meski sejujurnya masih membuat Peter terluka. Mereka belum ada sebulan jadian tetapi mengapa Shenna sudah melalui rintangan seberat ini? Apa salahnya? Apa dosanya?

“Kamu kapan sadar?” tanya Peter, menggenggam tangan Shenna yang terasa dingin. “Jangan lama-lama tidurnya, aku kangen lho.”

Peter menghela napas. Tangannya setia menggenggam tangan Shenna yang dingin. Rasanya Peter tidak bisa melihat Shenna dalam keadaan seperti ini. Shenna itu kesayangannya. Dan sekarang, Peter merasa bersalah karena tidak ada di sisi Shenna. Peter gagal menjaganya. Pacar macam apa dia?

Suara gaduh dari arah depan membuat gigi Peter bergemeletuk. Ia bangkit, melihat siapa yang berisik disaat Shenna saja masih meminta banyak waktu untuk beristirahat. Ternyata, ada teman-teman Shenna di depan. Ada Sanggi dan teman-temannya juga.

“Peter? Gimana keadaan Shenna? Kita boleh masuk kan?” Reina bertanya, mengintip celah pintu. Shenna masih terbaring lemah. Apa sahabatnya itu belum sadar?

“Shenna masih koma, belum sadar. Tapi, keadaannya membaik. Kalian tenang aja.” Peter menjawab.

“Syukurlah, kita seneng dengernya,” ucap Irene.

“Tapi untuk sekarang Shenna masih butuh istirahat. Kalian gak bisa jenguk Shenna langsung banyakan gini. Gantian aja ya?” pinta Peter lembut. Aneh sekali. Biasanya cowok itu cuek-cuek saja dengan sahabat-sahabat pacarnya. Tetapi sekarang? Lihat, Shenna bisa membuat orang lain menjadi sebucin ini. Ternyata, Shenna berbakat dalam bidang apapun.

“Oke,” jawab mereka bersamaan. Tepat saat itu Azel dan Lisa datang. Sayang sekali mereka hanya membeli tiga bungkus nasi saja.

“Gak papa, Tante. Kami udah makan kok tadi di rumah.” Sanggi yang menjawab, Lisa mengangguk kemudian. “Gantian ya jenguk Shenna-nya.”

Lisa, Reina dan Irene masuk ke dalam. Peter duduk di samping Sanggi dan Azel di sisi kanan.

“Tas lo dirumah gue ya bro,” ucap Sanggi. Peter mengangguk. “Thanks, nanti gue ambil.”

“Btw, lo udan tahu kenapa Shenna bisa jatuh ke jurang gitu?” tanya Sanggi kemudian, membuka topik yang sejujurnya ingin Peter tanya sejak tadi. Tapi, mereka kan ada di satu tempat yang sama saat Shenna hilang. Kemungkinan besar Sanggi juga tidak tahu, apalagi Peter. Lalu, siapa dalang di balik semua ini?

“Apa lo berpikir jatuhnya Shenna emang direncanakan sesuatu?” tanya Azel. Mereka berunding tanpa memikirkan apa-apa lagi. Keselamatan Shenna dipertaruhkan disini. Kalau orang itu nekat membuang Shenna ke jurang, maka orang itu ingin Shenna mati kan? Peter tidak bisa membiarkannya begitu saja. Peter akan membalasnya, dengan yang lebih menyeramkan.

[TGS 3] SHENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang