21✳SEBUAH MIMPI

863 89 1
                                    

21✳ SEBUAH MIMPI

Namanya manusia, wajar kan kalau selalu bermimpi?
Tapi Terkadang, mereka lupa caranya membangun mimpi itu.
Selalu tamak, dengan menyingkirkan orang-orang yang bahkan tidak berdosa.
Kamu, misalnya.

— Shenna Alianza —

***

Peter menganjurkan Shenna berolahraga setelah sembuh dari demamnya. Keesokan harinya, kebetulan hari minggu. Peter mengajak Shenna lari pagi. Shenna mau, tetapi dia harus izin dulu pada Lisa. Biasanya, dia hanya lari pagi dengan Azel. Tapi beberapa hari ini Azel sedang sibuk dengan taekwondo-nya. Lisa senang, kalau anaknya bisa membuka hati untuk orang lain.

“Nak Peter, nanti sarapan disini saja ya. Ibu udah masak banyak. Jadi sekalian aja sama kamu. Kita makan bareng-bareng,” ucap Lisa pada Peter. Peter sedang menunggu Shenna bersiap-siap.

“Gak usah Bu, nanti malah ngerepotin Ibu,” ujar Peter tak enak hati. Lisa menggeleng. “Enggak kok, Ibu senang kalau Shenna bisa punya teman banyak. Jadi lingkaran pergaulannya tidak itu-itu saja. Kamu cowok pertama lho, yang Shenna terima kedatangannya di rumah ini.”

“Memangnya sebelum saya, ada Bu?”

Lisa mengangguk antusias. “Namanya Sanggi, kenal nggak? Dulu dia sering kesini, main-main. Tapi Shenna nggak mau nerima, katanya nggak nyaman. Yaudah, Ibu gak bisa apa-apa. Ibu gak bisa maksain kalau Shenna gak mau.”

“Ah, kebetulan Sanggi teman sekelas saya. Kami satu meja.”

Lisa baru akan bertanya sesuatu. Tetapi Shenna sudah muncul dengan kaus putih polos dan celana training pas di kaki. Shenna memakai sepatu putih. Bersiap. “Bu, Shenna berangkat ya?”

“Yaudah, hati-hati ya.” Lisa melambai. Peter juga berpamitan padanya sebelum mereka mulai lari lambat.

Melihat Peter, hati Lisa terenyuh. Dia jadi merindukan seseorang...

***

Rencananya, mereka hanya lari di komplek perumahan saja. Tetapi, Peter malah mengajaknya lebih jauh. Alhasil, napas Shenna tersengal-sengal. Ia kelelahan. Shenna memilih duduk di dekat taman komplek. Meluruskan kakinya yang terasa sakit. Peter yang sudah berlari jauh, berbalik arah. Sebelumnya dia membeli dua botol kemasan.

“Capek? Payah,” cibir Peter meledek. Shenna mendengus. “Lo ingkar, katanya cuma sekitar perumahan aja. Tapi kenapa sampe taman sih? Gue baru sembuh lho, ini!”

“Daripada marah-marah mulu, mending minum. Nih,” ujarnya, menyodorkan minuman yang ia beli tadi. Shenna menerimanya. Dia memang haus. Shenna mengucapkan terima kasih. Lalu mulai menenggak air kemasan tersebut.

“Kenapa lo ngajak gue kesini?” tanya Shenna. Peter mengedikkan bahunya. “Hm pengen aja.”

“Cuma itu?”

“Disini rame. Kesukaan lo kan?”

“Siapa bilang? Gue lebih suka yang sepi, meski gak sepi amat sih. Intinya gak terlalu rame,” jawab Shenna.

“Oh ya? Tapi lo keliatan nyaman pas ada di antara anggota OSIS lainnya. Lo pemimpin mereka. Lo yang jadi prioritas mereka.” Peter mulai membuka obrolan.

[TGS 3] SHENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang