20✳ DEMAM

932 98 12
                                    

20✳ DEMAM

Berhenti berbohong. Aku tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu.
Kemari, barangkali aku bisa menyembuhkan lukamu.

— Peter Januar —

✳✳✳

Selama ini, Shenna selalu belajar dengan keras. Tidak benar-benar memperdulikan dirinya sendiri. Mau sakit, Shenna selalu menahan. Tidak mau sampai Ibunya khawatir dan mencemaskannya. Shenna melangkah, memasuki gerbang sekolah dengan denyutan di kepala. Shenna juga belum sempat sarapan di rumah, ia hanya mengatakan pada Ibunya ingin makan di kelas saja bersama Titan. Padahal, tidak. Mulut Shenna terasa pahit. Lidahnya tidak merasakan apa-apa. Air putih saja, Shenna hanya meneguk dua sampai tiga kali. Ia sempat menyapa satpam penjaga. Shenna menaiki tangga dengan sempoyongan. Dia benar-benar terlihat lemah sekarang. Keseimbangannya tidak mampu Shenna jaga. Dia terjatuh.

Sebelum ada seseorang yang menangis dan menahan berat badan Shenna.

Iris tajam itu menatap Shenna. Keduanya hanyut dalam perasaan yang tidak semestinya terjadi.

“Pe-ter?” Shenna bergumam. Yap, orang yang membantu Shenna adalah Peter. Kebetulan sekali karena Peter juga baru sampai di sekolah. Dia berlari saat melihat Shenna berjalan tertatih-tatih. Saat henda menghampiri, Peter terkejut melihat gerak-gerik Shenna yang akan jatuh. Gawat, makanya Peter langsung bersiap, pasang badan meski kakinya sedikit keseleo karena harus menaiki dua tangga sekaligus.

“Shenna, lo sakit?” tanya Peter perhatian. Tanganmu refleks memegang kening Shenna. Terasa panas. Wajah Shenna pucat pasi, bibirnya putih. Tapi, anehnya Shenna tetap cantik meski dalam keadaan sakit. Dia terlihat natural tanpa polesan bedak atau apapun itu. Peter.. Menyukainya.

“Hm, kurang enak badan aja. Makasih ya, udah nolongin gue,” ucap Shenna, kemudian melangkah lagi menuju kelasnya. Shenna harap kakinya cepat sampai di kelas karena dia benar-benar khawatir akan pingsan di jalan. Shenna butuh Titan, atau anggota The Girls yang lain.

“Dengan keadaan lo yang kayak gitu?” tanya Peter meremehkan. “Lo bisa aja jatuh, terus keadaan lo makin parah.”

“Lo doain gue nih?” Peter terkekeh. Dia berdiri di depan Shenna. Menatap cewek berambut sebahu itu tanpa berkedip. “Ke UKS aja yuk, lo kayaknya perlu istirahat lebih deh.”

“Ah, gak usah. Gue gak papa kok. Lagian ada presentasi Kimia. Gue ketua kelompok,” ujar Shenna tidak enak hati kalau dia harus absen dari tanggung jawabnya. Apalagi, dia tidak satu kelompok dengan Rakha atau Titan. Shenna merasa lebih tidak enak hati karena memberatkan orang lain. Dia harus memenuhi tanggung jawabnya meski harus menanggung sakit yang dia derita.

“Lo nggak sayang sama diri lo, Na? Keadaan lo lagi drop gini, masih mikirin orang lain?” tanya Peter tidak menyangka. Seumur-umur, Peter akan malas kalau dia sakit. Melimpahkan semuanya pada orang terdekat. Seperti Ibunya, atau almarhum sang Ayah dulu. Tetapi, apa ini? Shenna benar-bener egois dengan dirinha sendiri. Dan Peter membenci itu.

“Gue—”

“Udah, ayo ke UKS. Nanti biar gue bilang sama temen kelas lo kalo lo sakit.” Peter masih ingin berdebat lebih panjang, Shenna menghela napas. Mungkin Peter benar. Tubuhnya butuh istirahat. Sejak semalam, Shenna sudah merasakan badannya panas dingin. Ia hanya membuat segelas susu tengah malam, tentunya mengendap-endap karena takut kalau Lisa sampai bangun.

[TGS 3] SHENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang