Chapter 24

29.2K 1K 1
                                    

Hanya ingin tumbuh tanpa harus dibunuh
•••

Happy Reading!

Anggara berjalan kearah gedung IPA tanpa ditemani Anjas ataupun yang lainnya. Tujuan nya hanya satu kelas XII IPA 2 yang artinya itu adalah kelas Cia.

Setibanya Anggara didepan pintu kelas Cia, ia memanggil seorang laki-laki berkacamata.

"Eh lo sini!" Ucap Anggara membuat Laki-laki itu mendekatinya.

"Kenapa?"

"Cia ada?"

"Ada..."

"Panggilin kalau Anggara nyariin..." Perintah Anggara.

Laki-laki itu langsung masuk kembali dan memanggil Cia. Hingga tak berselang lama Cia datang menghampiri Anggara.

"Kenapa?" Tanya Cia dengan nada ketus.

"Ada yang mau gue tanya sama lo" Balas Anggara.

"Tanya apa?" Tanya Cia yang kini mulai merasa risih karena tatapan orang-orang yang melihat dirinya dengan Anggara.

"Pulang sekolah nanti gue tunggu di cafe depan" Ucap Anggara.

"Emang kenapa sih?" Tanya Cia dengan nada was-was.

"Nggak usah takut. Gue cuma mau ngobrol sama lo bukan mau ngapa-ngapa'in lo" Ucap Anggara lalu ia pergi dari hadapan Cia.

"Mau ngomong apa sih?" Batin Cia.

Cia kembali masuk dan bergabung dengan teman-temannya. Hilda yang melihat Cia telah kembali langsung bertanya.

"Anggara bilang apa sama lo? Dia nggak ngapa-ngapa'in lo lagi kan?" Tanya Hilda.

"Dia ngajak gue ketemuan di cafe depan sekolah" Balas Cia tanpa menatap wajah Hilda.

"Mau ngapain? Ngajak lo lunch?" Tanya Mega asal.

"Ya engga lah,gila aja..." Ucap Cia mendengus kesal.

"Lo izin dulu sama Dhirga"Ucap Hilda tiba-tiba.

"Yang ada nanti gue nggak bisa dateng! Pasti Dhirga nggak akan izinin gue ketemu sama Anggara. Lo tau sendiri kan gimana Dhirga kalau udah nyangkut soal Anggara." Ucap Cia.

"Iya juga sih! Tapi kalau lo nggak izin sama dia yang ada nanti dia bakalan marah sama lo" Balas Hilda seolah memberi peringatan kepada Cia.

"Makanya lo berdua jangan sampai keceplosan ngomong sama Dhirga kalau nanti ketemu dia" Ucap Cia.

"Emang nya lo beneran mau nemuin Anggara?"Tanya Mega.

"Gue penasaran sama apa yang mau dia omongin sama gue"Balas Cia.

"Tapi Dhirga..."

"Gue bilang,jangan sampai dia tau"

"Gue nggak menjamin kalau Dhirga nggak akan tau semuanya. Lo sendiri kan tau dia orangnya gimana,Ci" Ucap Hilda.

Cia diam memikirkan apa yang dikatakan oleh Hilda.

"Gue nggak tau deh!" Ucap Cia mengusap wajahnya.

•••

Anjas baru saja keluar dari toilet dan kini ia berjalan menyusuri koridor seorang diri. Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang sedang melihatnya dari kejauhan. Dhirga menatap Anjas dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gue ngerasa kalau dia yang udah bikin semuanya jadi kayak gini!! " Batin Dhirga lalu pergi dan kembali kekelasnya.

Ditengah jalan ia dihalangi oleh Maudy. Maudy merentangkan tangannya didepan Dhirga berusaha mencegah laki-laki itu untuk pergi dari hadapannya.

"Kenapa?" Tanya Dhirga enggan menatap wajah Maudy.

"Lo harus percaya ini!"Maudy menghela nafasnya sejenak.

Dhirga hanya diam masih enggan untuk menatap wajah perempuan itu.

"Anggara mau ketemuan sama Cia di cafe depan sekolah" Ucap Maudy.

Dhirga menaikkan satu alisnya, ia menatap Maudy dengan tatapan malas.

"Lo mau ngefitnah Cia apa lagi?" Tanya Dhirga sedikit tertawa.

"Percaya sama gue Ga,kali ini gue serius. Tadi gue lihat Anggara ke kelasnya Cia dan nggak sengaja gue denger pembicaraan mereka" Ucap Maudy berusaha meyakinkan Dhirga.

"Gue nggak percaya sama lo..." Ucap Dhirga berlalu meninggalkan Maudy.

"Kita liat aja, siapa yang benar dan siapa yang salah..." Ucap Maudy menatap punggung Dhirga yang sudah menjauh.

•••

Dhirga duduk dibangkunya tanpa mendengarkan orang yang sedang berbicara didepan. Bel masuk memang sudah berbunyi dan kini Dhirga kembali belajar seperti biasa.

Bu Fera yang sedang menjelaskan materi didepan tak sengaja melihat Dhirga yang sedang melamun.

"Dhirga?" Panggil ibu Fera tapi tak ada balasan dari Dhirga.

"Dhirga??" Panggil Ibu Fera kedua kalinya.

"DHIRGA!!" Ibu Fera kini berteriak karena geram dengan kelakuan Dhirga.

"Ke..kenapa, bu?" Tanya Dhirga gelagapan.

"Kenapa melamun?" Tanya Bu Fera berusaha sabar dengan kelakuan Dhirga.

"Ada masalah, bu" Ucap Dhirga.

"Masalah apa?" Tanya Bu Fera.

"Ibu kepo,guru kok kerjaan nya ngepo'in masalah murid hahaha..."Canda Dhirga membuat Ibu Fera mendelik tajam kearah nya.

"Kamu ini berani,ya!"Geram Ibu Fera.

"Udah bu,gak usah di ladenin nanti malah berantem sama Dhirga eh ujung-ujungnya jatuh cinta"Ucap Nilo menengahi.

Gelak tawa seluruh murid 12 IPA 4 terdengar saat Nilo mengucapkan rentetan kalimat itu.

"Kalian berdua ini sama saja..." Kesal ibu Fera lalu ia kembali melanjutkan menjelaskan materi.

Selama jam belajar berlangsung, Dhirga masih tetap melamun memikirkan sesuatu lalu tak berselang lama ia mengeluarkan handphonenya dari saku celana. Ia mencari nomor kontak Cia dan segera mengirimkan pesan singkat.

Dhirga: Cia,nanti pulang sekolah sama aku ya...

Acilla: Aku pulang sama Hilda,jadi aku nggak bisa pulang sama kamu.

Dhirga yang melihat balasan dari Cia mengernyit bingung. Tak biasanya Cia seperti ini, jika dia ingin pulang bersama Hilda biasanya Cia lebih dulu meminta izin kepada Dhirga.

Ada sesuatu yang disembunyikan dari perempuan itu kepada dirinya?. Apa benar dengan ucapan Maudy di koridor tadi.

Hingga bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, Dhirga bergegas keluar dari kelasnya. Berjalan sendirian menuju kearah ruang kelas Cia. Ingin memastikan apa ucapan Maudy benar atau salah?.

Saat Dhirga berdiri diujung koridor arah ruang kelas Cia, ia melihat dari kejauhan Cia yang berjalan pelan meninggalkan Mega dan Hilda.

Dhirga berniat untuk mengikuti Cia dari kejauhan maka dari itu dia berjalan kearah parkiran. Tak berselang lama ia melihat Cia menyebrang jalan ke sebuah cafe didepan sekolahnya. Mata nya memicing kala melihat seorang laki-laki menghampiri Cia.

Anggara sosok laki-laki yang sedang menghampiri Cia dan kini mereka memasuki cafe itu berdua. Dhirga yang melihat itu mengepalkan tangannya.

"Ohh jadi udah berani bohong.."Batin Dhirga menatap tajam kearah pintu cafe yang telah tertutup.




Jangan lupa vote & Coment
Terimakasih semuanya💛

ACILLA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang