Cia berjalan keluar dari pekarangan. Sekolah. Ia menyebrang jalan mengarah kehalte. Hari ini tak ada Dhirga yang akan mengantarkannya pulang, tak ada Dhirga yang memakaikan helm kepadanya. Cia menghela nafas panjang, tak seharusnya ia memikirkan kejadian yang seharusnya tak ia ingat.
Cia mengeluarkan handphonenya dan terlihat pesan dari Jihan, kakak nya.
Kak Jihan:Dek, nanti pulang sendiri ya. Kakak mau jalan dulu. Maaf:)
Setelah membaca pesan tersebut, Cia menghela nafas panjang. Lalu ia membalas pesan dari kakak nya walaupun ia sangat kesal dengan kakak nya.
Acilla:Iya kak
Hanya itu balasan dari Cia, tak ingin menunggu lama ia pun langsung berjalan menuju rumahnya. Tak mungkin Cia menunggu taksi dihalte sendiri, karena hari sudah petang dan jalanan pun sudah terlihat sepi.
Dilain tempat, Dhirga masih berada di sekolah. Ia belum juga beranjak dari tempatnya semenjak Cia menegurnya. Pikirannya masih tertuju pada perempuan itu.
"Cia marah gak ya sama gue?" Tanya Dhirga kepada dirinya sendiri.
Tiba-tiba ada seseorang yang memberhentikan sepeda motornya didepan Dhirga. Dhirga mendongak dan melihat Anggara dihadapannya.
"Ngapain lo?!" Tanya Dhirga ketus.
"Cia mana?" Tanya Anggara.
Dhirga yang mendengar Anggara mencari keberadaan Cia menggeram kesal. Sedangkan Anggara menatap Dhirga dengan tatapan datarnya.
"Gue kayak gini biar gue tau kalau lo masih peduli atau nggak sama Cia" Batin Anggara.
"Ngapain nanya Cia??" Tanya Dhirga yang sudah turun dari motornya dan kini ia berjalan mendekati Anggara.
"Gue mau pulang bareng sama dia" Balas Anggara santai.
"Lo nggak ada hak buat anter dia pulang!" Ucap Dhirga menunjuk Anggara.
Anggara tersenyum tipis "Dan lo nggak ada hak buat ngelarang Cia pulang bareng siapa aja!" Balas Anggara membuat Dhirga terdiam.
"Secara nggak sadar, Lo udah buang berlian mahal demi ego lo yang lebih besar!! Gue nggak nyangka lo masih sama kayak dulu, dua perempuan lo buat menderita" Ucap Anggara
"Dua perempuan? Maksud lo apa?" Tanya Dhirga.
"Nggak usah sok lupa ingatan lo!! Lenata udah nggak ada, itu semua karena lo!" Untuk persekian kalinya Anggara menunjuk Dhirga dengan jari telunjuknya.
"Nggak ada?? Maksud lo apa?" Tanya Dhirga terlihat bingung.
"Nggak usah sok gak tau Lo,pembunuh!!" Ucap Anggara menekankan kata pembunuh lalu memukul wajah Dhirga secara tiba-tiba.
Dhirga bangkit lalu menatap Anggara yang sedang menatapnya tajam. Ia masih bingung dengan semua yang dikatakan oleh Anggara.
"Lo ngomong apa'an sih?!! Siapa yang pembunuh??" Tanya Dhirga heran.
"Lo pembunuh!!!" Balas Anggara sedikit berteriak.
"Lenata meninggal?? Siapa yang bilang kalau Lenata meninggal?? Lo tau nggak kalau Lenata masih hidup, dan baru beberapa hari yang lalu gue ketemu sama dia!" Ucap Dhirga berusaha menahan emosinya.
Ia berfikir sejenak, ini kah yang membuat Anggara membenci nya. Anggara berfikir bahwa Dhirga membunuh lenata??. Dhirga tidak akan memaafkan orang yang telah membuat persahabatannya bisa hancur.
"Lo bohong kan!! Lo ngomong kayak gini biar kebusukan lo nggak akan terbongkar!! Iya kan?!" Ucap Anggara menatap Dhirga tajam.
"Lo masih nggak percaya?? Lo tanya sama Cia" Ucap Dhirga lalu ia pergi meninggalkan Anggara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACILLA (TAMAT)
Teen Fiction~Kita adalah fatamorgana yang terlalu aksa di sebut jatukrama~ Dua remaja yang dipertemukan secara tidak sengaja,membuat keduanya memiliki ikatan hubungan. Seorang ketua osis yang selalu berlangganan dengan laki-laki brandal,musuh nya di sekolah. Ac...